Tapi, ke Mana Film Perjuangan Indonesia

Tapi, ke Mana Film Perjuangan Indonesia

- detikNews
Sabtu, 17 Jan 2009 17:19 WIB
Tapi, ke Mana Film Perjuangan Indonesia
Jakarta - "Aduh bisa gak seh, bikin film tuh yang buagus gitu loch, kok semuanya kaya kacang goreng, bikinnya sama, plotnya sama," demikian kiranya kutipan dari beberapa komentar yang berhasil dirangkum oleh teman-teman saya di komunitas perfilman (Komunitas Layar Film).

Menggeliat pastinya. Produksi film Indonesia memang lagi marak. Tidak bisa dipungkiri membawa angin segar baru ke kalangan senias dan masyarakat kita.

Tapi, warna plot yang sama membuat warna perfilman kita hilang, kalau dipikir-pikir, nuansa film komedi sekarang merajai perfilman Indonesia. Ngomong-ngomong, ke mana warna film perjuangan kita.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ya, bagaimana negara ini bisa menghargai pahlawannya, jika kita hanya disuguhkan sejarah pada saat sekolah, dan dibangunkan kembali ingatan kita setiap tanggal 10 November?

Sebuah kenyataan yang membuat saya dan beberapa orang yang konsen di dunia perfilman mencoba melirik kembali film-film perjuangan zaman 'jadul' dari era 50-an sampai 70-an, seperti Anak-anak Revolusi, Mereka Kembali, Romusha, dan lain-lain.

Mencoba tampil modern boleh saja. Tapi, apa tampil modern bisa memikat hati
penonton. Belum tentu. Kesan modern tapi murahan, kampungan, menjual yang
"tidak penting" juga menjadi cibiran beberapa orang penikmat film.

Sungguh sayang. Jika sedang menggeliat dan menjamurnya produksi film kita ternyata dibumbuhi banyaknya orang mencari film-film luar untuk konsumsinya dibandingkan memadati bioskop kita untuk menonton film produksi anak bangsa, karena apa ya itu tadi, filmnya tidak membuat terkesan "wah" dan "menarik". Jadi, sehabis lepas dari bioskop kesan itu hilang dan hanya menjadi perbincangan sesaat.

Kembali ke masalah perfilman kita yang tidak mengulas soal perjuangan lagi. Terkecuali film Naga Bonar Jadi 2, dan Naga Bonar yang ditayangkan kembali, yang heroik dan menyegarkan. Tapi, ke mana lagi film-film serupa bisa menambah keinginan kita untuk bisa memberikan penyegaran kepada anak bangsa tentang perjuangan negeri ini merebut kemerdekaan?

Masalah "kemerdekaan" ini pun juga menjadi polemik yang baru. Sudah dikasih merdeka dalam membuat film menampilkan ekspresi dan apresiasi senias film lewat bioskop malah terkesan bablas angine. Kontrol yang tidak jelas, kembali ke ala 'Warkop' yang menghibur tapi tidak memberikan hasil yang fenomenal.

Seperti Warkop sendiri, kalau ditanya, apa seh yang Anda ingat ketika nonton Warkop? Beberapa yang saya tanyai dan ini merupakan para pria mereka bilang,
rok mini dan gadis-gadis.

Emm ... pemandangan bagus yang mereka dapatkan. Kepuasan. Tentu mereka dapatkan secara visual tetapi di lain pihak mereka juga terhibur dengan ulah Trio Warkop yang akhirnya fenomenal. Nah, sanggupkah senias kita buat seperti itu?

Peranjakan yang menarik dari sebuah revolusi film kita. Dari horor yang terkesan "aneh", kadang "tidak menyeramkan", juga dibubuhi film drama picisan yang plotnya mirip-mirip. Sekarang menjamur kembali film Komedi bernuansa perkotaan yang kental. Menyuguhkan pergaulan bebas dan juga kontrol lepas.

Waspadalah ... waspadalah. Mungkin imbauan ini akan sama dengan imbauan sergap di RCTI. Tapi, memang kita harus berwaspada karena tidak baik untuk konsumsi anak-anak dan remaja. Semakin menjerumuskan walaupun disuguhkan akibat di ujung cerita. Tapi, sama saja. Mengarahkan dengan memberikan sentuhan manis dan kenikmatan kepada penonton. Wal hasil akibat itu menjadi dinomorkesekiankan.

Apa yang menarik untuk film-film luar yang bisa dikatakan punya rating bagus? Banyak hal. Ceritanya kuat. Menampilkan sesuatu yang berbeda tapi tak lepas dari bumbu percintaan yang diselipkan pas di momen-momen tertentu. Hanya untuk penyegaran dari sebuah film yang serius.

Tapi, apa makna dari sebuah film bagus? Ini pernah ditanyakan kepada saya oleh salah satu wartawan tabloid Ibu Kota kepada saya. Pastinya, film itu menyuguhkan yang berbeda, memberi kesan dalam dan kita tidak mudah melupakannya, kuat dari segala faktor, akting, visual, sound, dan lainnya. Punya makna, dan pesan moral, merupakan standar film baik, yang menghasilkan film bagus.

So, buat senias kita, "Ya mbok, Bikin Film Tuh yang Buagus Gitu Loch hehehehe ... "

Nofriza Nindiyasari
Depok
nofriza@gmail.com
081808108881

(msh/msh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads