Food Estate dan Ancaman Krisis Ekologi

Food Estate dan Ancaman Krisis Ekologi

- detikNews
Rabu, 10 Mar 2010 08:30 WIB
Jakarta - Kebijakan pemerintah yang memberikan lampu hijau kepada pihak swasta untuk dapat memberikan investasi di bidang pertanian mendapat tanggapan yang beragam. Pihak yang menyatakan mendukung berpendapat bahwa program ini dapat meningkatkan produksi pangan yang pada akhirnya akan meningkatkan kedaulatan pangan nasional.

Selain itu mereka berpendapat bahwa Food Estate akan menarik investasi besar yang akan berdampak pada pembukaan lahan kerja baru. Namun, pihak yang menyatakan kontra tidak kalah nyaring berteriak.

Serikat Pekerja Indonesia dan Walhi misalnya. Mereka mengatakan bahwa Food Estate hanya akan menjadi wahana "Land Grabbing" berpayung hukum. Mereka juga mengatakan bahwa permasalahan pangan Indonesia bukan bertumpu pada ada tidaknya investasi. Namun, lebih pada kepemilikan lahan yang tidak seimbang dan kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap petani kecil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain beberapa persoalan di atas Food Estate juga berpotensi menelurkan krisis ekologi. Alih fungsi lahan tentu saja akan dilakukan untuk dapat menghasilkan lahan pertanian baru. Yang menjadi sasaran tidak lain adalah kawasan hutan. Baik hutan rakyat maupun hutan yang dapat dikonversi. Wajar jika Departemen Kehutanan dan Departemen Pertanian belum menemukan kata sepakat terkait dengan hal ini.

Berkurangnya kawasan hutan terutama di wilayah Merauke yang didominasi dataran rendah dan rawa akan mengakibatkan beberapa wilayah kehilangan daratan, dan yang lebih membahayakan adalah naiknya permukaan laut akibat pemanasan global.

Dari sisi budi daya program Food Estate yang berorientasi pada melimpahnya hasil pertanian berpotensi melahirkan sistem budi daya yang High External Input Agriculture (HEIA). HEIA merupakan sistem pertanian yang bertumpu pada tingginya masukan bahan kimiawi. Pupuk anorganik dan penggunaan pestisida kimia untuk mengatasi permasalahan hama dan penyakit menjadi hal yang "wajib" dilakukan.

Dalam jangka pendek penggunaan asupan bahan kimia ini akan terlihat sangat menggembirakan. Karena, hasil pertaniannya akan melimpah. Namun, hal ini tidak akan terjadi terus menerus. Penggunaan dalam jangka panjang malah akan mengakibatkan penurunan produksi karena lahan akan semakin jenuh akibat banyaknya bahan anorganik yang ditambahkan. Bukan itu saja. Penggunaan pestisida kimia akan mengakibatkan resistensi (ketahanan tubuh) dan resurgensi (serangan dalam jumlah besar) hama sehingga penanganannya akan menjadi lebih sulit.

Penggunaan pupuk anorganik menyebabkan pengurangan terhadap unsur-unsur hara alami tanah karena praktek penggunaan pupuk ini akan menghasilkan residu pencemar. Pencemaran yang terjadi di dalam tanah akan menyebabkan mikroba-mikroba penting yang berfungsi untuk menghasilkan bahan organik didalam tanah menjadi mati. Semakin lama dan semakin tingginya penggunaan akan mengurangi kesuburan tanah sehingga produktivitasnya menjadi menurun.Β Β 

Yang lebih mengkhawatirkan dari penggunaan input anorganik adalah residu bahan kimia berbahaya yang sangat mungkin terserap masuk pada hasil pertanian. Dapat dibayangkan akibat yang terjadi jika hasil pertanian ini kemudian dikonsumsi oleh manusia.

Tidak langsung memang. Namun, residu yang masuk ke dalam tubuh tidak akan dapat dicerna dan dikeluarkan sehingga lama-kelamaan akan menumpuk di dalam jaringan-jaringan tubuh. Belum lagi bahaya besar mengancam para petani dan individu yang bekerja di sektor pertanian. Keracunan, alergi, sampai dengan kematian akibat penyakit misterius menjadi sebuah ancaman serius.

Dari beberapa penjelasan di atas semoga pemerintah lebih arif dalam mengambil sebuah kebijakan. Terutama dalam bidang pertanian. Keberlangsungan sektor pertanian sebagai tulang punggung perekonomian sebuah negara sudah selayaknya lebih dipertimbangkan daripada hanya berkiblat pada pemenuhan kebutuhan sesaat.

Jangan sampai program yang pada awalnya menjadi sebuah jawaban atas permasalahan ketahanan pangan Indonesia hanya menjadi sebuah cerita manis di awal. Namun, meninggalkan sebuah bahaya besar di kemudian hari.

Harun Kurniawan
harunkurniawan@yahoo.com

Penulis adalah Pegiat Pemberdayaan di Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa.


(msh/msh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads