Potensi Ekonomi Pesantren yang Terlupakan
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Potensi Ekonomi Pesantren yang Terlupakan

Senin, 03 Nov 2025 06:55 WIB
Cucun Ahmad Syamsurijal
Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Cucun Ahmad Syamsurijal. (dok Istimewa)
Foto: Lusiana Mustinda/detikHikmah
Jakarta -

Di tengah hiruk pikuk pembahasan tentang pertumbuhan ekonomi, digitalisasi industri dan sistem keuangan, serta investasi asing, ada satu sumber daya besar yang kerap terlupakan dan cenderung disepelekan, pesantren. Bahkan selama ini pesantren sering dipandang sebagai lembaga pendidikan terbelakang dan ketinggalan zaman.

Padahal, lembaga pendidikan Islam yang telah berabad-abad menjadi bagian penting dari kehidupan sosial bangsa Indonesia ini sebenarnya menyimpan potensi ekonomi yang luar biasa besar. Namun sayang, potensi tersebut belum sepenuhnya dioptimalkan sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi nasional.

Data Kementerian Agama menunjukkan terdapat lebih dari 40 ribu pesantren di seluruh Indonesia, dengan jumlah santri mencapai belasan juta orang. Angka ini bukan sekadar deretan angka statistik; ia menggambarkan sebuah ekosistem ekonomi yang hidup. Pesantren bukan hanya lembaga pendidikan keagamaan, tetapi juga komunitas sosial-ekonomi dengan aktivitas konsumsi, produksi, dan distribusi yang terus berlangsung setiap hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bayangkan jika setiap pesantren menggerakkan ekonomi lokalnya secara mandiri-mulai dari produksi pangan, kerajinan, hingga usaha mikro berbasis kearifan lokal-maka kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) bisa sangat signifikan. Sebagai sentra ekonomi, pesantren dapat menjadi sentra penciptaan lapangan kerja bukan hanya untuk para santrinya tetapi juga untuk lingkungan sekitarnya. Pesantren dapat menjadi sumber mata pencaharian dan sumber penghasilan yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.

ADVERTISEMENT

Pesantren dengan jumlah santri yang besar juga berfungsi sebagai captive market bagi berbagai produk dalam negeri, baik hasil produksi pesantren sendiri maupun pelaku usaha lain di sekitarnya.

Potensi ekonomi pesantren akan tumbuh lebih kuat jika diarahkan pada pembangunan entrepreneurship berbasis nilai-nilai Islam. Banyak pesantren telah memulai langkah kecil melalui koperasi, unit usaha santri, atau pertanian pesantren. Namun, skala dan dukungan masih sangat terbatas.

Padahal, pesantren bisa memainkan peran ganda dalam ekosistem ekonomi nasional, sebagai pendorong di sektor hulu, dan penggerak di sektor hilir. Di sektor hulu, pesantren dapat mengembangkan kegiatan produksi bahan baku, seperti pertanian, perkebunan, peternakan, dan industri halal berbasis komunitas. Di sektor sektor hilir, pesantren dapat menjadi pusat pengolahan, distribusi, hingga pemasaran produk-produk unggulan lokal melalui mekanisme hilirisasi ekonomi pesantren.

Hilirisasi inilah yang menjadi kunci agar pesantren tidak hanya menjadi penghasil produk mentah, tetapi juga pelaku industri bernilai tambah, sesuai dengan semangat transformasi ekonomi nasional. Industri makanan minuman, percetakan dan penerbitan, tekstil dan alas kaki, pariwisata halal, hotel dan restoran halal menjadi beberapa alternatif industri yang bisa dikembangkan di dalam ekosistem pesantren.

Namun, potensi ekonomi pesantren tidak akan berkembang tanpa peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di dalamnya. Santri harus dipersiapkan tidak hanya sebagai ahli agama, tetapi juga penggerak ekonomi berbasis etika dan keberlanjutan. Program pelatihan kewirausahaan, digitalisasi ekonomi pesantren, serta kolaborasi dengan lembaga pendidikan tinggi dan dunia usaha harus diperluas. Pesantren perlu mendapatkan dukungan berupa akses pembiayaan mikro, pelatihan manajemen usaha, dan pendampingan teknologi agar mereka mampu bersaing di pasar modern.

Banyak pesantren kesulitan mendapatkan akses permodalan karena terbatasnya jaminan aset dan rendahnya literasi keuangan. Pemerintah dan lembaga keuangan syariah harus melihat pesantren sebagai peluang sosial-ekonomi strategis, bukan sekadar lembaga keagamaan. Skema seperti Pesantren Fund, Waqf-Based Microfinance, atau pembentukan bank wakaf mikro perlu diperkuat dengan dukungan regulasi dan berbagai insentif agar lebih berdaya guna.

Di samping itu, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan bersama para pelaku usaha harus membuat program yang dapat meningkatkan literasi keuangan para santri sehingga mereka bisa lebih melek dunia keuangan. Dengan meningkatkan literasi para santri maka mereka dapat secara mandiri mencari dan menemukan sumber-sumber pembiayaan yang cocok untuk usaha mereka.

Selain itu, perlu ada ekosistem pemasaran digital pesantren yang menghubungkan produk-produk pesantren dengan pasar yang lebih luas. Inovasi platform daring seperti e-commerce halal pesantren bisa menjadi terobosan agar produk lokal pesantren dapat menembus rantai pasok nasional bahkan global.

Pesantren sejatinya bukan entitas pinggiran, melainkan pilar penting dalam membangun kemandirian ekonomi umat. Nilai-nilai seperti gotong royong, amanah, dan keadilan sosial yang diajarkan di pesantren merupakan fondasi kuat bagi ekonomi berkelanjutan yang berkeadilan.

Sudah saatnya negara memberikan kepercayaan penuh kepada pesantren untuk ikut menjadi pelaku utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Pesantren bukan hanya tempat belajar agama, tetapi juga pusat pembentukan manusia unggul dan wirausahawan sosial yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dari bawah. Ekonomi yang tumbuh dan bergerak dari desa, dari wilayah-wilayah yang termarjinalkan dan terpinggirkan, yang kemudian merambat mengepung kota.

Jika potensi ekonomi pesantren dihidupkan, maka Indonesia tidak hanya akan memiliki generasi santri yang berilmu, tetapi juga generasi penggerak ekonomi bangsa yang membawa keberkahan bagi seluruh umat dan mampu menciptakan pembangunan ekonomi yang adil dan merata.

Cucun Ahmad Syamsurijal, Wakil Ketua DPR RI

Tonton juga Video: Wapres Ma'ruf Pamer Ekonomi Pesantren di Depan Pengusaha ASEAN

(azh/gbr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads