Pemerintah melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) dalam upaya menangani kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah wilayah di Provinsi Riau. Modifikasi cuaca ini disebut mengurangi jumlah titik api (hotspot) yang ada di Provinsi Riau.
"Hari ini kami mendapatkan laporan cukup deras. Nah akibat hujan ini bisa menurunkan titik api, yang semula sampai 500-an, sekarang di bawah 100, ini informasi sementara," kata Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, di kantor Gubernur Riau, Selasa (22/7/2025).
Suharyanto mengatakan, sebelumnya modifikasi cuaca ini telah dilaksanakan selama satu minggu berturut-turut. Pekan ini adalah yang keempat kalinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebetulnya operasi modifikasi cuaca di Riau ini dilaksanakan--ini yang ketiga atau keempat--sebelumnya sudah dilakukan satu minggu berturut-turut untuk melakukan pembasahan lahan," jelasnya.
Di sisi lain, ketersediaan air di sekitar lahan yang terbakar juga cukup memadai.
"Dan kalau kita lihat di atas memang di antara api yang terbakar itu masih banyak genangan air. Jadi air sebetulnya cukup banyak untuk memadamkan api, karena sebelumnya sudah kita lakukan pembasahan," katanya.
Upaya pembasahan juga sudah dilakukan selama dua hari berturut-turut dengan menggunakan dua pesawat sebanyak 2 sortie.
"Kemarin sudah dilakukan dua hari satu pesawat, kemarin dua sortie pagi dan siang, alhamdulillah dua-duanya juga mendatangkan hujan di empat kota dan kabupaten ini, meskipun belum hujan deras," lanjutnya.
BNPB menyebutkan ada empat kota/kabupaten di Provinsi Riau yang terdampak karhutla cukup luas, yakni Rokan Hulu (Rohul), Rokan Hilir (Rohil), Bengkalis, dan Dumai. Meski belum memasuki cuaca kemarau dan tidak terdampak El Nino, Suharyanto menyebutkan karhutla di Provinsi Riau cukup besar.
"Tahun ini meskipun tidak kemarau, tidak El Nino, tapi titik apinya ini besar. Sampai-sampai di empat kota/kabupaten ini daya pandang heli itu terbatas sekali," kata Suharyanto.
Suharyanto meyakini bahwa karhutla yang terjadi di Provinsi Riau ini bukan karena alam, melainkan karena ulah tangan jahat manusia.
"Kenapa, karena antara titik api dengan titik api yang lain itu beda-beda jaraknya jauh dan itu di sekitar perkebunan kelapa sawit," imbuhnya.
Tonton juga Video: BMKG Gelar Modifikasi Cuaca Atasi Anomali di Jabodetabek