jumlah penduduk 225 juta jiwa dan sebagai negara Muslim terbesar di dunia, demikian pula sumber daya alam yang luar biasa melimpah, menempatkan bangsa ini dalam posisi tawar yang sangat berarti dalam percaturan internasional. Potensi ini harus dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan pembangunan dan peningkatan kesejahteran segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia.
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengutus Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton untuk mengunjungi Indonesia sebagai bagian dari lawatan ke luar negeri pertamanya karena Obama ingin merangkul dunia Muslim. Sangat logis karena Indonesia merupakan negara Muslim terbesar di dunia.
Hal ini sekaligus menunjukkan kekonsistenan Presiden Barack Obama terhadap janjinya untuk mengusahakan "jalan baru ke depan" dengan "dunia Muslim berdasarkan kepentingan bersama dan saling menghormati" (Pidato Pelantikan 20 Januari 2009). Berdasarkan kenyataan di atas diperlukan persepsi jelas dan sekaligus tindakan nyata dalam memposisikan diri sebagai bangsa yang besar dan berdaulat untuk menerima tantangan dan sekaligus mengambil manfaat dari kunjungan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden Obama menyetel nada baru dan menjanjikan keseimbangan baru dalam penggunaan diplomatik, militer, dan bentuk kekuasaan lainnya. Perubahan strategi diplomatik AS tersebut tentunya sebagai cara untuk menyelesaiakan masalah dalam negeri Amerika. Salah satu strategi yang diambil oleh pemerintah Obama adalah meningkatkan daya beli masyarakat AS dengan paket stimulus ekonomi yang telah mendapat persetujuan senat sebesar 780 miliar dollar AS.
Stimulus ini akan dijalankan dengan strategi pemotongan pajak dan pemberian subsidi terhadap industri-indutri strategis dalam meningkatkan produksinya sehingga akan membantu membuka lapangan kerja baru. Dengan demikian jutaan penduduk AS yang telah di-PHK akan kembali mendapatkan pekerjaannya.
Dalam konteks global tidak ada satu negara pun di dunia yang dapat berdiri sendiri sehingga terjadi persaingan produksi dan perebutan pasar untuk memasarkan produk industrinya. Sebagaimana kita ketahui bahwa Amerika, Eropa, dan Jepang merupakan
negara-negara yang menggantungkan indutri strategisnya terhadap otomotif, manufaktur, alat-alat berat, persenjataan, indutri komputer, dan kemampuan profesional. Sedangkan Negara-negara Asia, Afrika, Timur Tengah menggantungkan produksi dalam negerinya pada agriculture, furnish, tekstil, dan lain-lain.
Jadi dengan melihat produksi utama maka sangat logis bagi AS untuk melirik ke Afrika dan Timur Tengah, Asia, termasuk Indonesia tentunya, sebagai pasar yang menggiurkan untuk produk-produk utamanya. Karena dengan terbukanya pasar berarti akan memberikan keuntungan yang besar terhadap perkembangan dan kemajuan industri yang secara otomatis akan meningkatkan eksport dan pemasukan dalam negeri AS.
Sementara pasar di daratan Eropa, AS, Jepang, dan China sudah overload dikarenakan
negara-negara tersebut sebagai negara-negara produsen otomotif, komputer, dan manufacture pula. Bahkan, akhirnya akan terjadi kompetisi dengan AS. Jadi dengan demikian perubahan kebijakan luar negeri Amerika tidak semata-mata karena pergantian kepemimpinan dalam hal ini Presiden Obama, demikian pula bukan karena motif agama, melainkan karena kebutuhan pasar dan kepentingan dalam negeri AS.
Namun, apa pun kondisinya kebijakan luar negeri AS ini perlu direspon oleh Pemerntah Indonesia sebagai suatu peluang untuk memajukan Bangsa Indonesia setara dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Taruna Ikrar
University of California
Med Surge II, Room 364, Irvine, 92697, CA, USA
tikrar@uci.edu
+1-949-824-0363
- Postdoctoral Scholar, University of California,
Irvine, US of America.
- President Center for Interregional Study
www.medicals.multiply.com.
(msh/msh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini