Memilih Pemimpin yang Hidup Sederhana

Memilih Pemimpin yang Hidup Sederhana

- detikNews
Rabu, 07 Jan 2009 19:02 WIB
Jakarta - Melanjutkan kembali tulisan saya sebelumnya tentang politik itu bersih maka sudah selayaknya para pemimpin bangsa saat ini mengambil keteladanan dari perilaku politik Proklamator RI Moh Hatta. Dengan segala sikap dan perilaku Bung Hatta yang hampir tanpa cacat beliau telah menjadi pemimpin yang disegani kawan maupun lawan. Beliau adalah pemimpin yang dicintai rakyat.

Beliau dicintai rakyat karena banyak keteladanan dan nilai positif yang dapat diambil dari kehidupannya. Sikap Bung Hatta yang sangat melekat di hati warga Indonesia --terutama kalangan menengah ke bawah, adalah kesederhanaan dan kedekatan seorang pemimpin dengan rakyatnya.

Bahkan, beliau tidak mau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Tetapi, beliau ingin dimakamkan di tengah-tengah rakyat di Pemakaman Tanah Kusir. Maka tak heran iringan pemakaman Bung Hatta dihadiri ribuan orang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Buntutnya di Jl Diponegoro kepalanya di Tanah Kusir", tutur Sejarawan Des Alwi. Iwan Fals pun mengabadikan perasaan Bangsa Indonesia atas wafatnya Bung Hatta dalam liriknya, "hujan air mata dari pelosok negeri saat melepas engkau pergi".

Sampai saat ini rasanya belum pernah lagi kita mempunyai pemimpin yang benar-benar dicintai rakyatnya. Sukarno memang dicintai rakyat yang mendukungnya tapi banyak juga rakyat Indonesia yang tidak menyukainya. Suharto juga dicintai banyak pendukungnya.

Tapi, rakyat Indonesia yang membenci Suharto juga tak sedikit. Begitu pula Habibi, Gus Dur, Mega dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Mereka di hormati kawannya tetapi tidak sedikit rakyat Indonesia yang tidak menyukainya. Terutama lawan politiknya.

Kalau kita mau belajar dari sejarah maka akan kita dapatkan banyak pemimpin yang dicintai rakyatnya yang berjuang demi kepentingan rakyatnya. Pemimpin yang seperti ini selalu dikenang terus menerus sepanjang waktu. Dan, kalau diambil kesimpulan tentang kesamaan perilaku mereka adalah pola hidup sederhana.

Dalam literatur Islam dikenal Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang berhasil mensejahterakan rakyatnya hanya dalam waktu 2,5 tahun sampai tak ada lagi rakyatnya yang masuk dalam kategori miskin. Beliau dikenal sangat ekstrim menerapkan pola hidup sederhana. Padahal beliau berasal dari keluarga khalifah yang kaya raya.

Di India ada Mahatma Gandhi yang berhasil memperjuangkan persamaan hak kasta sudra --kasta paling rendah di India, dan kaum perempuan India yang sebelumnya tertindas. Beliau juga dikenal sangat fanatik melaksanakan pola hidup sederhana. Gerakan puasa adalah bagian terpenting dari perjuangan Gandhi. Kalau di Afrika Selatan ada Nelson Mandela yang membebaskan rakyat Afrika dari belenggu rasialisme dan beliau pun bergaya hidup sederhana.

Pola hidup sederhana adalah tanda bahwa orang itu lebih mengutamakan kepentingan orang lain dibandingkan kepentingan diri sendiri. Pemimpin yang sederhana dan merakyat adalah tanda bahwa dia lebih mengutamakan kepentingan bangsanya dibandingkan kepentingan dirinya dan keluarganya.

Dan kita butuh pemimpin yang seperti ini. Maka dari itu menurut hemat saya memilih pemimpin yang sederhana adalah sebuah keniscayaan kalau bangsa indonesia ingin keluar dari keterpurukan.

Abdul Majid K
4-4 futatsuya-cho, kanagawa-ku
Yokohama
ibnuqomar@gmail.com
+81453130021

(msh/msh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads