Kurang lebih satu tahun yang lalu, penulis berkesempatan memenuhi undangan ekonom senior Arief Budimanta dalam sebuah forum group discussion (FGD) di Yogyakarta. FGD dengan tema, 'Strategi Mencapai Tingkat Kemiskinan 0 Persen dan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen,' ini digelar untuk merespons salah satu target pemerintahan Prabowo Subianto yang baru saja dilantik.
Ada delapan pemateri dihadirkan, di mana enam di antaranya adalah guru besar di bidang ekonomi. Dua lainnya adalah saya dan mantan Pemimpin Redaksi Hariam Bisnis Indonesia Arif Budi Susilo. Hanya kami berdua yang belum menyandang gelar profesor.
Hadir juga beberapa profesor dari perguruan tinggi di luar Yogyakarta menjadi peserta FGD. Musabab mayoritas yang hadir bergelar profesor, sempat muncul gurauan bahwa acara tersebut bukan lagi sekadar FGD tapi sudah menjadi FGB alias forum guru besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengawali FGD, Arief Budimanta menjelaskan tentang target Presiden Prabowo agar Indonesia mencapai zero property di tahun 2045 alias tingkat kemiskinan 0 persen. Prabowo juga menargetkan 5 tahun yang akan datang ekonomi Indonesia bisa tumbuh 8 persen. Dua target yang bukan main-main dan menarik untuk dibedah oleh para praktisi ekonomi.
Satu persatu guru besar di bidang ekonomi itu memaparkan materinya. Mayoritas mereka menilai angka target 8 persen pertumbuhan ekonomi dalam 5 tahun yang akan datang terlalu tinggi. Di satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo, pertumbuhan ekonomi bisa bertahan di angka 5 persen saja bagi mereka sudah suatu keberuntungan.
Para ekonom menyoroti kebijakan efisiensi anggaran yang dicanangkan di awal Pemerintahan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka. Kebijakan efisiensi disalahartikan sebagai tindakan tidak mengeluarkan anggaran sama sekali.
Padahal tujuan presiden, efisiensi dilakukan untuk menghilangkan pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu atau belum mendesak saja.
Ada 16 pos belanja yang dilakukan efisiensi, antara lain pembelian alat tulis kantor, perjalanan dinas, sewa kendaraan, hingga kegiatan seremonial. Efisiensi anggaran belanja ini dianggap menjadi salah satu penghambat pertumbuhan ekonomi. Belum lagi situasi global, yakni adanya perang Rusia-Ukraina, konflik Israel-Palestina, hingga perang dagang Amerika Serikat dengan China.
Satu yang menjadi harapan para ekonom untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi adalah program makan bergizi gratis atau MBG. Dengan catatan ada keterlibatan pihak sekolah, termasuk kantin dalam penyediaan makan bergizi gratis ini.
Sebab dengan diserahkan ke kantin sekolah, maka kebutuhan bahan dasar untuk makanan sehat tentu akan belanja di pasar-pasar dekat sekolahan. Terjadilah perputaran uang di daerah setiap hari. Minimal di saat-saat hari sekolah.
Diperkirakan setiap Rp 1 triliun yang diturunkan ke daerah untuk program makan bergizi gratis akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut hingga sebesar 1 persen. Terbayang jika tahun 2026 nanti ada anggaran lebih dari Rp 300 triliun untuk MBG, berapa pertumbuhan ekonomi bisa dihasilkan.
Terkait target angka kemiskinan nol persen, program swasembada pangan diyakini mampu mengurangi angka kemiskinan.
Sejumlah riset menunjukkan bahwa kegiatan di sektor pertanian yang menyerap banyak tenaga kerja memiliki potensi besar untuk menekan angka kemiskinan.
Setelah para ekonom memaparkan presentasinya tibalah giliran penulis diminta urun rembug. Sesuai latar belakang, tentunya penulis bicara dari sisi media. Tentang strategi komunikasi dan peran media masa yang hingga saat ini masih sering dilupakan.
Padahal strategi komunikasi adalah satu hal yang sangat penting dalam mengkomunikasikan dan mempromosikan program-program pemerintah. Termasuk di dalamnya adalah pengentasan kemiskinan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Apabila terjadi kesenjangan komunikasi baik antar instansi pemerintahan, maupun pengambil kebijakan dengan masyarakat, maka konsekuensinya akan menghambat target pencapaian program pemerintah.
Perlu strategi komunikasi yang tepat agar langkah-langkah pemerintah terkait program untuk mengurangi angka kemiskinan hingga 0 persen dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di angka 8 persen bisa sampai ke masyarakat.
Ketika semua itu dapat dikomunikasikan dengan baik, tentunya tak sulit untuk mendapat dukungan dari masyarakat agar mereka ikut berperan dan terlibat langsung dalam program-program tersebut.
Sebagai sarana komunikasi program pemerintah bisa memanfaatkan media massa baik cetak, online, TV maupun radio. Atau bisa memanfaatkan media sosial atau perangkat media baru yang independen jika khawatir akan ada pengaruh politik dari pemilik modal.
Chudasama , H., & Singh, P. K. (2020), dalam sebuah artikelnya berjudul, "Evaluating poverty alleviation strategies in a developing country" menyebut bahwa penggunaan media massa sebagai sarana mengkomunikasikan program pengentasan kemiskinan sudah dilakukan beberapa negara berkembang.
Mereka meneliti penggunaan media massa sebagai sarana komunikasi program pengentasan kemiskinan di Nigeria. Mereka menyimpulkan bahwa komunikasi melalui media massa akan meningkatkan kesadaran serta peran serta masyarakat dalam program pengentasan kemiskinan.
Selanjutnya Johnson, B., Akintayo, & Victor, I. U. (2022), dalam artikelnya berjudul, "An Exploratory Study on Communication, and Poverty Alleviation in Nigeria: Prospects and Challenges" menuliskan bahwa pemerintah harus mengadopsi secara serius teori media pembangunan sebagai dasar pelibatan media massa dalam program pengentasan kemiskinan.
Sudah semestinya negara mengalokasikan anggaran khusus sebagai sarana strategi dan komunikasi untuk program pengentasan kemiskinan.
Dengan strategi komunikasi yang tepat serta efektif melalui kolaborasi semua lembaga dan kementerian, target pertumbuhan ekonomi 8 persen dalam 5 tahun yang akan datang serta angka kemiskinan nol persen di 2045--mengutip komedian almarhum Asmuni--bukanlah suatu hil yang mustahal.
Erwin Dariyanto. Penulis adalah jurnalis, alumni Magister Perencanaan Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan (MPKP) Universitas Indonesia.
Artikel ini adalah pandangan pribadi penulis dan tidak mewakili institusi di mana saat ini penulis berkarya.
(rdp/imk)







































.webp)













 
     
             
  
  
  
  
  
  
 