Menyorot Etika Para Elite Politik (Sebuah Refleksi)

Menyorot Etika Para Elite Politik (Sebuah Refleksi)

- detikNews
Kamis, 04 Feb 2010 09:17 WIB
Jakarta - Etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 - mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti:

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban mora (akhlak).
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Etika bersumber dari pribadi masing-masing kita dan disepakati oleh masyarakat pada umumnya sebagai sebuah nilai dan identitas. Saat ini yang sedang hangat di tengah bangsa kita adalah perihal etika dari para elite politik. Baik di parlemen dan juga di kursi pemerintahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memang kita tidak bisa serta-merta menilai seseorang beretika atau pun tidak beretika. Tetapi, adalah hal yang wajar saat ini di mana masyarakat mulai merasakan keresahan atas perilaku para elite politik baik personal maupun berjamah yang tidak lagi menghiraukan norma, etika, tata karma, dan nilai-nilai yang ada.

Perang kata-kata yang tidak pantas diungkap di tengah umum. Saling membentak dan bersilat lidah yang jatuhnya pada debat kusir yang tidak menyentuh esensi dari sebuah materi. Fakta dan data menjadi mentah dan tak bernilai ketika kepentingan tak terpuji dijadikan panglima. Fitnah dan saling tuding pun menjadi sebuah keharusan untuk mengusung agenda-agenda yang rakyat tak punya kepentingan di dalamnya.

Bagaimana mungkin putra-putri terbaik bangsa yang dibesarkan dalam nuansa keluarga yang harmonis dan agamis menjadi lupa akan nilai-nilai dasar kehidupan. Gotong-royong, tepo seliro, saling asah, asih dan asuh. Berbaik sangka dan saling berlomba didalam berbuat kebajikan. Serta tumbuh dan berkembang bersama dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera dan berdaulat.

Fenomena yang menyedihkan sedang terjadi di tengah bangsa kita. Saat para elite disibukkan dengan program-program kerja dan isu-isu politiknya. Siapakah yang memikirkan rakyat yang semakin terhimpit dengan kenaikan harga-harga?

Saat ini adalah saat yang tepat bagi para elite untuk berperang dengan hawa nafsunya. Lalu di antara mereka mulai untuk berdamai (islah) dan menyelesaikan masalah demi masalah dengan kepala dingin.

Ratusan juta rakyat menunggu pemikiran dan langkah konkrit dari para elite yang ada. Jangan sampai rakyat menjadi semakin bosan dan apolitis. Atau bahkan rakyat melakukan gerakan-gerakan agresif dengan menggelar mimbar-mimbar bebas di jalan dan mosi tidak percaya.

Hendra Hidayat
Peminat Ilmu-Ilmu Sosial Politik Pertanian.



(msh/msh)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads