Hari Bumi dan Isu Klise

Hari Bumi dan Isu Klise

- detikNews
Rabu, 22 Apr 2009 19:14 WIB
Jakarta - Seperti biasa berjalannya rutinitas bertemakan lingkungan kadang masih menjadi isu yang marjinal. Mungkin sebagian besar orang masih terfokus dengan hiruk pikuknya pesta demokrasi dan segala warna yang menyertainya. Bahkan, isu lingkungan tidak menjadi bahan yang menarik dan dibawakan oleh partai-partai yang ada.

Rupanya isu Indonesia makmur dan sejahtera serta menarsiskan partai masing-masing lebih populis dibandingkan penanganan dini terhadap lingkungan kita. Ancaman terhadap keberlangsungan bumi kita rupanya hanya dijadikan sebagai bahan pemanis dan spanduk peringatan seperti acara acara seremonial lainnya. Padahal sejahtera atau tidaknya umat manusia tergantung dari kondisi bumi yang kita pijak selama ini. Karena, banyak korelasi positif antara kondisi lingkungan dunia dengan sistem ekonomi yang dijalankan.

Sejarah Hari Bumi
Sejarah Hari bumi pertama di dunia jatuh pada tanggal 22 April 1970. Pada saat itu sekitar 20 juta orang memperingati Hari Bumi dengan melakukan kampanye serentak dipimpin seorang senator setempat Gaylord Nelson.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada awalnya kampanye ini hanya mengkampanyekan zero population dan ledakan pertumbuhan penduduk (baby booming) selain pada saat itu juga Amerika Serikat mengalami berbagai bentuk efek negatif dari industrialisasi pasca perang Vietnam dengan banyaknya limbah kimia berbahaya dan pencemaran yang merajalela.

Seiring berjalannya waktu maka peringatan Hari Bumi diapresiasi oleh PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) dan beberapa negara di dunia. Meski PBB sejak tahun 1969 memperingati Hari Bumi berdasar perkiraan march equinox atau sekitar tanggal 20 Maret di mana posisi matahari berada di atas garis ekuator (Wikipedia, 21 April 2009).

Tapi, pada kenyataanya 22 Aprillah yang lebih populer dan sering diperingati di berbagai belahan dunia dengan berbagai cara.

Kondisi Terkini
Setelah banyak mengalami pasang surutnya kampanye kepedulian terhadap isu-isu lingkungan dan walaupun banyak yang sudah berubah sejak tahun 1970 banyak upaya yang terus dilakukan baik oleh para aktivis lingkungan maupun akademisi untuk lebih melindungi bumi ini. Tapi, hal tersebut tidaklah cukup.

Pada 100 tahun terakhir bumi kita sudah mengalami peningkatan suhu yang sangat signifikan. Peningkatan tersebut berkisar 1 derajat celcius atau 1,8 derajat Fahrenheit. Penyebab tertinggi dari perubahan kenaikan suhu itu lebih diakibatkan gas buangan karbon dioksida dunia tertinggi setelah 650.000 tahun atau mungkin 20 juta tahun.

Bahkan, tercatat negara-negara yang dikenal dengan ornament es abadinya seperti Greenland, atau Norwegia perlahan harus kehilangan kawasan esnya dan berubah menjadi perairan. Hal tersebut menjadikan tingginya permukaan laut dan diperkirakan akhir abad ini permukaan laut akan naik menjadi satu sampai setengah meter.

Lalu kita, seberapa banyak kalangankah yang akan berfikir tentang generasi berikutnya. Begitu banyak hal yang kita tidak bisa pastikan bahwa kehidupan generasi mendatang kita terancam. Ironisnya hal ini ditanggapi biasa saja dan mungkin hambar bagi sebagian besar kalangan politisi.

Melihat kondisi yang semakin mendesak memang tidak ada jalan lain semua pihak yang concern dalam masalah lingkungan dan bumi kita untuk bergerak dalam satu barisan pressure group. Pada kenyataannya semua pihak belum bisa berdiri bersama-sama dengan banyaknya kepentingan yang melatarbelakanginya.

Alangkah indahnya apabila lembaga-lembaga swadaya masyarakat, partai politik (parpol), pemerintah, dan para akademisi bahu membahu membuat gerakan-gerakan yang massif mengubah wajah bumi kita. Ada banyak cara untuk mengubah hal tersebut dan itu masih merupakan pekerjaan rumah (PR) yang tidak kunjung selesai. 

Bikin partai hijau di Indonesia sepertinya masih jauh panggang dari api. Tapi, tidak menutup kemungkinan dengan eskalasi politik yang berkembang sekarang ini. Ternyata masih banyak pihak yang hanya dipentingkan isu klise kesejahteraan yang sesaat.

Peran Akademisi
Meski dalam kenyataannya beberapa konsep diatas sudah pernah dan bahkan tidak asing kedengarannya konsep ini sulit dilakukan dikarenakan itikad baik dan pemahaman mengolah disalahartikan menjadi libido sebagian penguasa dan pengusaha yang tidak tertahankan untuk menikmati semua kekayaan alam tanpa terkecuali dengan tidak mengindahkan konsep keberlanjutan.

Dengan adanya Budget pendidikan APBN sampai 20% diharapkan memaksimalkan pemberdayaan kurikulum tentang lingkungan dari sejak dini, dan diharapkan juga pemerintah dan akademisi memberikan sumbangsih dalam melakukan terus menerus berbagai prakarsa dan prakarya bidang teknologi serta penelitian yang akan mendukung secara sinergis percepatan dan alih teknologi untuk mendukung industry (science park). 

Dan, pembentukan pusat pusat kerja sama institusi pendidikan dengan industri sehingga tidak mungkin pembiayaan research dengan kerja sama lewat pihak industri dapat memberikan sumbangsih bagi pelayanan institusi pendidikan terhadap mahasiswa.

Industri yang Ramah Lingkungan 
Untuk berubah memang memerlukan sebuah terobosan dan keberanian yang berdasar pengembangan teknologi tinggi dan aplikasi mata rantai ekonominya. Banyak karya anak bangsa yang hanya disimpan di perpustakaan universitas-universitas atau bahkan di balai penelitian dan penerapan teknologi (BPPT) sekalipun.

Dengan berbekal berbagai hasil karya anak bangsa yang ramah lingkungan negara wajib hukumnya menciptakan pekerjaan di antaranya membuat industri yang prospektif. Hal ini lebih bermanfaat daripada hanya sekedar membagikan bantuan langsung tunai (BLT) yang habis dalam hitungan minggu.

Menciptakan kantong-kantong industri di setiap daerah berdasarkan kearifan lokal yang ada sudah saatnya kita memanfaatkan dana-dana yang salah sasaran. Membentuk satu industri yang bisa menyerap banyak tenaga kerja di daerah sehingga arus urbanisasi bisa dicegah. Karena, urbanisasi yang tidak terkendali dan masalah kependudukan menyumbang menurunnya kualitas hidup manusia perkotaan.

Mengundang investor memang bukan perkara mudah. Apabila belum ada investor yang berminat menanamkan modalnya di sektor riil. Tidak ada salahnya pemerintah membuat industri berskala kabupaten untuk produk yang ramah lingkungan. Atau industri penyangga produksi.

Sedangkan masyarakat pedesaan bisa dibuat industri rumah tangga yang menjadikan industri di tingkat kabupaten yang menjadi patronnya. Seperti contoh kecil membuat industri biogas. Dari pembentukan satu industri saja akan membuat banyak lapangan pekerjaan dan mengurangi pemakaian sumber daya alam yang tidak tergantikan adalah solusinya. 

Industri ini akan berkembang apabila mereka bisa memasok market pasar yang ramah lingkungan juga sehingga nanti akan terbentuk pula pola-pola seperti industri otomotif yang ramah lingkungan dan sektor pendukung lainnya. Untuk itu perlu dibuatkan kebijakan pembatasan penggunaan kendaraan bermotor dalam keluarga. Peremajaan semua jenis kendaraan yang ada di daerah perkotaan mungkin bisa mengurai benang kusut kemacetan dan polusi udara. Dengan syarat memperbaiki kualitas transportasi publik kita.

Bersepeda atau menggunakan sepeda motor listrik menjadi pilihan. Bersepeda adalah salah satu cara transportasi yang ada hari ini yang paling bersih, paling sehat, tenaga efisien, dan bersahabat dengan lingkungan. Green environment creates green jobs.

Pemanfaatan Ulang Dampak Eksploitasi
Selain industri secara ekonomis banyak hal yang bisa dilakukan dalam kaitannya dengan mendukung upaya peningkatan kualitas hidup manusia dalam kaitannya dengan keberlangsungan bumi kita. Seperti banyak sekali kawasan di daerah di Indonesia yang dulunya merupakan kawasan tambang yang terbengkalai tanpa ada upaya lebih lanjut untuk memanfaatkannya. Kawasan-kawasan bekas tambang batu bara, nikel, timah, besi.

Pemanfaatan lahan dan bekas galian tambang untuk membuat sentra perikanan, peternakan, perkebunan, dan wisata merupakan alternatif pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berorientasi pada lingkungan. Berbagai kawasan yang ada di daerah yang berpotensi menjadi sasaran wisata bisa dibentuk kelompok-kelompok peduli lingkungan yang mempunyai usaha pemberdayaan masyarakat yang memanfaatkan kunjungan wisatawan untuk ecotourism dan culture tourisme.

Pengendalian dampak penambangan atau pembabatan hutan rupanya banyak tidak disadari oleh sebagian kalangan pemerintah. Bahkan simbol kebanggan kita, Gunung Carstenz Pyramid saja sudah terancam pembuangan ampas biji timah dari Freeport. Sungguh ironis.

Sekarang atau Tidak Sama Sekali
Semua hal di atas hanya sebagian kecil saja masalah dan kesempatan-kesempatan yang ditimbulkan dari dimanfaatkan atau tidaknya teknologi yang ramah lingkungan. Jadi, tidak ada salahnya kita mulai dari sekarang. Mengefisienkan penggunaan sumber daya alam, stop pembabatan hutan untuk perkebunan, moratorium hutan Indonesia sekarang juga, manfaatkan industri pertambangan kita oleh anak bangsa, dengan merasionalisasi dan menasionalisasi banyak perusahaan asing untuk kemakmuran masyarakat dan pengontrolan yang lebih bermartabat terhadap lingkungan.

Lantas apa saja yang bisa kita lakukan untuk membantu gerakan penyadaran  peduli bumi kita:

1. Membuat efisiensi hal yang biasa kita lakukan terkait dengan kebutuhan domestik kita. Air, energi, sandang, pangan, dan papan disesuaikan dengan kebutuhan yang mendukung lingkungan.

2. Mendukung politisi yang betul-betul berjuang untuk menegakkan isu-isu dan keberpihakan terhadap lingkungan tanpa memandang dari mana asal partainya.

3. Membuat usulan revitalisasi dan kampanye lingkungan serta cintai bumi kita di tempat kita bekerja dan berinteraksi lewat pola hidup keseharian kita.

4. Mendukung kampanye yang mengangkat isu lingkungan supaya mendorong pemerintah melakukan perbaikan kualitas hidup masyarakat Indonesia, dan tetap peka terhadap isu-isu lingkungan. Dimulai dari lingkungan sekitar kita. Jangan sampai kasus bencana alam terulang kembali karena kita tidak perduli.

Alangkah indahnya bumi ini ketika kita lebih perduli dan memahami pentingnya bumi kita. Tidak hanya di tanggal 22 April saja. Tapi, di setiap waktu kita. Karena, dengan memahami arti pentingnya keberlanjutan bumi ini kita memahami arti masa depan penerus kita.

Tiap hari adalah Hari Bumi. Lestari bumiku. Jayalah bangsaku.

Deni Danial Kesa
Villa Bogor Indah Blok F3 No 22 Bogor
deni_kesa@yahoo.com
081323202160



(msh/msh)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads