Hedonisme dan Nasib Pendidikan di Indonesia

Hedonisme dan Nasib Pendidikan di Indonesia

- detikNews
Sabtu, 11 Jul 2009 12:50 WIB
Jakarta - Dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) 1945 pasal 31 ayat 3 (setelah amandemen ke-4) dinyatakan bahwa "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang".

Dalam pasal tersebut dinyatakan secara lugas dan jelas beberapa hal berikut ini:

1. Tujuan utama pendidikan di Indonesia adalah untuk meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.
2. Asas pendidikan di Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika kita mengamati pendidikan di Indonesia dewasa ini maka apa yang diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 3 tersebut masih jauh dari kenyataan. Pendidikan di negeri ini telah mengalami kegagalan. Kalau tidak mau mengatakan mengalami penyimpangan dari UUD 1945.

Pendidikan dewasa ini terasa lebih berorientasi pada tingginya pencapaian indeks prestasi daripada membentuk pribadi yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Sejauh ini, pendidikan hanya sebatas transfer ilmu, meneliti, dan mengamati. Belum sampai pada tingkat penghayatan dan pengaplikasian dari ilmu pengetahuan tersebut. Dalam hal ini, ilmu hanya sebatas teori dan lisan belaka. Belum sampai pada tingkat perealisasian.

Banyaknya tokoh intelektual yang terjebak dalam kasus Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), ketika mereka diberi amanat untuk memangku sebuah jabatan, merupakan sebuah fakta yang tak dapat disangkal. Bahwa bangsa ini telah gagal dalam menyelenggarakan pendidikan sebagaimana yang telah diamanatkan dalam UUD 1945.

Sementara di pihak lain pendidikan di Indonesia ternyata masih merupakan barang mahal, karena hingga saat ini terutama pendidikan tinggi hanya bisa dirasakan dan dinikmati oleh kalangan tertentu saja. Tidak setiap orang dapat merasakan dan menikmatinya.

Cobalah sejenak kita menengok mereka anak-anak jalanan yang tak pernah mengenal dan mengenakan seragam sekolah. Atau lihatlah mereka yang merupakan anak-anak buruh tani di desa terpencil. Mereka semua adalah anak-anak yang dalam hidupnya selalu bermimpi untuk bisa menikmati pendidikan. Maka tak heran, jika mayoritas masyarakat di negeri ini berada dalam kemiskinan. Kemiskinan memang bukan hanya masalah perut dan lapar (ekonomi).

Kemiskinan bisa ada dalam bentuk pendidikan, politik, dan kebudayaan.
Dengan demikian, tidak terlalu berlebihan bila kita menyatakan bahwa pendidikan di Indonesia belum sampai pada tingkat mencerdaskan bangsa. Akan tetapi baru sebatas mencerdaskan kehidupan kasta tertentu saja.

Tulisan ini tidak hendak mencari kambing hitam untuk disalahkan, karena pada dasarnya masalah ini adalah masalah sosial, masalah kolektif, sehingga setiap kita memiliki keterlibatan tersendiri. Mungkin inilah yang disebut dengan dosa sosial bukan dosa individual.

Dalam tulisan ini, saya hanya akan melakukan analisis sederhana mengenai sebab-sebab terjadinya fakta yang memprihatinkan tersebut. Bila kita mencoba mengamati kehidupan bangsa ini yang tengah dilanda berbagai keterpurukan, maka kita akan menemukan paradoks-paradoks dalam bangsa ini.

Di tengah-tengah kesengsaraan sebagian masyarakat negeri ini, ternyata masih ada sebagian orang yang tenang bergelimang dalam gaya hidup hedonisme-materialis. Di tengah-tengah kemiskinan pendidikan (kebodohan) sebagian besar penduduk negeri ini, ternyata masih ada warga negeri ini yang terjebak dalam hedonisme-intelektual. Dan, di tengah-tengah dekadensi moral dan spiritual sebagian rakyat Indonesia, ternyata masih ada sebagian dari rakyat negeri ini yang terjebak dalam hedonisme-religius.

Hedonisme, itulah penyebab kehancuran negeri ini. Menurut hemat saya, hedonisme, kemegahan, dan kemewahan tidak hanya sebatas urusan materi belaka. Hedonisme dapat menjelma dalam intelektual dan agama. Seseorang yang dalam hidupnya lebih berorientasi pada materi dan kesenangan duniawi yang bersifat sesaat, serta berpaling dari kehidupan rakyat miskin di sekitarnya adalah orang yang terjebak oleh hedonisme-materialis.

Sementara seseorang yang dalam hidupnya lebih berorientasi pada kemegahan intelektual, mengumpulkan gelar akademis tanpa disertai dengan upaya untuk berbagi dengan mereka yang tesingkirkan dari peradaban merupakan orang yang tergelincir pada hedonisme-intelektual.

Ada pun orang yang dalam hidupnya lebih berorientasi pada kemegahan dan kemewahan agama, dengan cara memperbanyak ibadah dan ritual-ritual keagamaan tanpa disertai penghayatan dan perealisasian dalam kehidupan sosial adalah orang yang terjatuh pada jurang hedonisme-religius.

Tenyata, hedonisme bisa menjelma dengan bermacam wajah dan rupa. Intinya, kemewahan dan kemegahan apa pun tanpa disetai penghayatan dan upaya untuk berbagi dengan orang-orang yang ada di sekitar kita. Maka itulah hedonisme.

Dalam deretan firman Tuhan dalam kitab suci al Quran dinyatakan "Bermegah-megah
(hedonisme) telah membuat kamu lalai" (Qs At Takatsur: 1). Dengan jelas firman Tuhan tersebut menyatakan bahwa hedonisme adalah hal yang sangat dikutuk dan dicela, karena hedonisme dapat membuat seseorang lalai, lupa diri, lupa terhadap lingkungan sosial, dan lupa terhadap Tuhan.

Maka tidak heran jika Nabi Muhammad SAW pernah melarang beberapa orang dari sahabat beliau yang akan terus-menurus shalat, puasa, dan tidak menikah, karena hal itu adalah bentuk lain dari hedonisme-religius. Dengan demikian, akankah kita meninggalkan hedonisme.

Jejen Jamaludin
Pondok Pesantren Perguruan KH Zainal Musthafa
Sukamanah Tasikmalaya
jensmoderat@yahoo.com
085223483661



(msh/msh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads