Membaca Arah Gerakan Gen Z
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Membaca Arah Gerakan Gen Z

Senin, 03 Nov 2025 14:32 WIB
Agung Iranda
Dosen Universitas Jambi, Koordinator Rumah Progresif.
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Ilustrasi Generasi Z atau Gen Z
Foto: Ilustrasi Gen Z (Shutterstock)
Jakarta -

Peristiwa aksi besar-besaran akhir Agustus hingga awal September 2025 menandakan arah baru gerakan Gen Z. Adanya kemauan politik Gen Z untuk mengawal pemerintah yang bersih, menuntut keadilan dan kesejahteraan, dan menjadi corong suara yang jernih di tengah masifnya penyimpangan.

Aksi ini juga menunjukkan bahwa Gen Z bukan hanya objek yang dikalkulasi menjelang pemilu, tapi mereka adalah subjek dengan gaya politik baru yang perlu didengar. Aktivisme digital yang dimainkan oleh Gen Z dengan konten politik yang FYP (for your page). Serta bermunculan konten kreator yang mewakili Gen Z dalam menghadirkan konten politik ala Gen Z.

Salah satu konten kreator yang mewakili Gen Z adalah Rian Fahardi. Dalam akun pribadi instagram dengan follower 585 ribu dan Tiktok yang mencapai 1,7 juta. Ia aktif menyuarakan aspirasi Gen Z, mengedukasi Gen Z mengenai politik, kritik terhadap kebijakan pemerintah, kesediaan untuk turun ke berbagai wilayah di Indonesia, sambil memotret berbagai problem yang terjadi di setiap wilayah Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Politik ala Gen Z menyesuaikan dengan pandangan hidup, nilai, dan kebiasaan Gen Z. Roberta Katz, dkk menulis dalam buku "Gen Z explained" menyebut ada beberapa karakter Gen Z yang relevan dengan politik, diantaranya peduli terhadap sesama meski mereka juga sangat menjaga privasi, mempertanyakan otoritas, inklusif, menghargai keberagaman, memiliki kesadaran lingkungan, dan berjuang untuk kemanusiaan.

Topik mengenai gerakan Gen Z juga cukup luas, mulai dari bonus demografi yang nyaring terdengar selama belasan tahun. Bonus demografi sebagai kondisi ketika proporsi usia produktif tergolong tinggi. Badan Pusat Statistik juga mencatat usia produktif tahun 2025 menembus angka 70% dari total jumlah penduduk Indonesia.

ADVERTISEMENT

Hal ini berarti kita harus menyiapkan Gen Z untuk berperan menjadi pelaku usaha, teknokrat, praktisi profesional, pelaku media digital, pekerja sosial dan kemanusiaan, serta aktivitas produktif lainnya yang mendorong Gen Z menjadi garda terdepan menuju Indonesia emas 2045.

Kunci utama dari ketercapaian generasi muda yang berkualitas adalah meningkatnya kualitas pendidikan dan keterampilan yang match dengan lapangan kerja. Pendidikan yang berkualitas harus menyiapkan guru dan dosen yang berkualitas, yang lahir dari sistem meritokrasi dan mampu merekrut orang yang kompeten dalam mendidik.

Selain itu, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, baik di kota maupun desa. Kerjasama dengan negara-negara maju dan kampus ternama di luar negeri, tata kelola beasiswa LPDP yang bisa merangkul Gen Z yang berpotensi sebagai bekal untuk berkiprah dan bersaing secara global.

Selain investasi pendidikan, yang tidak kalah penting untuk Gen Z adalah menyiapkan ruang ekonomi kreatif. Kreativitas sebagai denyut gerakan Gen Z yang tersalurkan lewat budaya populer, tren, media, seni, sastra, dan olahraga. Kreativitas mendorong lahirnya karya yang paten, dikembangkan jadi bisnis, dan dijejalkan di pasar nasional dan global.

Dengan teknologi digital, industri kreatif semakin teraktual, munculnya pekerjaan baru seperti konten kreator, musisi yang mengandalkan platform digital mandiri yang tak lagi tergantung pada label besar, fesyen yang mengikuti tren Gen Z di medsos. Gen Z juga bisa menciptakan game online, film, seni pertunjukan, dan bisa berkarya lewat riset dan inovasi.

Salah satu program pemerintah melalui Kementerian Ekonomi Kreatif tahun 2025 yaitu akselerasi kreasi ekspor Indonesia yang diluncurkan Mei 2025, program ini memberi ruang ekspor pegiat kreatif di bidang fesyen, kriya, dan kuliner. Tahun ini ada 171 produk yang mendaftar, 20 produk yang lolos seleksi untuk mengikuti bootcamp.

Pemerintah perlu memperluas kuota akselerasi kreasi ekspor, membangun ekosistem ekonomi kreatif yang bekerjasama dengan swasta dan kementerian lainnya yang terkait, dan tentunya melibatkan Gen Z sebagai tulang punggung ekonomi kreatif terutama yang berbasis digital.

Topik lain yang tak kalah menarik yang perlu menjadi perhatian Gen Z adalah isu lingkungan. Di Indonesia ada banyak problem lingkungan, mulai dari kerusakan hutan akibat penebangan liar, alih fungsi hutan menjadi sawit dan tambang, dan kebakaran hutan. Selain itu polusi udara, pencemaran dan krisis air, sampah, limbah industri, pencemaran laut, serta perubahan iklim.

Linda Goldman dalam buku climate change and youth menyebut bahwa masalah lingkungan berdampak pada mental generasi muda, seperti rasa takut, cemas, kehilangan, grief, dan trauma. Momen krisis yang paling berdampak tentunya COVID-19.

Dampak lain dari tindakan merusak hutan dan lingkungan yaitu menghancurkan kesejahteraan dan kualitas hidup, meningkatkan kemiskinan, berkurangnya ruang produktif petani, serta semakin sedikit ruang hijau untuk bernafas dan hidup yang sehat.

Karena itu, kesadaran lingkungan pada Gen Z perlu ditanamkan lewat pendidikan dan aktivisme. Semakin banyak edukasi dan kegiatan yang menyatu dengan alam, memanfaatkan alam untuk healing, dan menjaganya untuk keselarasan hidup manusia dengan lingkungan.

Ada banyak peran Gen Z untuk mendorong gerakan lingkungan, diantaranya mengubah pola konsumsi dengan lebih selektif menggunakan produk yang ramah lingkungan, kampanye hijau lewat Instagram, Tiktok, dan X, serta penerapan eco-friendly yang berkelanjutan.

Selain itu, perlu lebih banyak komunitas Gen Z yang fokus pada lingkungan, mulai dari bersih pantai, urban framing, mengurangi produksi sampah dengan mendesain ulang siklus penggunaan produk, sehingga semua produk bisa digunakan kembali, dan tidak berakhir di tempat pembuangan akhir.

Kesadaran kolektif dalam merawat lingkungan mulai menemukan ruang aktualisasinya. Salah satu perwakilan Gen Z yang menjadi inspirasi mengenai isu lingkungan dan iklim secara global adalah Greta Thunberg. Seorang aktivis kelahiran 2003 berkebangsaan Swedia.

Greta Thunberg menginisiasi gerakan fridays for future yang fokus pada aksi nyata untuk menyelamatkan iklim. Aspirasi yang ia suarakan lewat gerakan tersebut menginspirasi Gen Z dan generasi lainnya di 150 negara. Ia juga kerap diundang di forum internasional seperti World Economic Forum, UN Climate Action Summit, dan berbagai forum skala internasional lainnya.

Di Indonesia gerakan serupa juga mulai masif dilakukan. Resni Soviayana, seorang Lead Program Green Development MADANI berkelanjutan menyebut ada banyak komunitas Gen Z yang tumbuh setiap harinya untuk mendorong inovasi hijau. Mereka punya waktu, ruang, dan energi untuk peduli pada keberlanjutan lingkungan dan krisis iklim.

Kondisi ini membuat kita semakin optimis bahwa tidak ada kata terlalu muda untuk menciptakan perubahan. Sudah saatnya topik seperti bonus demografi, ekonomi kreatif, dan lingkungan tak hanya berhenti sebagai narasi, tapi menjadi transformasi untuk penghidupan dan adaptasi jangka panjang bagi generasi z ke depan.

Agung Iranda. Dosen Universitas Jambi, Koordinator Rumah Progresif.

(rdp/imk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads