Gus Dur yang sejak kecil dilahirkan dari kalangan Nhdlatul Ulama (NU) memang ditakdirkan menjadi tokoh yang berada di persimpangan jalan. Artinya selalu berada pada sisi yang berlainan bagi masyarakat awam.
Pemikiran beliau sering kali dianggap di luar nalar dan logika masyarakat pada umumnya. Atau dengan kata lain jauh melampaui zaman dan masanya. Di antara pemikiran besar beliau tertuang dalam buku Islamku, Islam Anda, Islam Kita. Dalam buku ini Gus Dur membahas tentang bagaimana Islam bertoleransi terhadap umat beragama lainya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gus Dur menyatakan bahwa 'Tuhan tidak perlu dibela, tapi umat-Nya atau manusia pada umumnya justru perlu dibela'. Salah satu konsekuensi dari pembelaan adalah kritik, dan terkadang terpaksa harus mengecam, jika sudah melewati ambang toleransi. Keberanian beliau dalam membuka sekat dan penghalang yang menimbulkan penindasan bagi sebagian kelompok baik secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada keterbukaan di Indonesia.
Gus Dur pada sisi yang lain juga ikut menyumbangkan pemikiran, tenaga, dan perhatiannya bagi keterbukaan alam masyarakat Indonesia untuk berbagai macam hal. Tidak hanya demokrasi dan kebebasan berkarya. Bahkan, kalau kita lihat secara lebih teliti, beliau juga memiliki sumbangsih bagi masuknya berbagai macam pemikiran dan pembaharuan Islam.
Puncaknya adalah pasca jatuhnya Orde Baru. Kita masih ingat bahwa lawan Orde baru yang paling disegani adalah Gus Dur dan pemikirannya terhadap alam demokrasi di Indonesia. Sampai dengan saat ini beliau adalah sebagaian tokoh pejuang demokrasi di Indonesia dan dunia. Terutama gagasannya tentang demokrasi dan wacana keagamaannya yang begitu mendalam. Beliau berusaha mempertarungkan demokrasi dan nilai-nilai dasar Islam dalam aplikasi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan terbukanya suasana berdemokrasi memiliki dampak yang signifikan terhadap berkembangnya berbagai macam pemikiran, ide, dan jalan hidup masyarakat. Hal ini disebabkan karena demokrasi memungkinkan bagi sebagian kecil masyarakat atau sebagian besar masyarakat menuangkan berbagai macam gagasan dan keinginanya dalam hal tertentu. Terutama dalam hal menafsirkan Islam sesuai dengan kaidah yang benar.
Dari sinilah maka kita bisa melihat warna dari berbagai macam pemikiran Islam di Indonesia saat ini. Mulai dari Islam fundamentalis sampai dengan Islam liberal. Dan, kalau kita lihat secara lebih seksama hanya di Indonesia kita bisa melihat warna dari Islam yang begitu beragam, dan tidak mungkin kita temui di tempat atau negara yang lain.
Selamat jalan Gus Dur. Sebagai manusia beliau juga memiliki salah dan khilaf. Begitu besar jasamu bagi bangsa ini. Ketika beliau masih sehat terkadang kita juga merasa jengkel atas sifat pemikiranya yang kita anggap belum sesuai bagi masyarakat Indonesia dan komunitas Islam pada umumnya. Namun, sebaiknya sebagai manusia juga kita saling memaafkan dan mendoakan serta mengambil hal yang kita anggap baik. Semoga Allah menerima amal ibadah beliau.
Selamat Jalan Gus. Semoga amal ibadah Panjenengan diterima Allah SWT.
Ahmad Hudaifah
Warga NU, Master of Economics Student Kulliyah of Economics and Management Sciences International Islamic University Malaysia, Researcher ISEFID.
(msh/msh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini