Banyak kata yang dapat ditulis atau diujarkan berbahasa Indonesia asli diterjemahkan atau disesuaikan dengan istilah-istilah asing. Padahal tidak selalu penyesuaian atau penerjemahan tersebut dibutuhkan karena masih ada padanan kata dalam Bahasa Indonesia.
Saya tidak bermaksud menuduh lembaga pendidikan bersalah untuk soal ini. Tapi, hal tersebut adalah bukti tidak terbantahkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misalnya adalah istilah "diskusi kelompok terarah". Dalam proses belajar saya di kampus dan forum-forum ilmiah saya lebih sering mendengar istilah ini dalam pengucapan berbahasa Inggris. "Focus Group Discussion" atau FGD.
Fakta lebih buruk yang ditemukan terkadang istilah yang digunakan oleh pengajar tidak memperhatikan logika bahasa. Struktur diterangkan-menerangkan yang digunakan dalam Bahasa Indonesia digantikan secara sembrono menjadi menerangkan-diterangkan.
Dosen dan guru sering kali malas untuk mempelajari soal ini. Jadi wajar kalau makalah atau hasil penelitian yang ditulis oleh kaum akademik sering berisi tumpukan bahasa asing.
Mari kita mencoba menguji anggitan ini. Coba kita mencari tiga atau empat jurnal penelitian yang diterbitkan oleh universitas atau perguruan tinggi. Lalu, mari kita selidiki apakah anggitan ini tepat.
Sejauh pengalaman saya selama ini membaca jurnal-jurnal yang diterbitkan oleh kalangan pendidikan anggitan ini saya rasa benar. Berikut ini beberapa contoh kata-kata yang secara sembrono diterjemahkan atau digunakan dalam dunia pendidikan yang akhirnya menghilangkan kosa kata asli berbahasa Indonesia:
1. Alasanย menjadi argumen
2. Surat kabar menjadi newsletter
3. Kegiatan menjadi aktivitas
4. Ilmu hayat menjadi biologi
5. Ilmu jiwa menjadi psikologi
6. Ilmu sosial menjadi humaniora
7. Arus utama menjadi mainstream
8. Tanggung gugat menjadi akuntabilitas
9. Bukti menjadi fakta
10. kenyataan menjadi realitas
11. Pemasaran menjadi marketing
12. Anggapan menjadi asumsi
13. Laporan menjadi raport
14. Menggolongkan menjadi mengklasifikasi
15. Memilah menjadi menyortir
16. Penilaian menjadi evaluasi
17. Perseorangan menjadi individu
18. Hubungan menjadi relasi
19. Akibat menjadi efek
20. Penelitian menjadi riset
21. Tindakan menjadi aksi
Selain kata-kata ini tentu sudah banyak kata yang menghilang dari kosa kata Bahasa
Indonesia.
Kenapa saya harus mempermasalahkan cara berbahasa di lingkungan pendidikan? Jawabannya sederhana. Lembaga pendidikan adalah lembaga yang memiliki pengaruh di tengah masyarakat.
Coba bayangkan jika di sebuah fakultas terdapat 50 orang mahasiswa. Maka ada 50 orang yang berkemungkinan memiliki kebiasaan (tradisi) berbahasa yang sama. Jika masing-masing mahasiswa tesebut bergaul dengan 3 orang saja maka sudah 150 orang berkemungkinan tertular kebiasaan berbahasa tersebut.
Bayangkan jika 150 orang tersebut bergaul dengan sejumlah orang lain dan alur pertukaran pengetahuan ini terus berjalan. Seberapa luaskah pengaruh kebiasaan berbahasa yang buruk di perguruan tinggi akan menular di tengah masyarakat.
Mari berpikir dan mengingat. Apakah kata asli dalam Bahasa Indonesia untuk kata-kata berikut:
1. Faktor
2. Proses
3. Bulu tangkis
4. Respon
5. Kompleks
6. Aksi
7. Institusi
8. Universitas
9. Strategis
10. Efisien, dll.
Mungkin banyak di antara orang Indonesia sudah melupakan kosa kata asli berbahasa Indonesia untuk istilah-istilah ini.
Irsyadul Ibad
Jl Cuwiri No 529 MJ 3 Yogyakarta
havana_g@yahoo.com
02747005320
(msh/msh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini