Kami bertiga berangkat dari Jakarta tepat pukul satu siang, 18 Oktober 2025. Perjalanan menuju Garut kami tempuh melalui jalur selatan, diiringi pemandangan sawah, pegunungan, dan udara sejuk khas Priangan. Setelah sekitar empat jam di perjalanan, kami tiba di Kabupaten Garut pukul lima sore. Udara dingin menyambut, menandai peralihan sore menuju senja.
Kami disambut langsung oleh Kapolres Garut dengan penuh kehangatan. Setelah kami menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan - yakni untuk menelusuri kembali makna falsafah Polri "Tata Tengtrem Kerta Raharja" - Kapolres menyambutnya dengan antusias. Beliau segera mengundang salah satu budayawan Garut, Pak Indah untuk menjadi narasumber dalam dialog budaya.
Tak lama kemudian, diskusi santai pun dimulai di tempat kami menginap. Percakapan hangat itu berlangsung hingga hampir tiga jam, diwarnai dengan tawa, refleksi, dan cerita sejarah yang memikat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam dialog tersebut, Pak Indah menjelaskan bahwa Tata Tengtrem Kerta Raharja merupakan istilah dari bahasa Sunda sebagai falsafah lama yang berakar dari ajaran Prabu Niskala Wastu Kencana (Raja Siliwangi II) pada masa Kerajaan Sundah Galuh Kawali, cikal bakal kerajaan Padjajaran. Falsafah itu mengandung empat nilai utama kehidupan: keteraturan (Tata), ketenteraman (Tengtrem), kerja keras menuju kemakmuran (Kerta), dan kesejahteraan lahir batin (Raharja).
Lebih lanjut, Pak Indah mengungkapkan fakta menarik bahwa falsafah ini bukan hanya warisan kerajaan, tetapi juga telah menjadi bagian dari identitas daerah Garut sejak lama. "Sejak tahun 1813, ketika R.A.A. Adiwijaya diangkat sebagai Bupati pertama Garut, semboyan Tata Tengtrem Kerta Raharja telah dipakai sebagai slogan resmi pemerintahan," jelasnya. Falsafah tersebut menjadi pedoman moral dalam membangun tatanan masyarakat yang tertib, tenteram, dan sejahtera.
Setelah bermalam di Garut, pagi harinya kami melanjutkan perjalanan menuju Ciamis, ke sebuah lokasi bersejarah bernama Astana Gede Kawali - situs yang dipercaya sebagai jejak sakral Kerajaan Galuh, tempat di mana istilah "Tata Tengtrem Kerta Raharja" digali dari nilai atau ajaran yang terdapat pada prasasti di Astana Gede Kawali, Ciamis
Begitu memasuki kawasan seluas sekitar lima hektare itu, suasana mistis dan sakral terasa sangat kuat. Pohon-pohon besar menaungi area makam raja-raja Galuh dan prasasti-prasasti batu yang menjadi saksi bisu kejayaan masa silam, periode Kerajaan Sunda Galuh Kawali.
Di Ciamis, kami disambut hangat oleh Wakapolres Ciamis yang turut mendukung kegiatan penelusuran budaya ini. Dalam kunjungan ke Astana Gede Kawali, kami ditemani oleh Pak Eman selaku juru kunci situs, serta Pak Ega dan Pak Seno, dua budayawan sekaligus sejarawan Ciamis yang memahami dengan baik seluk-beluk peninggalan Galuh.
Menelusuri Falsafah Polri 'Tata Tengtrem Kerta Raharja' Foto: (Dok Istimewa) |
Dari perbincangan santai bersama mereka, kami memperoleh penjelasan menarik: slogan Kota Ciamis "Mahayuna Ayuba Kadatuan" sendiri sejatinya memiliki makna ketenteraman dan kesejahteraan, sebagaimana tergambar dalam lambang bunga teratai - simbol kemakmuran, kesucian, dan ketenangan batin. Makna ini memiliki benang merah yang erat dengan falsafah Tata Tengtrem Kerta Raharja.
Menurut penuturan Pak Seno, istilah Tata Tengtrem Kerta Raharja dapat ditelusuri dari beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Galuh yang kini berada di kompleks Astana Gede Kawali. "Dari enam prasasti yang ada di sini," ujarnya, "makna falsafah itu bisa dipahami sebagai gabungan nilai-nilai yang tertulis dalam Prasasti I, Prasasti II, dan Prasasti VI." Ketiganya menegaskan prinsip keteraturan, kedamaian, serta kesejahteraan rakyat sebagai cita-cita pemerintahan Raja Niskala Wastu Kencana.
Senja semakin turun, langit di Garut yang semalam kami tinggalkan kini berganti dengan heningnya sore di Kawali. Embusan angin lembut membawa aroma tanah basah dan bisikan pepohonan tua di Astana Gede, seolah menyatukan dua perjalanan batin dalam satu benang sejarah yang sama. Perjalanan dua hari ini menjadi lebih dari sekadar penelusuran sejarah - ia adalah napak tilas nilai-nilai luhur yang menyatukan budaya nusantara dengan jati diri Polri.
Bagi kami, makna Tata Tengtrem Kerta Raharja kini terasa lebih hidup dan membumi: bukan sekadar semboyan atau warisan masa lalu, melainkan panggilan moral dalam menjaga keteraturan (Tata), menciptakan ketentraman (Tengtrem), bekerja keras dengan ketulusan (Kerta), serta menghadirkan kesejahteraan bagi rakyat (Raharja). Bahwa menjaga keamanan dan ketertiban sejatinya adalah bagian dari menegakkan Tata Tengtrem Kerta Raharja dalam kehidupan berbangsa dan bernegara - sebuah harmoni antara warisan budaya dan semangat pengabdian.
Sesaat setelah kami mengakhiri kunjungan ke situs prasasti, hujan turun di tanah Ciamis - rintiknya lembut, seolah alam ikut menundukkan kepala dalam khidmat. Butir-butir hujan membasahi batu-batu prasasti yang telah berusia berabad-abad, seakan membangunkan kembali jejak sejarah yang tersembunyi di dalamnya. Kami diam sejenak di bawah rindangnya pohon beringin tua, membiarkan percikan air itu menjadi saksi bisu perjumpaan antara masa lalu dan masa kini.
Hujan sore itu seolah memberi pesan tersirat: bahwa warisan leluhur bukan untuk dikenang semata, melainkan untuk disegarkan kembali dalam laku pengabdian. Dari prasasti Kawali hingga falsafah Tata Tengtrem Kerta Raharja, semua mengajarkan tentang keseimbangan, ketertiban, dan kedamaian - nilai-nilai yang menjadi inti tugas kami sebagai anggota Polri.
Dan pada akhirnya kami memahami, bahwa Tata Tengtrem Kerta Raharja hakikatnya lahir dari kebudayaan Jawa Dwipa--kebudayaan besar yang menjadi akar peradaban Nusantara. Ia tidak terbatas pada budaya Sunda semata, melainkan mencerminkan nilai universal kebudayaan Jawa secara umum: tatanan yang rukun, tenteram, sejahtera, dan berkeadilan. Sebuah warisan moral yang melintasi waktu, menyatu dalam jiwa bangsa, dan hidup dalam pengabdian setiap insan Polri bagi Indonesia.
Astana Gede Kawali, 19 Oktober 2025.
Kombes Pol Dr Dedy Tabrani S.IK.M.Si. Ketua Perkumpulan Doktor Ilmu Kepolisian Indonesia.
Simak juga Video: Mengulik Tim Transformasi Reformasi Polri
(rdp/rdp)











































