Kolom

Hasil Transformasi MIND ID

Ferdy Hasiman - detikNews
Selasa, 21 Okt 2025 16:02 WIB
Ilustrasi Foto: dok. MIND ID
Jakarta -

Apakah Anda kaget melihat profit dan pertumbuhanan BUMN tambang di bawah Mineral Industri Indonesia (MIND) sekarang? Pertumbuhanan holding MIND ID sekarang bisa diandalkan memberikan dividen besar untuk negara. Tahun 2024, dividen MIND ID ke Kementerian Keuangan mencapai Rp 20 triliun. Dividen yang begitu besar tentu ditopang pertumbuhan perusahaan yang begitu besar. Padahal, sejak jaman dahulu, sangat sulit mendapatkan dividen besar dari BUMN tambang kita. Pertanyaannya adalah bagaimana caranya, BUMN tambang tumbuh sepesat sekarang?

Pembentukan Holding

Di tahun 2019, kinerja BUMN tambang di bawah PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) belum sedahsyat sekarang. Tahun-tahun itu, laba dan pertumbuhan BUMN tambang, seperti PT Aneka Tambang Tbk, PT Timah Tbk dan Indonesia Asahan Alumina masih kecil-kecil. Mungkin hanya PT Bukit Asam Tbk saja yang mencatatkan laba di atas Rp 2 triliun dengan pertumbuhan tinggi. Itu terjadi karena BUMN tambang waktu itu masih berdiri sendiri.

Tahun 2019, BUMN tambang mulai melakukan transformasi dengan membentuk holding di bawah pimpinan Indonesia Asahan Alumina (INALUM). Anggota holding INALUM awalnya, seperti PT Bukit Asam Tbk, PT Timah Tbk, PT Aneka Tambang Tbk dan PT Indonesia Asahan Alumina (INALUM). Gagasan holding awalnya dilakukan untuk membeli 51 persen saham Freeport Indonesia. Karena jika dibeli oleh BUMN, seperti ANTM atau INALUM saja, aset perusahaan-perusahaan itu masih sangat kecil, sementara kebutuhan untuk membeli 51 persen saham Freeport mencapai US$5 miliar. Cara paling strategis adalah membentuk holding BUMN tambang. Di tahun 2019-2022, anggota holding BUMN tambang masih dibawah komando INALUM. Laba INALUM tahun 2020 belum menembus angka Rp 2 triliun dan asetnya masih berkisar Rp 100 triliun.

Namun, penggabungan BUMN tambang menjadi satu itulah yang menjadi cikal-bakal perusahaan BUMN tambang ini menjadi sangat besar. Dengan holding, INALUM mampu mengakuisisi 51 persen saham perusahaan tambang emas dan tembaga terbesar di dunia, Freeport Indonesia tahun 2019 senilai US$5 miliar. Freeport kemudian ikut andil mendongkrak laba dan dividen BUMN tambang. Dividen dari Freeport ke MIND ID dan kasu negara sudah mencapai Rp 90 triliun. Artinya, investasi INALUM dulu untuk membeli Freeport sudah untung atau sudah balik modal. Kritikan banyak pihak yang mengatakan bahwa BUMN tambang membeli mahal saham Freeport terjawab, karena sekarang buktinya investasi itu sangat menggiurkan.

Dengan holding itu pulalah yang membuat BUMN tambang berhasil mengambil-alih 14 persen saham perusahaan nikel terbesar di Tanah Air, PT Vale Indonesia Tbk. Dengan membeli 14 persen saham, MIND ID mengontrol mayoritas saham Vale senilai 34 persen karena sebelumnya sudah memiliki 20 persen saham. Sementara saham Vale Canada berkurang dari 44 persen menjadi 33 persen. Vale memiliki wilayah operasi tambang nikel terbesar mulai dari Sorowako, Sulawesi Selatan, Bahodopi (Sulawesi Tengah) dan Sulawesi Tenggara. Dengan tren ke kendaraan listrik, nikel menjadi salah satu mineral strategis untuk menopang pembangunan ekosistemnya. Karena bahan baku pembangunan baterai kendaraan listrik yang paling utama adalah nikel. Dengan demikian, akuisisi saham Vale sangat menguntungkan bisnis MIND ID ke depan.

Tahun 2023, BUMN tambang terus bertransformasi. INALUM kemudian fokus pada lini bisnis sendiri mengolah bauksit menjadi alumina ingot atau fokus mengurus bisnis aluminum nasional. INALUM adalah salah satu produsen aluminium terbesar di Asia dengan produksi mencapai 500.000 ton per tahun. Yang memimpin semua BUMN tambang kemudian adalah MIND ID. MIND ID tak punya operasional tambang. Dia adalah pemimpin manajemen BUMN tambang.

MIND ID fokus pada strategic holding. Dialah yang menggerakan dan motor yang menghidupkan semua anggota-anggotanya untuk bekerja dan berdedikasi untuk membangun negeri. Transformasi ini adalah implementasi dari PP No. 45 tahun 2022 mengenai Pengurangan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia pada Perusahaan Perseroan (Persero) PT Indonesia Asahan Aluminium dan PP no 46 tahun 2022 mengenai Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) di Bidang Pertambangan.

Tujuan dari transformasi MIND ID - INALUM, yaitu memisahkan fungsi holding dan operasional yang selama ini melekat pada satu entitas perusahaan. Dengan transformasi ini, MIND ID akan lebih efektif dan efisien mengelola rencana proyek bisnis dan investasi yang menciptakan nilai tambah bagi grup. Transformasi ini juga akan memperkuat tata kelola MIND ID sehingga dapat mengoptimalkan kontribusi perusahaan kepada seluruh pemangku kepentingan.

Hasil transformasi ini cukup menumbuhkan harapan kepada BUMN tambang. Setelah transformasi, aset MIND ID menjadi sangat besar mencapai Rp 259 triliun dengan pendapatan Rp 145 triliun dan laba bersih mencapai Rp 40 triliun tahun 2024. Pencapaian luar biasa itu tak pernah terjadi sebelumnya. Lima-sepuluh tahun lalu, laba BUMN tambang sangat kecil. Mungkin hanya PTBA saja yang labanya menjanjikan kala itu. Sementara, PT Timah, ANTM, INALUM, labanya kecil-kecil. Ini karena asetnya yang kecil dan tata kelolah perusahaan belum terurus dengan baik.

Dengan holding seperti sekarang, MIND ID fokus pada urusan tata kelola dan strategi bisnis besar untuk anggota-anggotanya. Di bawah MIND ID, BUMN tambang menjadi lebih lincah berbisnis, transparan, lebih responsif terhadap kepentingan masyarakat lingkar tamban. ESG-nya pun berjalan dengan baik karena terkait dengan pertambangan berkelanjutan. Itu tentu berkah kepiawaian manajemen melakukan transformasi menyeluruh di anggota-anggota holdingnya.

Fokus Hulu-Hilir

Penguasaan konsesi tambang BUMN tambang sebenarnya sangat luar biasa. BUMN tambang memiliki segalanya untuk berkompetisi dan go global company. PTBA menguasai lima wilayah tambang di Kalimantan dengan cakupan luas wilayah sebesar 65.000 hektar dengan cadangan batubara mencapai 3 miliar ton. Produksi rata-rata PTBA mencapai 50 juta ton per tahun. Itu yang membuat PTBA menjadi pesaing utama PT Bumi Resources Tbk (80 juta ton/tahun) dan PT Adaro Indonesia Tbk (60 juta ton/tahun). Sementara, TINS adalah satu-satunya produsen timah terbesar kedua di dunia.

Hanya saja, illegal mining yang masuk ke tambang TINS di Bangka-Balitung membuat perusahaan itu kesulitan untuk mengontrol harga. Jika benar, Presiden Prabowo ingin menerbitkan illegal mining di sekitarnya, TINS akan menjadi produsen timah mumpuni dan menjadi andalan negara dan dunia. Begitupun dengan ANTM yang memiliki konsesi emas di Pongkor, Jawa Barat, konsesi nikel di Pulau Gag dan Sulawesi Tenggara. Selain itu, ANTM memiliki konsesi bauksit.

Dengan penguasaan konsesi yang begitu besar, sangatlah masuk akal jika MIND ID memimpin strategi bisnis dengan pengembangan bisnis hilir melalui proyek pengembangan pabrik smelter. Anggota holding MIND ID, ANTM misalnya sejak tahun 1973 telah membangun pabrik smelter nikel di Kolaka, Sulawesi Tenggara berkapasitas 27.000 metrik ton.

Tahun 2024, ANTM juga telah membangun smelter feronikel di Halmahera Timur (FeniHaltim) berkapasitas 13.500 metrik ton per tahun dengan nilai investasi mencapai Rp 3,5 triliun. Dengan kapasitas smelter mencapai 13.500 metrik ton feronikel per tahun, ANTM berharap bisa mendapat Return Of Investment (balik modal) cepat dan mendapat untung. Jika proyek itu untung, dividen kepada pemegang saham besar dan penerimaan negara juga ikut besar.

Selain itu, INALUM juga sudah sejak awal membangun pabrik smelter alumina Ingot di Sumatera berkapasitas 300.000 metrik ton per tahun. Pabrik itu menggunakan alumina, karbon dan energi listrik sebagai ingredient utama dalam produksi. Lebih menarik lagi, karena INALUM dan anggota MIND ID lainnya, ANTM telah meresmikan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) fase 1 di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat dengan kapasitas produksi sebesar 1 juta ton alumina per tahun. Dari total produksi itu, 500.000 metrik ton, akan digunakan INALUM sebagai bahan baku utama produksi aluminium dan sianya 500.000 metrik ton akan dialokasikan untuk memenuhi permintaan pasar. Penetrasi BUMN tambang di pasar ini sangat penting untuk menguasai pasar domestik dan global ke depan.

Apalagi anggota MIND ID, ANTM menjadi salah satu produsen bauksit terbesar di tanah air. Mineral sejenis bauksit saling terkait dengan aluminum. Produksi bauksit ANTM dan anggota holding MIND ID lainnya bisa dipasok di smelter INALUM untuk dikelolah menjadi alumina. Struktur industri itu bisa dicermati begini; 1 ton alumina membutuhkan 3 ton bijih bauksit. Itu artinya, ekspor bijih bauksit Indonesia setara dengan hampir 12 juta ton alumina. Sementara 1 ton Ingot membutuhkan 2 ton alumina. Itu artinya, Indonesia mengekspor rata-rata 6 juta ton aluminium per tahun. Dengan harga yang terus naik, sangatlah potensial bagi MIND ID memperoleh pendapatan dari alumina di atas US$15 miliar ke depan.

Indonesia masih memiliki beberapa kemungkinan investasi untuk memproses bauksit menjadi alumina. Namun, investasi untuk membangun processing dari alumina menjadi aluminium ingot, hanya dimiliki INALUM. Ada rencana untuk mendorong kapasitas produksi INALUM dari 300.000 ton menjadi 410.000 ton dan terakhir menjadi 600.000 ton per tahun. MIND ID sebagai leader holding sedang berekspansi untuk meningkatkan kapasitas produksi alumina.

Itu langkah strategis untuk mampu melakukan penetrasi di pasar domestik dan global di tengah produksi otomotif yang kian meningkat dan peningkatan produksi kendaraan listrik global. Ini peluang besar untuk menciptakan pasar domestik untuk proyek SGA yang direncanakan beberapa perusahaan lokal, termasuk ANTAM. INALUM juga harus bisa bekerjasama dengan beberapa IUP bauksit di tingkat lokal, seperti Harita Group agar rantai pasokan aman.

Dengan pembangunan hilirisasi yang dilakukan anggota holding MIND ID, Indonesia yang selama ini cenderung mengekspor 40 juta ton bauksit per tahun ke China, memasuki fase baru, menuju industrialisasi. Perusahaan-perusahaan China kemudian dipaksa mengimpor alumina dari Indonesia jika industri otomotifnya ingin berkembang. Di bawah pimpin holding MIND ID, Indonesia memiliki modal besar membangun industri tambang ke depan dan mampu bersaing dengan korporasi global seperti BHP Baliton dan Rio Tinto.

Kerja Kolaborasi

Pembangunan smelter BUMN tambang ke depan tentu membutuhkan pasokan energi murah atau listrik murah untuk menghidupi pabrik. Maka, kolaborasi sesama BUMN menjadi sangat penting. Keberpihakan pemerintah terhadap proyek strategis yang sedang dijalankan BUMN tambang dibutuhkan untuk mengurai ego sektoral. Dalam hal pembangunan proyek smelter misalnya, BP BUMN harus memimpin langsung proyek ini agar sesama BUMN saling menopang.

Dalam hal kekurangan listrik untuk pembangunan smelter, pemerintah bisa memberikan subsidi listrik melalui PLN untuk mempercepat pengembangan smelter BUMN tambang. Kolaborasi antara BUMN perlu didorong, namun perlu mendorong kolaborasi yang saling menguntungkan dan mengikuti mekanisme korporasi. Danantara dan BP BUMN perlu mengajak PLN, dan BUMN tambang untuk duduk bersama bagaimana agar proyek smelter berjalan cepat dan menguntungkan kedua belah pihak.

Jika memang PLN dan pemerintah tidak memberikan solusi yang menguntungkan, saya lebih menganjurkan BUMN tambang untuk bernegosiasi dengan perusahaan swasta di sektor energi baru terbarukan yang harga listriknya lebih murah. Jika tawaran itu lebih menguntungkan dan masuk dalam perhitungan bisnis, silahkan berproses. Yang paling penting, semua proses harus berjalan transparan dan akuntabel.

Ferdy Hasiman, Direktur Eksekutif Indonesia Mining & Energy Watch




(akd/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork