Balai Taman Nasional Tesso Nilo, Pelalawan, Riau, membenarkan anak gajah bernama Tari mati tadi pagi. Belum diketahui jelas apa penyebab kematian gajah Tari.
Kepala BTN Tesso Nilo Heru Sumantoro menjelaskan kematian Tari diketahui saat Mahout akan melakukan aktivitas rutin, pada Rabu (10/6/2025) pagi tadi.
"Kemudian melihat adanya Tari yang sudah tergeletak, kemudian dicek dan tidak bergerak lagi dan dinyatakan mati," kata Heru dalam keterangannya, Rabu (10/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, mahout menghubungi dokter hewan untuk mengecek kondisi Tari. Dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya kekerasan fisik.
![]() |
"Karena tidak ditemukan adanya luka, memar atau trauma di badan Tari," imbuhnya.
Hasil pemeriksaan secara kasat mata oleh dokter tidak ditemukan adanya indikasi keracunan.
"Karena tidak ditemukan adanya unsur atau bahan racun di feses maupun di pencernaan," katanya.
Penyebab Kematian Diselidiki
Heru menyampaikan pihaknya akan menyelidiki lebih lanjut terkait penyebab kematian gajah Tari ini dengan melakukan pembedahan dan mengirimkan sampel organ untuk diteliti di laboratorium.
"Tindak lanjutnya kita pastikan melalui organ sampel yang akan diambil, yang akan diperiksa, dianalisis pada laboratorium yang kompeten baik itu di Bogor atau di Sumbar," jelasnya.
"Untuk memastikan penyebab kematiannya, apakah memang ada penyakit tertentu, atau virus atau memang ada keracunan," katanya.
BTN Tesso Nilo mengaku akan memperhatikan kondisi gajah lain yang masih tersisa di Flying Squad Tesso Nilo agar tidak tertular atau terpengaruh dari kematian Tari.
Tari mati di usianya yang masih 2 tahun. Tari adalah anak gajah dari induk yang bernama Lisa.
![]() |
Kapolda Riau Kehilangan
Sebelumnya, Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan menyampaikan rasa keprihatinannya atas kematian gajah Tari. Ia merasa kehilangan karena 'anak angkatnya' itu telah tiada di usia yang masih sangat muda.
"Tari bukan sekadar seekor gajah. Ia adalah simbol keseimbangan alam yang semakin rapuh di tengah arus pembangunan. Ia adalah suara hutan Tesso Nilo yang semakin menyempit," ujar Irjen Herry Heryawan, Rabu (10/9).
Herry Heryawan mengatakan kepergian Tari menjadi pengingat bahwa hubungan manusia dengan alam bukanlah hubungan penguasa dengan yang dikuasai.
"Melainkan hubungan saling menjaga dan menghormati," imbuhnya.
Mengutip filosofi Yunani kuno, Irjen Herry Heryawan menyebut kematian bukanlah akhir, melainkan sebuah transformasi. Begitu juga dengan Tari, diharapkan kepergiannya menginspirasi semua untuk menjaga kelestarian alam.
"Jiwa Tari kini menyatu dengan semesta, menjadi energi yang akan terus menginspirasi kita untuk menjaga kelestarian hutan dan satwa liar yang semakin terancam. Kepergiannya adalah panggilan bagi kita semua untuk 'mensucikan diri' dari sikap abai terhadap lingkungan," tuturnya.
Simak juga Video Kapolda Riau Soal TNTN: Saya Mewakili Gajah yang Rumahnya Diganggu!