Babi Sebagai Tantangan Bagi Manusia

Babi Sebagai Tantangan Bagi Manusia

- detikNews
Jumat, 10 Jul 2009 18:01 WIB
Jakarta - Di antara genom semua binatang (genom: kumpulan materi genetika yang mengendalikan sifat dan bentuk suatu jenis makhluk hidup/organisme), genome babi sangat mirip dengan genom manusia. Bahkan, gen-gennya boleh dikatakan sama
(www.swinegenomics.com).

Kemiripan genom ini tentunya tidak bisa diartikan dari bentuknya. Mengapa bentuk babi dan manusia berbeda kalau secara genomik sangat mirip. Dalam hal ini gen bisa sama/mirip tetapi yang menentukan bentuk dan sifat itu adalah interaksi antar gen-gen tersebut.

Dari sudut pandang ilmu pengetahuan kemiripan genom antara babi dan manusia ini memiliki arti positif dan juga negatif bagi manusia. Peran positif terkait kesamaan genom ini adalah babi bisa digunakan sebagai model biomedik untuk memahami penyakit-penyakit manusia. Terutama yang bersifat genetik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Manifestasi penyakit manusia lebih cocok (applicable) menggunakan babi daripada tikus yang saat ini sering digunakan di dunia riset medis. Genom babi tentunya juga sangat tepat untuk uji coba pengembangan dunia terapeutik penyakit-penyakit manusia.

Akan tetapi, kesamaan genom ini memiliki peran negatif yang sekaligus ancaman bagi manusia. Akibat negatif ini adalah penyebaran dan pengembangan penyakit-penyakit manusia pada babi dan/atau kelainan-kelainan genetika lainnya. Contoh penyakit menular yang sangat penting dalam hal ini adalah virus. Sedangkan untuk kelainan genetik bisa muncul apabila terjadi rekombinasi genetika gen babi ke dalam genom manusia.

Virus adalah microorganisme yang hanya hidup dan berkembang biak pada inangnya
(parasit obligat). Jadi, di luar (tanpa ada) inang, virus dalam keadaan inaktif
("mati"). Secara struktural, virus hanya terdiri dari materi genetik (DNA atau RNA) yang dibungkus oleh protein (capsid).

Materi genetik virus hanya berisikan kode genetik untuk capsidnya dan gen-gen komando (gen regulator) saja, tanpa dilengkapi dengan gen-gen selayaknya makhluk hidup normal. Oleh karena itu, virus tidak bisa hidup tanpa ada inangnya.

Gen-gen komando (regulator genes) inilah yang mengendalikan proses ekspresi genetika inangnya supaya memproduksi kebutuhan-kebutuhan si virus untuk meperbanyak diri, sehingga inangnya akan menjadi lumpuh dan mati dan virus turunannya siap menyebar ke sel-sel yang lain. Perintah atau sistem kerja virus di dalam sel inang berdasarkan prinsip kompatibilitas (kecocokan), yaitu kecocokan dalam regulasi kerja materi genetika antara virus dan inang.

Kerja virus dalam sel inangnya seperti halnya kerja sel inangnya itu sendiri. Oleh karena itu virus bersifat spesifik terhadap inangnya. Sebagai ilustrasi virus pada kucing tidak akan menyerang anjing. Apalagi manusia.

Tetapi, apabila ada kesamaan antara kucing, anjing, dan manusia dalam hal kerja genetiknya, penularan virus mungkin terjadi. Tetapi, sangat kecil kemungkinannya karena secara genomik manusia jauh berbeda dengan kucing atau pun anjing.

Lain halnya dengan kucing dan anjing babi memiliki keidentikan yang tinggi dengan manusia. Virus yang berkembang biak pada babi lebih berpeluang besar bisa menyerang manusia. Virus ini terus berevolusi pada babi dan sewaktu-waktu bisa menyerang manusia ketika manusia tidak siap dan belum memiliki vaksin virus baru ini.

Begitu juga virus manusia bisa menginfeksi babi, berkembang, dan berevolusi dan pada saatnya akan menyerang manusia kembali. Kasus ini pernah terjadi di Jawa 3-5 tahun silam, yaitu virus flu burung (avian influenza, H5N1). Virus ini sangat mematikan bagi manusia dan burung.

Temuan yang mengejutkan adalah hasil penelitian Chairul Nidom (ahli virology Univeristas Airlangga Surabaya) pada tahun 2005. Temuan Chairul ini mencengangkan dan menjadi perhatian dunia sebab virus flu burung (H5N1) juga
menginfeksi sampai 50% babi-babi yang ada di suatu daerah di Banten dan babi-babi itu tidak mengalami kelainan atau menderita apa pun (baca Nature news 435, 390-391; 26 May 2005).

Kasus yang sama yaitu temuan virus flu manusia yang mematikan ditemukan pada babi di China tahun 2001 dan 2003. Dari temuan ini, babi diduga sebagai media/vektor yang cocok sebelum flu burung menginfeksi manusia. Jenis virus ini pernah pandemic pada tahun 1918 yang diduga merupakan nenek moyang virus flu burung/babi modern saat ini. Oleh karena itu babi diduga sebagai vektor evolusi virus-virus yang menyerang manusia.

Satu contoh lagi yang masih hangat dibicarakan saat ini adalah flu babi (swine
influenza; A/H1N1). Strain virus ini pertama muncul dan menjadi pandemic di Mexico pada akhir Maret tahun ini. Virus ini sudah menyebar ke lebih dari 33 negara dengan jumlah penderita yang semakin meningkat setiap harinya dan sekarang melebihi 5.500 penderita.

Pada tanggal 2 Mei 2009 pemerintah Kanada melaporkan ke WHO bahwa virus ini juga mengifeksi babi-babi di daerah Alberta, Canada. Ini tentunya sebagai indikasi bahwa kompatibiltas virus manusia dengan babi sangat tinggi. Babi telah menjadi media utama dan "laboratorium alam" bagi virus-virus penyerang manusia untuk mengembangkan diri dan berevolusi.

Oleh karena itu hampir semua negara terutama negara-negara Eropa memperketat kegiatan keluar-masuk babi dan menghindari kontak penderita flu babi dengan lokasi peternakan babi supaya tidak terjadi penularan flu H1N1 ini ke babi. WHO pun mengeluarkan maklumat supaya setiap negara melakukan kontrol terhadap populasi babi yang ada di negaranya masing-masing.

Berangkat dari sini manajeman biosecurity sudah musti mulai disusun dan diterapkan. Standard dan lokalisasi peternakan babi terhadap peternakan lainnya dan pemukiman harus mulai diperhatikan dan ditata. Bagaimana pun  semua makhluk hidup yang ada di dunia ini memiliki peran masing-masing yang memberikan manfaat bagi kesejahteraan manusia apabila diatur dengan benar dan bijaksana.

Ditulis oleh: Syarifin Firdaus, Departemen Bioteknologi dan Pusat Penelitian
Sumberdaya Hayati dan Bioteknolgi IPB (PPSHB-IPB), Bogor.





(msh/msh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads