Kolom

Kebijakan Moneter: Seni Menjaga Irama Ekonomi

M. Abd. Nasir - detikNews
Sabtu, 11 Okt 2025 11:30 WIB
Ilustrasi / Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Dunia masih berada dalam situasi yang tidak mudah. Ketegangan perdagangan antarnegara, terutama antara Amerika Serikat dan mitranya, masih memberi bayangan panjang pada perekonomian global. Harga komoditas naik turun, arus modal asing bergerak cepat, dan ketidakpastian menjadi teman sehari-hari bagi banyak negara. Di tengah situasi seperti ini, Indonesia justru menunjukkan ketenangan. Laporan Tinjauan Kebijakan Moneter Bank Indonesia edisi September 2025 memberi pesan yang menumbuhkan keyakinan bahwa stabilitas ekonomi kita adalah hasil dari kebijakan yang cermat dan berpijak pada ilmu ekonomi yang kokoh.

Bank Indonesia memahami bahwa kebijakan moneter bukan sekadar soal angka atau suku bunga, melainkan tentang menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan kestabilan. Dalam teori ekonomi klasik, menjaga stabilitas harga menjadi fondasi utama agar pasar bisa berfungsi dengan baik. Namun dalam pandangan ekonomi modern, terutama yang diwariskan oleh John Maynard Keynes, peran bank sentral jauh lebih aktif. Otoritas moneter tidak hanya menjaga kestabilan harga, tetapi juga mengelola permintaan agar perekonomian tetap tumbuh. Inilah yang sedang dilakukan Bank Indonesia, menjaga harmoni antara stabilitas dan pertumbuhan agar roda ekonomi terus berputar tanpa kehilangan arah.

Kinerja ekonomi yang disampaikan dalam laporan tersebut memberikan alasan kuat untuk tetap optimis. Inflasi tetap rendah dan terkendali. Nilai tukar Rupiah stabil meski tekanan global cukup tinggi. Cadangan devisa juga masih berada pada tingkat yang aman. Semua ini menunjukkan bahwa kebijakan moneter yang dijalankan Bank Indonesia mampu menjaga daya tahan ekonomi nasional. Ketika banyak negara berkembang kesulitan menahan arus keluar modal, Indonesia masih mampu mempertahankan kepercayaan investor.

Langkah Bank Indonesia menurunkan suku bunga kebijakan memberi dorongan nyata bagi perekonomian. Dalam teori transmisi moneter, penurunan suku bunga akan menurunkan biaya pinjaman bagi dunia usaha. Akibatnya investasi meningkat dan konsumsi masyarakat ikut tumbuh. Dampaknya terasa pada meningkatnya permintaan barang dan jasa yang pada akhirnya memperkuat pertumbuhan ekonomi. Namun Bank Indonesia tidak hanya mengandalkan kebijakan suku bunga. Melalui program Insentif Likuiditas Makroprudensial, perbankan diberi ruang lebih luas untuk menyalurkan pembiayaan tanpa mengganggu stabilitas sistem keuangan. Ini menunjukkan bahwa kebijakan moneter Indonesia kini lebih adaptif, responsif, dan selaras dengan dinamika ekonomi yang terus berubah.

Kekuatan kebijakan ini juga tercermin dari kondisi sektor keuangan yang tetap sehat. Permodalan perbankan kuat, kredit bermasalah tetap rendah, dan likuiditas meningkat. Semua ini menjadi penopang bagi pertumbuhan ekonomi ke depan. Dengan sistem keuangan yang stabil, kebijakan moneter bisa bekerja lebih efektif dalam mendukung pembiayaan bagi sektor riil. Di sinilah terlihat sinergi nyata antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal pemerintah. Ketika pemerintah memperbesar belanja publik untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan bantuan sosial, Bank Indonesia ikut menyesuaikan diri dengan kebijakan moneter yang lebih longgar agar pertumbuhan ekonomi dapat berjalan lebih cepat.

Kombinasi kebijakan ini merupakan contoh nyata dari apa yang disebut sebagai kebijakan penyeimbang siklus ekonomi (countercyclical). Ketika perekonomian dunia melambat, pemerintah dan Bank Indonesia justru mendorong sektor domestik agar tetap bergerak. Kebijakan ini tidak hanya bersifat reaktif, tetapi juga proaktif, dengan tujuan menjaga momentum pertumbuhan agar tidak padam di tengah ketidakpastian global. Inilah wujud nyata dari keberanian otoritas moneter dalam menavigasi arah perekonomian nasional berkelanjutan.

Selain menjaga stabilitas makroekonomi, Bank Indonesia juga memanfaatkan kemajuan teknologi untuk memperkuat fondasi ekonomi digital. Data dalam laporan menunjukkan peningkatan pesat dalam transaksi digital banking, penggunaan QRIS, dan sistem BI FAST. Perkembangan ini tidak hanya mempermudah transaksi, tetapi juga memperluas akses keuangan bagi masyarakat kecil dan pelaku usaha mikro. Ekonomi digital menciptakan efisiensi, menurunkan biaya transaksi, dan mempercepat sirkulasi uang dalam sistem ekonomi nasional. Dengan kata lain, inovasi di bidang pembayaran menjadi bagian penting dari strategi moneter untuk mendukung pertumbuhan yang inklusif.

Meskipun demikian, tantangan global tidak bisa diabaikan. Perlambatan ekonomi dunia, fluktuasi harga komoditas, dan ketegangan geopolitik masih terus membayangi. Namun justru di tengah tantangan inilah pentingnya kebijakan moneter yang kredibel dan konsisten menjadi semakin terasa. Seperti yang pernah dijelaskan Milton Friedman, kebijakan moneter yang terarah akan membentuk ekspektasi masyarakat terhadap stabilitas ekonomi. Ketika masyarakat percaya bahwa inflasi dapat dikendalikan dan nilai tukar tetap stabil, maka keyakinan terhadap ekonomi nasional akan meningkat. Kepercayaan inilah yang menjadi modal terbesar dalam menghadapi ketidakpastian.

Di Indonesia, kepercayaan itu mulai terlihat nyata. Indeks keyakinan konsumen masih tinggi, penjualan ritel tumbuh, dan investasi menunjukkan tanda pemulihan. Semua ini menegaskan bahwa arah kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia sudah berada di jalur yang benar. Dengan menjaga keseimbangan antara stabilitas dan pertumbuhan, otoritas moneter telah membangun dasar yang kokoh bagi ekonomi yang lebih tangguh dan berkelanjutan.
Pada akhirnya, kita dapat melihat bahwa kebijakan moneter bukan hanya tentang mengatur angka suku bunga atau cadangan devisa. Lebih dari itu, kebijakan moneter adalah seni menjaga irama perekonomian agar tetap seimbang. Bank Indonesia kini memainkan perannya dengan bijak, tidak terburu-buru dalam mengambil langkah, tetapi juga tidak ragu saat dibutuhkan keberanian. Hasilnya adalah stabilitas yang menumbuhkan rasa percaya diri bahwa ekonomi Indonesia akan terus melangkah maju dengan keyakinan dan harapan baru.

Kita sebagai masyarakat perlu ikut menumbuhkan optimisme ini. Ekonomi yang kuat bukan hanya hasil dari kebijakan bank sentral, tetapi juga dari partisipasi aktif seluruh lapisan bangsa. Dengan kepercayaan, kerja keras, dan sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, Indonesia memiliki peluang besar untuk melangkah menuju masa depan yang lebih stabil dan sejahtera.

M. Abd. Nasir. Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jember dan juga anggota Kelompok Riset (Keris) Behavioral Economics on Monetary, Financial, and Development Policy (BENEFITLY).

Melihat Kembali detikSore on Location Indonesia Langgas Berenergi:




(imk/imk)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork