Ada yang mengatakan "Suara Rakyat Suara Tuhan", "Suara Rakyat Bukan Suara Tuhan", dan "Suara Mayoritas Adalah Suara Kebenaran". Bila dicermati dari ketiga penulis tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu ingin mengatakan bahwa "suara terbanyak adalah suara yang harus di yakini kebenarannya".
Β
Pada kesempatan ini saya ingin menyumbang pemikiran yang sama tentang "suara rakyat". Namun, saya ingin mengawalinya dari kata "demokrasi", di mana kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti "rakyat" dan kratos/cratein yang berarti "pemerintahan".
Dengan demikian dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat atau dengan kata lain berarti pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Lalu. siapakah "rakyat" yang dimaksud. Apakah saya, anda, kami, atau kita. Cukup jelas bukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan demikian, setiap Lembaga Negara yang terbentuk dari "suara rakyat terbanyak" bukan saja harus accountable. Tetapi, harus benar-benar mewujudkan akuntabilitas sehingga kekuasaan yang diperoleh digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Satu hal terpenting, "rakyat" adalah "pemilik" sesungguhnya dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jadi, marilah tetap bersatu meskipun "berbeda" opini. Agar "rakyat" tetap dapat memiliki negeri ini dengan damai.
Jenal Alamsyah
Cikini Menteng Jakarta
jeans_1468@yahoo.com
08121061968
(msh/msh)