Kolom

Prabowo Subianto dan Wibawa Indonesia di ASEAN

Prof. Dr. Ali Mochthar Ngabalin, M.Si - detikNews
Kamis, 30 Okt 2025 10:50 WIB
Foto: Presiden Prabowo di KTT ASEAN Plus Three (Dok. Kris - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Jakarta -

Ketika dunia sedang bergerak menuju arah yang belum pasti, Asia Tenggara menjadi wilayah yang paling menentukan arah stabilitas global. Di sinilah Indonesia meneguhkan dirinya sebagai jangkar kawasan, dan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, peran itu kini menemukan maknanya yang baru.

KTT ke-47 ASEAN yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 26-28 Oktober 2025 adalah ruang di mana bangsa-bangsa Asia Tenggara meneguhkan komitmen untuk tidak sekadar menjadi penonton dalam perebutan pengaruh global, tetapi untuk memastikan bahwa ASEAN tetap tegak di tengah perubahan arsitektur dunia.

Pertemuan ini mengusung tema "Inclusivity and Sustainability" dan dihadiri seluruh kepala negara anggota ASEAN serta para mitra dialog utama seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, India, dan Korea Selatan.

KTT ini membawa pesan sederhana namun dalam. Pesan bahwa kedaulatan dan kemanusiaan harus tetap menjadi pusat dari segala kebijakan luar negeri.

Kehadiran Presiden Prabowo di forum tersebut bukan hanya simbol formal, tetapi penegasan peran Indonesia sebagai pemimpin moral dan strategis. Dalam diplomasi yang ia bangun, tidak ada dominasi, tidak ada kepura-puraan.

Inilah keseimbangan antara prinsip dan realitas. Ia berbicara dengan kepala dingin, namun dengan suara yang tegas. Presiden Prabowo memahami bahwa untuk menjaga perdamaian, Indonesia harus menjadi penjaga keadilan.

Dalam forum pleno dan pertemuan bilateral di sela KTT, Presiden Prabowo menekankan pentingnya ketahanan pangan, keamanan energi, dan stabilitas kawasan, serta menegaskan bahwa ASEAN harus menjadi poros perdamaian di tengah rivalitas AS-Tiongkok.

Sejarah panjang ASEAN memperlihatkan bahwa pertemuan antara Asia Tenggara dan kekuatan dunia tidak pernah mudah. Hanya tiga presiden Amerika Serikat yang pernah datang langsung menghadiri KTT ASEAN. Barack Obama, Donald Trump, dan Joe Biden.

Fakta ini menunjukkan bahwa ASEAN baru benar-benar menjadi perhatian global ketika memiliki pemimpin-pemimpin yang berkarakter kuat. Maka, ketika Prabowo berdiri di podium KTT ke-47, dunia menatap bukan hanya kepada Indonesia, tetapi kepada arah baru yang akan diambil oleh seluruh kawasan.

ASEAN Sebagai Poros Pergerakan Dunia

ASEAN selain merupakan organisasi regional, asosiasi ini juga merupakan tatanan nilai yang lahir dari semangat persahabatan. Indonesia sebagai pendiri dan penopangnya telah membangun pondasi diplomasi yang mengutamakan musyawarah dan keseimbangan. Kini, di bawah Prabowo Subianto, semangat itu dihidupkan kembali dengan wajah yang lebih tegas dan realistis.

Prabowo tidak datang dengan bahasa basa-basi diplomasi. Ia datang dengan gagasan konkret: memperkuat ketahanan pangan, mengamankan energi, membangun konektivitas digital, dan menjadikan kawasan sebagai poros perdamaian.

Dalam sesi khusus bersama Ketua ASEAN 2025, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, Presiden Prabowo juga menyampaikan dukungan penuh bagi keanggotaan penuh Timor-Leste yang resmi diumumkan dalam KTT ini.

Ia berbicara dengan rasa tanggung jawab, bukan pencitraan. Dalam setiap pertemuan bilateral di sela KTT, ia menegaskan bahwa Indonesia tidak akan membiarkan Asia Tenggara menjadi ajang perebutan pengaruh kekuatan besar. ASEAN harus menjadi rumah yang aman bagi semua, tempat di mana suara kecil pun didengar dengan hormat.

Inilah makna sejati dari peran strategis Indonesia. Ia tidak dibangun dari ambisi, tetapi dari kesadaran sejarah bahwa bangsa ini lahir untuk menjadi penyeimbang. Di tengah pertarungan antara kepentingan Amerika Serikat dan Tiongkok, Prabowo menempatkan Indonesia sebagai kekuatan yang independen, tidak tunduk dan tidak menyerang.

Sebuah posisi yang jarang dimiliki dunia modern: kuat tanpa congkak, berwibawa tanpa menindas.

KTT ke-47 juga menyepakati penguatan Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN (ATIGA) dan kerangka ekonomi digital (DEFA), dua inisiatif yang mendapat dukungan aktif dari delegasi Indonesia sebagai langkah konkret menuju integrasi ekonomi kawasan yang lebih merata dan berkelanjutan.

Prabowo memahami bahwa ASEAN adalah wadah masa depan Asia. Jika Asia ingin menjadi pusat peradaban baru, maka ASEAN harus diperhitungkan. ASEAN harus stabil, produktif, dan berdaulat. Beliau melihat diplomasi bukan sebagai panggung untuk tampil, melainkan sebagai sarana untuk memastikan perdamaian bisa bertahan.

Indonesia menjadi nadi yang menghidupi ASEAN. Di bawah kepemimpinan Prabowo, suara ASEAN terdengar lebih mantap dan lebih didengar. Dunia mungkin masih berubah dengan cepat, namun selama Indonesia menjaga keseimbangan itu, Asia Tenggara akan tetap berdiri tegak.

Karena di tengah kegaduhan global, selalu ada satu bangsa yang memilih berbicara dengan kebijaksanaan. Bangsa itu bernama Indonesia.

Saya mendoakan bangsa Indonesia, agar bangsa ini bisa menjadi manifestasi perkembangan negara ASEAN. Association of Southeast Asian Nations, bukan sekadar nama maupun monumen, tapi sebuah movement.

It's a movement, rather than a monument. Karena ketika bicara movement, kita bicara pergerakan. Sebaliknya, ketika kita bicara monumen, hanya berupa kenangan masa lalu. ASEAN adalah masa depan.

Ali Mochtar Ngabalin. Guru Besar Hubungan Internasional Busan University of Foreign Studies (BUFS), Korea Selatan.

Simak juga Video: Trump Puji Prabowo di KTT ASEAN, Ini Kata Waketum Golkar




(rdp/imk)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork