Tanggal 25 ini Natal datang dan disambut meriah di berbagai belahan dunia. Bagian utara bumi misalnya yang dua minggu lalu masih sempat menghangat dan mencapai 5 derajat, mulai 23 Desember ini turun salju sangat lebat. White Christmas is coming.
Bagi mereka yang tidak kebagian salju maka pohon cemaranya terpaksa diberi kapas agar bernuansa salju. Tidak lupa rupa-rupa hadiah ditebar di sekitarnya agar terkesan sang Santa Claus telah memasuki rumah di waktu malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengiriman rosul melalui Natal inilah yang menyiratkan adanya suatu "perdamaian" yang menghentikan "permusuhan".
Pesan "sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam damai dengan semua orang! (Roma 12:18)" tentu harus dipahami sebagai suatu pesan yang bermakna bagi siapa pun dan kapan pun. Sebab, salah satu masalah yang terus mendera manusia dari waktu ke waktu adalah koyaknya nilai perdamaian.
Bukan hanya antar mereka yang berbeda budaya dan agama. Namun, juga antar individu dalam keluarga hingga antar bangsa. Budaya bentrok satu dan lainnya seringkali tidak diimbangi dengan budaya damai yang memadai. Unsur kepentingan sesaat bagi kelompok tertentu bisa mengalahkan suatu esensi.
Di masa sekarang pesan perdamaian tidak pernah lekang untuk terus digaungkan. Tidak heran bila di berbagai monumen kata damai ini ditulis dalam berbagai bahasa di dunia. Seperti yang ada di samping menara Eiffel dan di tengah-tengah kota St Petersburg.
Bahkan, semangat ini dalam ajaran Islam terus dimunculkan minimal sepuluh kali dalam satu hari. Diucapkan kepada orang-orang yang ada di sekitar kita yakni dengan cara mengucapkan dua kali salam (damai) saat menyelesaikan sholat wajib. "Damai padamu semua, semoga rahmat dan berkah Tuhan ada padamu".
Nilai kedua dalam kejadian natal adalah "menepati janji". Tuhan yang telah berjanji untuk mengutus rosulnya pada suatu saat, menepati janji pada waktu dan masyarakat yang pas. Pemenuhan janji ini penting untuk perbaikan kehidupan serta mengingatkan manusia agar tidak mudah ingkar terhadap janji-janji yang dibuatnya.
Ingatlah bahwa Nabi Muhammad juga mendapat gelar sangat mulia dari Tuhan, yakni Al Amin, yang bisa dipercaya dan tidak pernah ingkar janji. Sifat-sifat baik Tuhan yang dikenal dalam ajaran Islam ada 99 itu pastilah harus menitis ke para nabi dan kemudian para umatnya. Keingkaran terhadap sifat al amin misalnya, akan menimbulkan gejolak kehidupan, ketidakharmonisan, serta hancurnya nilai-nilai perdamaian.
Kehidupan masyarakat internasional yang melabelkan dirinya sebagai orang modern ternyata carut marut manakala meninggalkan nilai-nilai moralitas yang sering dianggap kuno, tradisionil, dan konservatif. Istilah lips service, basa-basi, sampai dengan cheating merupakan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan nilai "pemenuhan janji" dan "perdamaian" yang ada dalam Natal.
Sayangnya, meskipun nilai-nilai natal juga dimiliki oleh penganut Islam dan agama lainnya nyatanya pertentangan dalam segala bentuk manifestasinya terus bergulir dari waktu ke waktu oleh umat manusia. Berbagai unsur primordialisme seolah telah menyatu dalam aliran darah dan tidak mungkin dilakukan detoxification.
Pertikaian terus menerus menjadi bagian dari kehidupan dan bahkan kadang dieksploitasi menjadi sarana bisnis oleh kelompok tertentu. Ribuan manusia mati konyol setiap hari sebagai akibat lenyapnya nilai salam dan damai dalam jiwa.
Dalam kondisi yang demikian tentulah pesan-pesan perdamaian dan pemenuhan janji harus dihayati lalu diamalkan dalam keseharian. Adalah salah bila ada yang mencoba menafikan semangat Natal hanya semata-mata berbeda kepercayaan. Perlu diingat bahwa di luar nilai-nilai keilahian maka banyak sekali ajaran yang mengatur kehidupan horisontal dan transendental yang mirip di semua agama.
Karenanya, untuk sementara, lupakanlah simbol-simbol Natal yang kurang bermakna dan kembali pada esensi Natal yang sebenarnya. Sebab, pohon cemara, salju, bintang, hadiah, dan Santa Claus tidak pernah punya makna apa pun dan hanya menjadi hiasan palsu belaka manakala rasa damai dan sifat al amin tidak melekat dalam sanubari.
M Aji Surya
Katelniceskaya, Neberisnaya 82 Moskow
ajimoscovic@gmail.com
+79250718648
Penulis adalah almuni Pondok Modern Gontor kini tinggal di Moskow.
(msh/msh)