Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, sedikit peristiwa yang memiliki gema moral sekuat Sumpah Pemuda. Tiga kalimat sederhana yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928 itu telah mengubah arah sejarah.
Isi Sumpah Pemuda adalah aspirasi generasi muda dari berbagai daerah, suku, dan latar belakang menjadi satu kesadaran baru: kita satu bangsa, satu tanah air, satu bahasa.
Sumpah Pemuda bukan sekadar deklarasi, melainkan momentum pembentukan kesadaran nasional modern - bahwa cita-cita kemerdekaan hanya mungkin tercapai melalui persatuan seluruh elemen bangsa.
1. Arti dan Makna Sumpah Pemuda
Sumpah Pemuda mengandung tiga pilar utama:
1. Satu Tanah Air: pengakuan terhadap wilayah Indonesia sebagai satu kesatuan geopolitik yang harus dipertahankan bersama.
2. Satu Bangsa: pengakuan terhadap identitas kolektif bangsa Indonesia, melampaui identitas kesukuan.
3. Satu Bahasa Persatuan: penegasan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan simbol integrasi nasional.
Makna terdalamnya adalah kesetiaan kepada persatuan. Ia menolak fragmentasi, sekat kedaerahan, dan kepentingan sempit. Di situlah letak keabadiannya: meski bentuk zaman berubah, nilai dasarnya tetap relevan - bahwa bangsa ini hanya kuat bila bersatu.
2. Siapa Pelakunya, Kapan, dan di Mana Terjadi
Sumpah Pemuda lahir dari Kongres Pemuda II yang digelar di Batavia (Jakarta) pada 27-28 Oktober 1928. Kongres ini dihadiri oleh organisasi pemuda dari berbagai daerah, seperti:
Jong Java,
Jong Sumatranen Bond,
Jong Bataks Bond,
Pemuda Indonesia,
Sekar Rukun,
Jong Islamieten Bond,
dan lain-lain.
Tokoh-tokoh penting di baliknya antara lain: Soegondo Djojopoespito, Muhammad Yamin, Amir Sjarifuddin, Wage Rudolf Supratman, dan Djoko Marsaid. Acara berlangsung di beberapa tempat, termasuk Gedung Indonesische Clubgebouw, Jalan Kramat Raya 106, yang kini menjadi Museum Sumpah Pemuda.
Dalam kongres itu, W.R. Supratman memperdengarkan lagu Indonesia Raya untuk pertama kalinya, menandai lahirnya simbol baru kebangsaan yang kelak menjadi lagu kebangsaan Republik Indonesia.
3. Bagaimana dan Mengapa Sumpah Itu Bisa Terjadi
Sumpah Pemuda tidak muncul tiba-tiba. Ia merupakan hasil dari proses panjang:
Kebangkitan Nasional (1908) telah melahirkan kesadaran awal lewat Boedi Oetomo. Gerakan pemuda 1920-an mulai memunculkan gagasan nasionalisme modern yang menembus batas etnis.
Para pemuda menyadari bahwa perlawanan berserak tidak akan pernah mengalahkan kolonialisme. Karena itulah mereka berikrar: menyatukan tekad, membangun satu bangsa.
Secara sosiologis, Sumpah Pemuda adalah bentuk social contract antar generasi muda untuk memindahkan orientasi perjuangan dari lokal ke nasional.
4. Mengapa Sumpah Pemuda Penting
Nilai Sumpah Pemuda melampaui politik praktis. Ia membentuk:
Kesadaran identitas nasional (nationhood consciousness), Kesatuan bahasa dan budaya yang melahirkan nasionalisme inklusif, Rasa tanggung jawab generasi muda sebagai penjaga masa depan bangsa.
Tanpa Sumpah Pemuda, kemerdekaan 1945 tidak mungkin lahir dalam bentuk satu negara kesatuan. Sumpah Pemuda adalah ruh kesatuan bangsa - landasan spiritual dari setiap bentuk perjuangan nasional.
5. Relevansi Sumpah Pemuda di Era Pemerintahan Prabowo-Gibran
a. Meneguhkan Persatuan dalam Era Kompetisi Global
Era pemerintahan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka berada di tengah dunia yang semakin terfragmentasi: geopolitik multipolar, tekanan ekonomi global, dan disrupsi teknologi.
Dalam konteks ini, semangat Sumpah Pemuda menjadi pondasi moral nasional: bahwa hanya bangsa yang bersatu dapat bertahan dalam kompetisi global.
Presiden Prabowo menegaskan bahwa pembangunan tidak boleh berhenti di satu golongan atau wilayah. Ini sejalan dengan semangat Kongres Pemuda 1928 yang menolak sekat kedaerahan dan menegaskan Indonesia sebagai satu kesatuan nasib.
b. Bahasa Persatuan di Tengah Polarisasi Digital
Media sosial dan dunia digital kini menciptakan "suku-suku baru": kelompok opini, polarisasi politik, dan perang narasi. Semangat "bahasa persatuan" mengandung makna lebih luas: komunikasi yang sehat, sopan, dan saling menghargai di ruang publik. Bahasa Indonesia bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga etika kebangsaan - cara kita berbicara untuk membangun, bukan menghancurkan.
c. Pemuda sebagai Penggerak Ekonomi dan Moral Bangsa
Dalam Kabinet Prabowo-Gibran, generasi muda bukan hanya simbol, tapi subjek pembangunan. Nilai Sumpah Pemuda menuntut agar pemuda hari ini tidak hanya bersatu secara slogan, tetapi bersatu dalam produktivitas - menciptakan lapangan kerja, inovasi, dan teknologi yang membangun kemandirian bangsa.
Itulah "sumpah baru" generasi digital: bukan lagi mengangkat senjata, tapi mengangkat daya pikir dan daya cipta.
d. Jangan Saling Mengganggu, Saling Menopang
Sumpah Pemuda mengajarkan bahwa keberagaman bukan ancaman, melainkan kekuatan.
Dalam konteks pemerintahan sekarang, nilai ini menuntun agar setiap elemen bangsa - pemerintah, rakyat, oposisi, dan media - tidak saling menjatuhkan, tetapi saling menopang. Kritik boleh, tapi harus dengan niat memperbaiki, bukan memecah. Itulah bentuk "kematangan berbangsa" yang diwariskan para pemuda 1928.
e. Pemerintahan Kolaboratif sebagai Cerminan Semangat 1928
Pemerintahan Prabowo-Gibran memerlukan sinergi lintas partai, lintas agama, dan lintas suku - sama seperti semangat lintas organisasi dalam Kongres Pemuda II.
Jika pada 1928 mereka bersatu untuk merdeka, maka kini kita bersatu untuk memakmurkan kemerdekaan. Sumpah Pemuda adalah pengingat bahwa tujuan akhir bangsa bukan hanya kebebasan politik, tetapi kesejahteraan dan martabat seluruh rakyat.
6. Kesimpulan: Satu Tanah Air, Satu Bangsa, Satu Jiwa
Sumpah Pemuda tidak berakhir di halaman buku sejarah. Ia adalah dokumen moral bangsa yang terus hidup di setiap generasi. Dalam pemerintahan Prabowo-Gibran, nilai Sumpah Pemuda harus diterjemahkan dalam kebijakan: memperkuat integrasi nasional, menegakkan keadilan sosial, dan mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan golongan.
"Kita boleh berbeda pandangan, tapi jangan berbeda tujuan; boleh bersaing gagasan, tapi jangan saling meniadakan."
Selama nilai persatuan tetap dijaga, Indonesia akan selalu mampu melewati ujian zaman - sebagaimana para pemuda tahun 1928 telah mengajarkannya kepada kita semua.
Simak Video Tambah Tahu: Fakta dan Sejarah Sumpah Pemuda sebagai Tonggak Nasionalisme Indonesia
(zap/zap)