Agency Problem di Industri Perbankan

Agency Problem di Industri Perbankan

- detikNews
Kamis, 07 Jan 2010 18:12 WIB
Jakarta - Pada pertengahan bulan Desember 2009Β  Presiden AS Barack Obama dengan nada sinis dan marah mengkritik para bankir yang tidak tahu diri. Kemudian, lulusan Harvard University ini menyamakan para bankir itu dengan kucing gemuk (fat cat). Ia menegaskan bahwa dirinya terpilih sebagai Presiden AS bukan untuk menolong para kucing gemuk dari Wall Street.

Kegusaran Obama dikarenakan setelah di-bail out oleh pemerintah dan the Fed para bankir itu ternyata menunjukkan sikap tidak tahu diuntung yang membuat publik marah. Di antara sikap tersebut adalah bank membagikan bonus kepada para eksekutif meskipun dananya berasal dari dana bail out. Kemudian perilaku yang dikritik juga adalah keengganan bank untuk memberikan kredit untuk mendorong sektor riil dan menciptakan pekerjaan.

Kelakuan para bankir itu mungkin dianggap sudah keterlaluan dan tidak tahu berterima kasih. Setelah melakukan kegiatan investasi yang berisiko tinggi dan menjadi biang krisis keuangan global ternyata mereka masih merasa pantas untuk mendapatkan bonus, meskipun, kinerjanya buruk. Dan, uang yang digunakan untuk bonus itu berasal dari dana bail out yang merupakan uang dari pembayar pajak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengenai pembagian bonus alasan dari pihak bank adalah karena di kontrak kerja. Perihal bonus ini sudah tercantum. Jadi bank tidak mungkin melanggar kesepakatan. Selain itu mereka juga menambahkan bahwa bonus ini juga untuk menjaga agar para eksekutif tersebut tidak pindah ke perusahaan lain. Di antara bank-bank yang disorot publik itu di antaranya adalah Goldman Sachs, Morgan Stanley, dan Bank of Amerika.

Krisis keuangan di AS terjadi di antaranya karena ulah para bankir yang melakukan investasi berisiko. Baik dengan memberikan pinjaman perumahan kepada orang yang tidak mampu membayar (sub prime mortgage) atau membeli surat berharga beracun karena tergoda iming-iming keuntungan tinggi (CDS dan CDO). Satu per satu bank-bank di AS mulai merasakan dampak dari tindakannya ketika suku bunga mulai merambat naik.

Kredit perumahan yang memakai pola ARM (adjusted rate mortgage) banyak yang tidak terbayar. Seperti efek domino tren ini menjalar luas ke setiap lembaga keuangan yang terekspos dengan CDS dan CDO. Akibatnya, bank-bank besar menampilkan laporan keuangan dengan kerugian besar dan harus meminta bantuan bank sentral dan pemerintah agar dapat terus bertahan.

Sejak era Bush sampai Obama pemerintah AS telah mengeluarkan dana bail out ratusan miliar dolar untuk mencegah hancurnya sistem keuangan di negara adi daya itu. Meskipun guncangan ini terjadi di sektor keuangan namun karena perekonomian AS sangat tergantung dengan industri keuangan maka industri-industri lain pun seperti otomotif dan surat kabar mengalami kerugian besar akibat melemahnya permintaan sehingga memaksa mereka melakukan PHK karyawan dan penutupan pabrik.

Menurut literatur keuangan masalah yang dipaparkan di atas dapat dilihat dari pendekatan agency problem (agency theory). Agency problem merupakan masalah klasik yang terjadi di perusahaan. Agent (manajemen) membuat kebijakan yang tidak memaksimalkan keuntungan pemegang saham (pemilik/ principal).

Hal ini terjadi karena adanya ketidaksamaan informasi yang dimiliki agent dan principal. Sehingga, terkadang agent membuat kebijakan yang menguntungkan dirinya sendiri. Biayanya harus ditanggung pemilik. Seperti: kantor yang mewah, jet perusahaan, limosin, dan lain-lain.

Untuk mencegah, penyalahgunaan oleh manajemen, pemegang saham dapat mengambil beberapa pendekatan yang dapat meminimalkan agency problem tersebut. Di antara pendekatan atau tindakan yang dapat diambil adalah, melakukan audit terhadap laporan keuangan, menempatkan beberapa investor menjadi dewan direksi (Brigham dan Daves, 2004).

Selain itu perlu juga dirancang struktur kompensasi yang menjamin manajemen dapat mengambil kebijakan yang menguntungkan pemegang saham. Ini tercermin di kinerja jangka panjang harga pasar saham.

Melihat kondisi industri perbankan AS saat ini agency problem yang terjadi adalah kompleks. Agency problem tidak hanya terjadi antara manajemen dengan pemegang saham, atau manajemen dengan kreditor. Namun, juga bertambah menjadi manajemen dengan pemerintah dan masyarakat.

Khusus untuk agency problem yang terakhir manajemen bank tengah disorot karena membagikan bonus pada para eksekutifnya meskipun prestasinya buruk dan menerima dana bail out. Kebijakan ini dianggap publik sangat tidak masuk akal mengingat bonus seharusnya diberikan atas dasar prestasi dan bukan semata-mata karena alasan sudah tercantum dalam kontrak kerja atau untuk mencegah para staf mereka pindah ke perusahaan lain.

Selain itu perilaku pembagian bonus itu juga dianggap tidak adil. Di tengah kondisi resesi yang sedang melanda AS para bankir berpesta pora dengan uang pembayar pajak. Sementara PHK terjadi di mana-mana dan tingkat pengangguran agregat mencapai 10%.

Selain masalah pembagian bonus hal lain yang juga tengah disorot adalah keengganan bank untuk menyalurkan kredit untuk membantu pemulihan ekonomi AS. Setelah melakukan blunder yang menyebabkan krisis industri perbankan tidak menunjukkan keberpihakan pada usaha pemulihan ekonomi.

Meskipun begitu bank sebenarnya menghadapi dilema. Untuk pemulihan ekonomi memang diperlukan dukungan dana dari sektor perbankan. Namun, bank juga harus berhati-hati untuk memberikan kredit di tengah situasi resesi dan ketidakpastian yang tinggi.

Saat ini masyarakat AS masih menunggu perkembangan dari drama ini. Pemerintah dan senat tengah menggodok aturan perbankan yang lebih ketat untuk mencegah krisis serupa terjadi di kemudian hari.

Namun, bank-bank besar ternyata menolak sebagian rancangan aturan itu dan melobi parlemen untuk melonggarkan aturan. Nampaknya agency problem di industri perbankan tidak akan berkurang meskipun sudah banyak korban dan kegetiran yang dirasakan dari kebijakan manajemen perbankan yang salah.

Mohamad Fany Alfarisi
Lorong Malion 2 Kampung Sungai Chinchin Gombak
Kuala Lumpur Malaysia
alfarisi2006@gmail.com
+60146323120

Penulis adalah anggota ISEFID, staf pengajar pada Universitas Andalas, Padang, dan anggota komunitas Ring River.



(msh/msh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads