Puisi berjudul 'Percakapan Seekor Anak Gajah dengan Seorang Jenderal' menggema di Gedung Anjung Seni Idrus Tintin, Bandar Serai Purna MTQ, Pekanbaru. Puisi itu menggambarkan jeritan seekor anak gajah yang rumahnya hampir musnah karena dirusak oleh tangan-tangan jahil manusia.
Puisi yang dibacakan oleh Gina, anak kelas 6 Sekolah Dasar (SD) itu menyentuh hati, berisi tentang suara anak gajah kepada Sang Jenderal yakni Irjen Herry Heryawan. Anak gajak itu seakan memperlihatkan hutan yang merupakan rumahnya telah habis dibabat manusia.
"Jenderal, kalau nanti kau singgah di kampungku. Akan kutunjukkan di mana tapak kenangan yang tertinggal itu. Sebuah batang kayu besar terbaring kalah. Rumah-rumah besar kami juga musnah," demikian petikan puisi tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Puisi ini juga menyoroti hilangnya jejak-jejak jalan yang berabad-abad dilalui gajah, namun kini berubah menjadi rumah. Perubahan drastis ini membuat gajah yang terzolimi justru seakan tak bermakna karena gajah tak punya air mata.
"Jalan yang kami hafal berabad-abad lamanya lenyap dan berubah. Yang tinggal hanya suara-suara manusia meratap, menangis seakan terzolimi. Lalu, kami harus meratap ke mana? Apakah zolim bagi kami masih bermakna? Karena kami tak punya air mata," demikian isi bait puisi tersebut.
Puisi tersebut dibacakan pada Konser Kata-kata yang bertajuk 'Surat-surat Kepada Bunda Alam', sebuah konser yang digelar oleh Kalam Musika, komunitas bagi para sastrawan dan budayawan Melayu Riau. Konser tersebut dihadiri oleh Gubernur Riau Abdul Wahid dan Wali Kota Pekanbaru Agung Nugroho, serta Kapolresta Pekanbaru AKBP Jeki Mustika.
Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan sedianya menghadiri acara pada Sabtu (19/7/2025) malam itu, namun ia membatalkan kehadirannya karena tengah fokus memadamkan api di Rokan Hilir (Rohil). Herry Heryawan hadir di Rokan Hilir tidak hanya untuk memberikan dukungan kepada personel yang berjibaku dengan api, tetapi ingin memastikan agar api tidak terus meluas.
Sebagaimana diketahui, Irjen Herry Heryawan sangat concern terhadap kondisi hutan-hutan yang ada di Provinsi Riau. Ia membuat sebuah gerakan #SaveTessoNilo untuk menyelamatkan hutan Taman Nasional Tesso Nilo, yang merupakan rumah bagi Gajah Sumatera.
Ucapannya 'Saya perwakilan dari gajah-gajah yang ada di Tesso Nilo'--yang menuntut keadilan yang sama bagi para gajah--di depan pendemo viral di media sosial. Setelah itu ia menggaungkan kampanye penyelamatan Tesso Nilo dengan memperkenalkan boneka Domang dan Tari, dua anak gajah di Tesso Nilo.
Lewat Green Policing, Irjen Herry Heryawan juga mengajak masyarakat untuk membangun kesadaran kolektif akan pentingnya hutan untuk keberlangsungan generasi di masa depan. Jenderal bintang dua ini juga membuat pendekatan kepada seluruh lapisan masyarakat dengan memberikan kado pohon sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
Berikut isi puisi tersebut
"Percakapan Seekor Anak Gajah dengan Seorang Jenderal"
Jenderal, kalau nanti kau singgah di kampungku
Akan kutunjukkan di mana tapak kenangan yang tertinggal itu
Sebuah batang kayu besar
Terbaring kalah
Rumah-rumah besar kami juga musnah
Jalan yang kami hafal berabad-abad lamanya lenyap dan berubah
Yang tinggal hanya suara-suara manusia meratap, menangis seakan terzolimi
Lalu, kami harus meratap ke mana?
Apakah zolim bagi kami masih bermakna?
Karena kami tak punya air mata
Jenderal,
Aku dengar engkau bicara pada mereka
Tentang bahasa lembah kami
Bahasa tanpa kata
Mewakili cinta kami
Cinta yang tak terkata
Pada semesta
Bicaralah, jenderal
Kalau nanti kau singgah di kampungku
Akan ku tunjukkan setapak lama yang tersisa
Bawakan aku satu bibit pohon kehidupan
Aku ingin berteduh di ranting dan dahan masa depan
(mei/idh)