Politik, SARA, Ekonomi, Hukum, HAM, Korupsi, Skandal, bisa jadi ini topik yang paling hobi diulas oleh para pewarta. Dari materi berisi kritik sosial, kritik terhadap pemerintah, sampai yang tidak bernilai edukasi seperti gosip, skandal, dan kriminal (sekali lagi, penilaian ini bisa jadi hanya pendapat pribadi).
Bahkan, untuk acara hiburan dan film televisi saya pernah mendengar seloroh yang mengatakan guru anak kita adalah sinetron. Terdengar miris. Tapi, kenyataan inilah yang terjadi di negeri ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disayangkan jika perkembangan teknologi dan teknologi informasi tidak dibarengi dengan perkembangan "selera" masyarakat. Seingat saya masih belum berbeda dengan sepuluh tahun lalu saat sinetron berepisode hingga 3 digit menjadi tontonan wajib bagi ibu-ibu. Bahkan, di komplek perumahan elit sekali pun. Dan, parahnya, media dan industri pertelevisian mendukung penuh "gila-gilaan" ini.
Saya bukan seorang anti sinetron. Bukan juga pembenci infotainment. Sekedar sebagai asupan hiburan. Tentu materi-materi macam ini cukup menghibur. Yang tidak berimbang hanya saja porsi dari konten acara tersebut yang terbilang kebabalasan.
Bagaimana menjadi negara besar dengan rakyat yang intelektual, dan bagaimana pula menjadi rakyat yang damai bersahaja jika media yang notabene pencuci otak paling canggih pun menyediakan materi tontonan yang kurang edukatif.
Terkadang saya lebih tertarik membaca berita di forum-forum atau situs komunitas lokal yang justru di situ banyak mengulas dan memberitakan informasi up date mengenai prestasi Indonesia di mata dunia. Prestasi anak bangsa, dan banyak materi lain yang menghibur dari berbagai sumber.
Dari anak jenius yang mendapat banyak penghargaan dari dunia luar, penemu-penemu yang inovasinya bahkan diakui dunia, perkembangan teknologi terbaru, hingga informasi life style yang memberikan informasi beberapa tujuan travel di Indonesia yang tidak kalah dengan tempat wisata. Bahkan, di luar negeri.
Semua itu bisa saya dapat hanya di forum dan komunitas yang tentu saja hanya bisa diketahui oleh kalangan terbatas. Tapi, bagaimana dengan kebutuhan informasi sebagian besar masyarakat lainnya. Apa mereka tidak berhak tahu. Atau bahkan justru media sendiri yang tidak ingin tahu dengan urusan "mencerdaskan" masyarakatnya itu?
Β
Jangan pernah kau gigit sesuatu yang tidak bisa kau kunyah. Quote yang pernah saya dengar dari Mario Teguh. Seorang motivator favorit saya. Atau dengan kalimat yang
sederhana bahwa sebaiknya jangan kau nilai sesuatu jika tidak kau mengerti betul duduk permasalahannya. Yang terjadi di media sekarang ini justru sebaliknya.
Opini publik yang terbentuk dari berita yang berkali-kali disiarkan membuat semua orang "merasa" sudah pandai untuk menilai, menghukum. Bahkan, menghujat tokoh atau profesional yang mereka "rasa" telah berbuat sewenang-wenang. Tengoklah materi berita dan tontonan hari ini. Pasti tidak jauh dengan topik yang sudah saya sampaikan di atas. Dan, anehnya porsi berita terkadang tidak berimbang. Bahkan, terkadang terlalu menyudutkan.
Lalu kapan putra dan putri berprestasi Indonesia mendapat giliran diberitakan di media. Kapan penemuan putra-putri bangsa disiarkan ke pelosok negeri dengan porsi yang mestinya lebih banyak daripada sinetron dan infotainment. Kapan teknologi dan inovasi dan bagaimana negeri ini kita bangga dengan negerinya sendiri jika masih saja dijejali tontonan dan berbagai hal yang berbau asing.
Lebih bangga dengan memakai produk luar negeri. Latah dengan gadget elektronik yang iklan komersialnya terpampang di tiap sudut kota. Apa tempat mereka hanya ada di sudut ruang gelap forum kalangan terbatas saja.Β
Impian saya sederhana. Melihat anak cucu kita bisa bangga terhadap negeri dan tempat kelahirannya nanti. INDONESIA. Bukan mereka malu karena ketidakberesan birokrasi pemerintahan. Bukan malu karena pertikaian. Bukan malu karena ke anarkisan masyarakatnya. Bukan malu karena mestinya kita malu karena mereka malu karena ketidaktahuan mereka dan kita yang tidak berbuat apa-apa untuk membenahinya.
Tapi kapan. Mungkin anda lebih tahu.
Regard,
Adi Widoyoko
Jl Kamandaka 11 Purwokerto
adiwidoyoko@yahoo.co.id
085227420020
(msh/msh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini