Saya menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Indonesia Blue Economy Center - STIE Indonesia, Universitas Podomoro, serta seluruh kolaborator yang telah merancang program The International Nusantara Blue Entrepreneurs Accelerator (IN-BLUE) 2025 secara komprehensif.
Saya memandang IN-BLUE 2025 sebagai sebuah ekosistem pembelajaran yang lengkap: bukan hanya ruang diskusi dan teori dalam Blue Camp, tetapi juga aksi nyata untuk menghubungkan (link and match) antara inovasi Maritime Muda Nusantara dengan pasar melalui Pitch Day-yang mempertemukan ide-ide cemerlang Anak muda dengan para investor, industri, dan pemangku kepentingan.
Inilah pendekatan baru yang kita butuhkan: menghubungkan visi dengan keberlanjutan bisnis agar inovasi maritim dapat tumbuh dan berdampak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hadirin yang saya hormati,
Kita hidup pada era di mana tantangan kelautan dan lingkungan tidak lagi bersifat sektoral, tetapi multidimensi.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan lebih dari 3,2 juta kmΒ² wilayah laut, Indonesia menjadi penentu penting bagi masa depan ekologi regional dan global.
Tahun 2025 menjadi refleksi bagi kita bahwa blue economy bukan lagi konsep masa depan-tetapi kebutuhan masa kini.
Kondisi permukaan laut yang terus meningkat, penurunan kualitas ekosistem pesisir, hingga praktek illegal fishing dan klaim kepemilikan laut di garis pembatasan membuktikan bahwa selain menjadi pilar ekonomi, laut juga menjadi arena pertarungan kedaulatan, peradaban dan keberlangsungan bumi.
Dalam konteks ekonomi biru modern, Indonesia memegang peran strategis dalam isu blue carbon. Blue carbon adalah soft power Indonesia dalam diplomasi ketahanan iklim global.
Tanaman yang penting dalam blue carbon economy yaitu tanaman Mangrove dan Lamun.
Indonesia menyimpan potensi besar dalam perdagangan karbon kelautan-yang dapat menjadi sumber ekonomi baru berbasis konservasi. Potensi lainnya yang juga sangat penting dalam mendukung Ketahanan Pangan Nasional adalah sumber daya perikanan dn industry garam, juga tentunya potensi wisata bahari.
Namun, peluang pengembangan potensi maritim hanya akan menjadi kenyataan jika kita memiliki inovasi, keberanian, dan tata kelola yang berpihak pada keberlanjutan.
Indonesia, sebagai negeri "untaian zamrud di khatulistiwa" memiliki segalanya dalam hal mewujudkan konsep blue economy dan green economy.
Hadirin yang saya muliakan,
Sebagai pengusung gagasan Green Democracy, saya selalu menekankan bahwa keberlanjutan bukan hanya soal ekologi, tetapi keseimbangan kekuasaan, inklusifitas ekonomi, keadilan sosial, dan kelestarian lingkungan.
Demokrasi harus memastikan keseimbangan antara pertumbuhan dan kelestarian, antara manfaat ekonomi dan keadilan sosial bagi masyarakat pesisir, nelayan, dan pulau-pulau kecil.
Karena itu, IN-BLUE 2025 sangat relevan dengan filosofi Green Democracy, di mana kolaborasi, inovasi, dan keseimbangan menjadi fondasi pembangunan maritim Indonesia.
Sejalan juga dengan Asta Cita ke-2 Presiden Prabowo Subianto, pemerintah berkomitmen memperkuat kemandirian melalui ekonomi biru, ekonomi hijau, energi, pangan, dan air.
Dari sisi legislasi, DPD RI memberikan perhatian serius terhadap percepatan ekonomi biru, yang kami wujudkan melalui 3 (tiga) Rancangan Undang-Undang yang saat ini sudah masuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Prioritas di DPR, yaitu:
- RUU Daerah Kepulauan, untuk menjamin keadilan pembangunan dan kewenangan daerah pulau-pulau kecil dalam mengelola sumber daya laut.
- RUU Pengelolaan Perubahan Iklim, guna memastikan adaptasi dan mitigasi dilakukan dengan kebijakan yang sistematis dan berbasis ilmiah.
- RUU Masyarakat Hukum Adat, agar kearifan lokal-termasuk tata kelola laut tradisional-menjadi bagian dari sistem pembangunan nasional.
Ketiga RUU ini saling terkait dengan masa depan ekonomi biru Indonesia yang adil, inklusif, dan berkelanjutan.
Bapak/ ibu dan Hadirin sekalian,
Untuk mempercepat transformasi ekonomi biru Indonesia, saya menawarkan tiga langkah strategis:
Pertama, membangun SDM maritim yang unggul dan inovatif dengan pola pikir "think globally, act locally." Kita harus memperkuat pendidikan vokasi maritim, riset terapan, UMKM pesisir, dan ekowisata bahari yang bertanggung jawab.
Kedua, memperkuat tata kelola dan penegakan hukum sektor kelautan secara konsisten. Kolaborasi lintas kementerian, lembaga, dan daerah dalam melindungi biodiversity laut Dan praktek Pedagangan illegal hingga penyelundupan narkoba di laut merupakan kunci dalam menjaga kepercayaan investor dan dunia internasional terhadap komitmen maritim Indonesia.
Ketiga, Generasi muda Indonesia harus terlibat aktif pada setiap agenda investasi pemerintah dalam infrastruktur dan teknologi maritim. Ketika SDM unggul dan tata kelola kuat, investasi akan datang, saat itulah Indonesia akan menjelma menjadi "Centre of Blue Economy of the World."
Pada akhir sambutan ini, saya ingin mengutip pesan Presiden Amerika Serikat ke-16, Abraham Lincoln: "The best way to predict your future is to create it."
"Cara terbaik untuk memprediksi masa depan Anda adalah dengan menciptakannya".
Indonesia adalah bangsa maritim dengan sejarah kejayaan samudranya. Nenek moyang kita adalah seorang pelaut, blue economy adalah masa depan Indonesia.
Sultan B. Najamudin, Ketua DPD RI
(akd/ega)










































