Awal kisah dimulai dari pencurian timun di ladang Pak Tani oleh sang kancil. Setelah berkali-kali timunnya dicuri Pak Tani mencari akal bagaimana bisa menangkap sang kancil. Lalu dibuatlah perangkap oleh Pak Tani. Akhirnya sang kancil bisa diperangkap dan ditangkap hidup-hidup oleh Pak Tani.
Sang kancil yang dasarnya cerdik dan culas tidak kurang akal. Maka dia pura-pura mati sehingga dibuanglah oleh Pak Tani. Padahal itu hanya tipu muslihat dan kelicikannya. Sang kancil berhasil bebas berkeliaran lagi dan bisa melakukan aksinya untuk mencuri berbagai tanaman Pak Tani termasuk timun kesukaanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di antaranya nyolong atau mencuri menjadi hal yang biasa dalam dunia pikiran anak-anak. Selain itu kecerdikan dan keculasan dengan cara 'ngapusi' atau menipu sebagaimana dilakukan sang kancil juga telah meracuni alam pikiran jutaan anak-anak Indonesia.
Tentu saja proses itu terjadi secara tidak sadar. Banyak hal yang biasanya terjadi terus-menerus dan berjalan dengan normal akan menjadi kebiasaan dan kewajaran. Lalu, boleh jadi nilai-nilai negatif seperti mencuri dan keculasan serta tipu-menipu telah tertanam semakin dalam dalam alam pikiran kita sejak kanak-kanak hingga dewasa tanpa kita sadari sepenuhnya.
Karena, hal itu telah berjalan sejak dahulu kala, sebagai akibatnya, dampak tertanamnya nilai-nilai negatif secara sitematis telah bermunculan pula sejak lama.
Dalam konteks kekinian Indonesia itu bisa ditandai dengan semakin maraknya perilaku korupsi, penipuan, dan penyalahgunaan wewenang. Kebiasaan itu telah menjadi warna sehari-hari dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Jikalau melihat pada pusat kekuasaan pemerintahan, politik dan modal; perilaku korupsi, penipuan, penghisapan, serta penyalahgunaan wewenang telah berlangsung dengan mencolok mata. Pemberitaan media yang tiada hentinya tentang ribuan kasus-kasus korupsi dan penyalahgunaan wewenang yang merugikan rakyat kebanyakan menjadi bukti atas itu.
Kadang-kadang uang rakyat yang dikelola oleh negara yang dikorupsi bisa mencapai nilai yang sangat sulit dibayangkan oleh rakyat kecil. Dalam alam pikiran rakyat kecil masih sulit membayangkan angka ratusan juta. Padahal banyak kasus yang bernilai ratusan miliaran. Membayangkan angka nolnya saja sudah pusing bagi rakyat kecil. Tapi, dampaknya sungguh membebani dan memusingkan rakyat kebanyakan.
Perilaku korupsi dan penyalahgunaan wewenang sebenarnya tidak hanya terjadi di tingkat negara atau pusat. Tapi, sudah merambah dalam kehidupan sehari-hari pada satuan terkecil seperti rukun tetangga. Semua telah terkontaminasi dengan berbagai perilaku negatif yang menyimpang.
Coba saja tengok urusan sehari-hari seperti pengurusan KTP, akta kelahiran, izin usaha, SIM, jual beli tanah, penjualan kayu, penjualan ternak, pelanggaran lalu lintas, pendaftaran sekolah, pencarian pekerjaan, dan lain-lain. Semua sangat rawan dengan korupsi dan praktek keculasan yang dilakukan para kancil.
Saling menipu sesama kawan, saling mengambil kesempatan dan hak orang lain antara atasan dan bawahan, saling berebut hak orang lain telah menjadi warna yang semakin nyata pada berbagai sendi kehidupan masyarakat.
Si petani yang selalu dilambangkan dengan kesusahan karena tanamannya selalu dicuri dan ditipu oleh si kancil juga menemukan maknanya dalam konteks kekinian Indonesia. Petani-petani gurem kita yang berjumlah tidak kurang dari 42 juta selalu hidup dalam kesengsaraan dan sering kena muslihat para kancil-kancil modern.
Dalam banyak hal petani selalu menjadi pihak yang paling lemah dan kalah. Sering ditipu oleh kancil-kancil yang licik yang kadang-kadang mengatasnamakan kepentingannya. Namun, sejatinya memanfaatkannya untuk mengambil hak-haknya.
Meskipun Pak Tani telah bekerja keras sepanjang hari tanpa mengenal lelah namun kehidupan yang lebih baik selalu jauh darinya. Pusat-pusat kekuasaan birokrasi dan politik lebih tergoda untuk berkongsi dengan para pemilik modal besar yang kadang menggunakan jurus-jurus kancil dengan lihainya.
Kembali pada soal kisah atau cerita untuk anak-anak. Sudah saatnya untuk memikirkan dan mengambil langkah yang nyata memberikan berbagai kisah yang inspiratif dan bermakna positif. Perlu diciptakan berbagai kisah imaginatif yang menginspirasi para calon pemimpin bangsa masa depan.
Bagaimanapun masa kana-kanak adalah masa yang sangat penting. Masa di mana mereka mulai mengenal sistim nilai dan secara tidak sadar akan diinternalisasikan dalam alam pikiran dan tindakannya.
Kisah-kisah yang inpiratif dan positif yang mampu menanamkan nilai kejujuran, kerja keras, integritas, kedisiplinan, kerja sama yang mestinya semakin banyak diselipkan pada berbagai kisah yang akan ditanamkan pada generasi penerus kita.
Pikiran dan jiwa mereka yang masih bersih laksana kerta putih jangan lagi dikotori dengan kisah-kisah negatif yang bisa jadi tanpa disadari akan tertanam dan menjadi nilai pada tindakan yang merugikan banyak orang dan kehancuran bangsa ini.
Kisah sang kancil ini mestinya menjadi refleksi kita semua dalam mendidik calon generasi pemimpin bangsa masa depan serta dalam rangka memerangi sikap-sikap koruptif yang berpotensi menghancurkan bangsa. Pak Tani yang telah berjasa menyediakan pangan dengan berbagai produknya juga perlu mendapat pembelaan dan perhatian yang layak.
Jangan lagi mereka menjadi korban atas kelicikan kancil-kacil dengan berbagai akal busuknya. Semoga.
Subejo
Agriculture and Resource Economics The Uiversity of Tokyo
subejo@yahoo.com
08067454439
Dosen UGM dan Kandidat PhD The University of Tokyo.
(msh/msh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini