Catatan Baik Keamanan Indonesia di Mata Dunia
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Catatan Baik Keamanan Indonesia di Mata Dunia

Jumat, 07 Nov 2025 13:18 WIB
Khulfi M Khalwani
Mahasiswa Program Doktor Konsentrasi Keamanan Nasional, Universitas Pertahanan RI
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Pelajar SMA Negeri 6 dan SMA Trimurti Surabaya memberntangkan Bendera Merah Putih di jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (17/8/2025). Aksi pembentangan bendera Merah Putih dengan total panjang 14.905 meter secara serentak oleh 10.868 pelajar SMA dan SMK tersebut tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk kategori pembentangan rangkaian kain merah putih dengan pelajar terbanyak. ANTARA FOTO/Moch Asim/sgd
Foto: ANTARA FOTO/MOCH ASIM
Jakarta -

Rasa aman adalah kebutuhan dasar setiap manusia, tetapi bagi sebuah bangsa, ia adalah sumber kekuatan yang menentukan arah masa depan. Keamanan bukan sekadar soal angka kejahatan yang menurun, tetapi tentang rasa percaya masyarakat terhadap negara.

Dan kabar baiknya, Indonesia kini menjadi salah satu negara yang paling aman di kawasan Asia Tenggara.

Menurut Gallup Global Safety Report 2025, sebanyak 83 persen warga Indonesia merasa aman berjalan sendirian di malam hari. Angka ini menempatkan Indonesia di posisi ke-25 dunia dan ketiga di Asia Tenggara, hanya di bawah Singapura dan Vietnam. Di tengah dunia yang penuh ketidakpastian-mulai dari konflik geopolitik hingga ancaman digital-capaian ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin percaya pada kemampuan negaranya menjaga stabilitas dan keamanan nasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rasa Aman sebagai Cermin Ketahanan Nasional

Rasa aman yang tumbuh di tengah masyarakat bukan sekadar hasil kerja aparat keamanan. Ia adalah refleksi dari ketahanan nasional-daya tahan kolektif bangsa menghadapi berbagai bentuk ancaman.

Dalam penelitian Mardhani, Runturambi, dan Hanita (2020) di Jurnal Pertahanan & Bela Negara, ditegaskan bahwa keamanan dan pertahanan adalah dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling menopang dan membentuk sistem pertahanan nasional yang utuh.

ADVERTISEMENT

Mereka menjelaskan bahwa ketahanan nasional bukan hanya tentang kekuatan militer, melainkan kekuatan menyeluruh bangsa yang mencakup aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, serta teknologi.

Dalam kerangka itu, meningkatnya rasa aman publik menandakan bahwa negara berhasil membangun stabilitas di berbagai bidang-bukan hanya menegakkan hukum, tetapi juga menumbuhkan rasa saling percaya antara pemerintah dan rakyatnya.

Dari Keamanan Publik Menuju Keamanan Nasional

Data Gallup memperlihatkan sesuatu yang lebih penting dari sekadar statistik: tingginya kepercayaan masyarakat terhadap aparat keamanan. Kepercayaan ini merupakan "modal sosial pertahanan" - energi yang memperkuat sistem keamanan nasional.

Mardhani dan kolega (2020) menekankan bahwa keberhasilan sistem keamanan nasional sangat ditentukan oleh sinergi antara negara dan rakyat. Dalam konsep pertahanan rakyat semesta, keamanan bukan tanggung jawab aparat semata, melainkan seluruh warga negara.

Ketika masyarakat merasa aman, mereka lebih aktif berpartisipasi menjaga lingkungan, melaporkan potensi ancaman, dan membantu aparat di lapangan. Di situlah konsep pertahanan semesta menemukan wujud nyatanya: rakyat sebagai benteng pertama dan terakhir pertahanan negara.

Tantangan di Era Baru

Meski capaian keamanan Indonesia cukup menggembirakan, ancaman ke depan semakin kompleks. Dunia kini menghadapi bahaya yang tidak kasatmata: kejahatan siber, disinformasi, terorisme digital, hingga krisis energi dan iklim.
Sejalan dengan gagasan Mardhani dkk. (2020), sistem keamanan nasional harus terus beradaptasi dengan perubahan bentuk ancaman.

Ketahanan bangsa tidak lagi hanya bergantung pada senjata dan perbatasan, tetapi juga pada ketahanan informasi dan mental masyarakat.

Keamanan siber dan literasi digital menjadi bagian tak terpisahkan dari pertahanan nasional.

Indonesia perlu memperkuat sistem informasi publik yang tangguh agar tidak mudah terpengaruh provokasi atau manipulasi digital yang bisa mengganggu keutuhan sosial.

Keamanan Sebagai Identitas dan Reputasi Bangsa

Ketika masyarakat merasa aman, dunia pun melihat Indonesia sebagai negara yang stabil dan dapat dipercaya. Keamanan telah menjadi bagian dari identitas nasional.

Mardhani, Runturambi, dan Hanita (2020) menyebut bahwa sistem keamanan nasional yang ideal adalah yang mampu mengintegrasikan daya tangkal fisik dan moral bangsa. Dengan kata lain, selain memperkuat kekuatan pertahanan, negara juga harus membangun karakter rakyat yang jujur, disiplin, dan gotong royong. Semua adalah nilai-nilai khas Indonesia yang menjadi sumber daya pertahanan bangsa.

Rasa aman yang dirasakan rakyat hari ini adalah pondasi untuk membangun masa depan yang lebih kuat. Suatu kondisi yang menjadi energi moral menuju Indonesia Emas 2045, yaitu sebuah cita-cita tentang bangsa yang tidak hanya sejahtera, tetapi juga berdaulat dan tangguh menghadapi segala bentuk ancaman.

Aman Bukan Sekadar Statistik

Angka 83 persen dalam laporan Gallup bukan sekadar data. Ia mencerminkan kemajuan bangsa dalam membangun sistem keamanan yang inklusif dan dipercaya rakyatnya. Namun, keamanan sejati tidak berhenti pada persepsi; ia harus dijaga dan diperkuat setiap hari.

Negara yang kuat adalah negara yang warganya merasa aman. Dan bangsa yang aman adalah bangsa yang saling percaya. Dari sinilah Indonesia bisa melangkah lebih mantap-menjadikan rasa aman bukan hanya tujuan, tetapi kekuatan bersama untuk menjaga kedaulatan dan masa depan negeri.

Khulfi M Khalwani. Mahasiswa Program Doktor Konsentrasi Keamanan Nasional, Universitas Pertahanan RI.

Simak juga Video Polda Metro Jaya Gelar Patroli Skala Besar, Jaga Keamanan Jakarta

(rdp/imk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads