Aktivitas Gempa Bumi yang Berantai

Aktivitas Gempa Bumi yang Berantai

- detikNews
Jumat, 30 Okt 2009 18:15 WIB
Jakarta - Sepanjang bulan September - Oktober 2009 sudah ada enam gempa bumi kuat mengguncang jalur subduksi lempeng tektonik busur Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku. Diawali oleh gempa bumi merusak di Tasikmalaya 2 September 2009 (M=7,3 SR), kemudian disusul dengan gempa bumi Yogyakarta 19 September 2009 (M=6.4 SR), gempa bumi Denpasar 19 September 2009 (M=6.4 SR), gempa bumi Pariaman 30 September 2009 (M=7.6 SR), gempa bumi Saumlaki 24 Oktober 2009 (M=7.3 SR), dan terakhir gempa bumi Waingapu 25 Oktober 2009 (M=6.1 SR).

Jika kita amati tampak bahwa aktivitas gempa bumi kuat yang berantai ini berada dalam satu jalur gempa bumi. Dan, seolah-olah memberi kesan kepada kita bahwa tegangan di zona seismik jalur Sumatera hingga Maluku sedang "matang-matangnya".

Bila memperhatikan lokasi episenternya dari seluruh gempabumi tersebut tampak ada enam zona yang sedang mengalami peningkatan aktivitas seismik dan memicu gempa bumi dirasakan hingga merusak selama dua bulan terakhir. Yaitu zona Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Sumatera Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Melihat kejadian rangkaian gempa bumi yang beruntun ini, masyarakat awam pun mengira bahwa gempabumi dalam waktu tertentu bisa menjalar ke mana-mana. Dari Jawa, Bali, Sumatera, Maluku, Nusa Tenggara, kemudian menerjang entah ke mana lagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada suatu rangkaian kejadian gempa bumi yang sama-sama di zona subduksi lempeng akibat terganggunya sistem kesetimbangan di sekitar bidang kontak antar lempeng. Kejadian gempa bumi yang merupakan manifestasi pelepasan tegangan litosfir di suatu daerah tentunya akan mempengaruhi dan mengganggu sistem kesetimbangan tegangan di daerah lainnya. Apalagi di setiap masing-masing kejadian gempa bumi diperjelas dengan rentang waktu kejadian yang relatif singkat antara kejadian gempa bumi yang satu dengan yang lainnya.

Sekilas memang ada suatu fenomena "saling picu" di antara berapa gempa bumi yang terjadi tersebut di atas. Atau memang saat ini periode di mana tegangan di jalur gempa bumi tersebut sedang aktif. Apakah ada kaitan antar generator-generator gempa bumi tersebut. Mengingat aktivitasnya masih berada dalam satu sistem jalur gempa bumi.

Bisa jadi demikian karena di dalam jalur tersebut sedang mengalami kondisi tidak stabil. Akibat sistem tektonik belum sempat mencapai kondisi kesetimbangan pasca terjadi gempa bumi. Tetapi, sudah kembali diganggu oleh guncangan di segmen lain sehingga terjadi aktivitas yang berantai.

Akankah fenomena gempa bumi yang berantai ini akan terus berlangsung berkepanjangan? Inilah pertanyaan yang sampai saat ini masih dalam teka-teki di kalangan para ahli kebumian.

Untuk menjawabnya memang cukup sulit. Fenomena menjalarnya atau migrasi gempa bumi dari satu daerah ke daerah lain memang cukup sulit untuk diterangkan. Tetapi, kemungkinan adanya hubungan antara terkonsentrasinya aktivitas gempa bumi pada suatu kawasan dengan kawasan lain dalam kurun waktu tertentu memang perlu dilakukan penelitian komprehensif lebih lanjut.

Ada sebagian ahli kebumian memiliki pendapat bahwa adanya perubahan pola tegangan global (global stress pattern) mungkin dapat menerangkan gejala ini. Memang kita dapat menjelaskan secara global peningkatan stres. Tetapi, menjelaskan korelasi secara detail antara satu gempa bumi dengan gempa bumi lainnya masih sangat sulit.

Jadi, memang terus terang bila dihadapkan pada ternyataan korelasi antar kejadian gempa bumi paling hanya bisa menjelaskan adanya korelasi spasial-temporal. Sementara stress changes masih sulit dijelaskan secara lebih detail.

Mengingat kehadiran gempa bumi yang tidak bisa ditolak dan diramalkan maka satu hal yang sebenarnya sangat penting dan perlu dipahami adalah bagaimana meningkatkan upaya sosialisasi strategi menghadapi gempa bumi di seluruh lapisan masyarakat adalah membangun kesadaran masyarakat.

Harus menjadi target utama pemerintah untuk menciptakan kesadaran masyarakat akan pentingnya membuat bangunan tahan gempa bumi. Hal ini perlu untuk tujuan-tujuan mitigasi agar dapat memperkecil dampak kerusakan bangunan dan infrastruktur serta menghindari jatuhnya korban jiwa manusia saat gempa bumi kuat terjadi. (@Bulaksumur, 28 Oktober 2009)

Daryono

Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. E-mail: darbmg@yahoo.com.




(msh/msh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads