Prabowo Pidato Urutan Ketiga di Sidang Umum PBB, Apa Maknanya?
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Prabowo Pidato Urutan Ketiga di Sidang Umum PBB, Apa Maknanya?

Senin, 22 Sep 2025 17:10 WIB
Khairul Fahmi
Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS).
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Khairul Fahmi. Institute for Security and Strategic Studies (ISESS). (Dok Pribadi)
Foto: Khairul Fahmi, Institute for Security and Strategic Studies (ISESS). (Dok Pribadi)
Jakarta -

Presiden RI Prabowo Subianto akan berpidato pada urutan ketiga dalam Sidang Majelis Umum ke-80 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), setelah Presiden Brasil dan Presiden Amerika Serikat. Posisi ini, walaupun terlihat sebagai detail teknis, menyimpan makna strategis yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

Sejak 1955, Brasil selalu menjadi negara pertama yang berpidato pada Sidang Umum PBB. Hal ini berawal dari kebiasaan sejarah ketika Brasil bersedia membuka sesi saat banyak negara enggan berbicara pertama.

Amerika Serikat, sebagai tuan rumah, mendapat kehormatan berbicara di urutan kedua. Setelah itu, penentuan urutan negara lain biasanya mempertimbangkan protokol, status politik, dan signifikansi diplomasi masing-masing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahwa Indonesia mendapat slot ketiga tahun ini bukanlah hal remeh. Itu menandakan adanya pengakuan terhadap peran, relevansi, dan kredibilitas diplomasi Indonesia di tengah dinamika global yang penuh ketidakpastian.

Jika menengok sejarah, kesempatan bagi pemimpin Indonesia untuk berbicara sedini ini adalah sebuah momen istimewa. Soekarno pernah berpidato di urutan ke-46, Soeharto di urutan ke-61, Megawati di urutan ke-17, sementara Susilo Bambang Yudhoyono tercatat tiga kali berpidato dengan urutan 20, 21, dan 16. Presiden Joko Widodo dua kali menyampaikan pidato secara daring, keduanya di urutan ke-16.

ADVERTISEMENT

Kini, Prabowo berada di urutan ke-3 - sebuah lompatan signifikan yang mencerminkan meningkatnya bobot diplomasi Indonesia di mata dunia. Untuk pertama kalinya, Indonesia menjadi salah satu negara yang membuka percakapan dunia di forum multilateral terbesar ini.

Urutan ketiga memungkinkan Prabowo menyampaikan pesan pada saat audiens masih penuh, atensi dunia masih segar, dan media global fokus menyoroti agenda awal. Dengan posisi ini, Indonesia berkesempatan mengatur nada perdebatan, mempengaruhi fokus isu-isu yang akan dibahas, dan memosisikan diri sebagai suara yang diperhitungkan.

Konteks Global dan Pengakuan Internasional

Momentum pidato Prabowo hadir di saat dunia menghadapi krisis multidimensi. Perang Rusia-Ukraina belum mereda, konflik Gaza-Israel yang justru kian meluas ke kawasan, ketegangan di Indo-Pasifik terus meningkat, sementara ekonomi global diguncang perang tarif Amerika Serikat yang berimbas pada rantai pasok dunia.

Dalam lanskap seperti ini, suara dari Global South sangat dinantikan. Prabowo berpeluang menjadikan pidatonya sebagai penegasan posisi Indonesia: menolak politik blok, mendorong solusi damai atas konflik, serta memperjuangkan reformasi tata kelola global agar lebih adil dan inklusif.

Agenda yang bisa diangkat antara lain soal ketahanan pangan dan energi, akses kesehatan global pascapandemi, hingga keadilan iklim. Semua isu itu bukan hanya relevan bagi negara berkembang, tapi juga menyentuh kepentingan kolektif seluruh dunia.

Slot strategis ini sekaligus menjadi bentuk pengakuan atas kepemimpinan Indonesia di kawasan maupun di tingkat global. Indonesia dipandang mampu menjadi jembatan antara Utara dan Selatan, Barat dan Timur, negara maju dan negara berkembang.

Diplomasi Indonesia belakangan ini memang cukup menonjol: sukses menjadi tuan rumah KTT G20, memimpin ASEAN saat menghadapi krisis Myanmar, serta konsisten menyuarakan penyelesaian konflik Palestina dengan solusi dua negara. Kehadiran Prabowo di panggung PBB akan mempertegas konsistensi itu.

Pidato ini juga memiliki nilai simbolik personal. Prabowo adalah putra ekonom dan negarawan Sumitro Djojohadikusumo, yang turut memengaruhi arah diplomasi Indonesia pada era awal pembangunan. Dengan tampil di forum PBB pada posisi strategis, Prabowo seakan melanjutkan warisan diplomasi keluarga, sembari membawa visi baru, yakni Indonesia yang percaya diri, mandiri, dan disegani dunia.

Ekspektasi Tinggi, Tanggung Jawab Besar

Namun, posisi terhormat ini juga datang dengan ekspektasi tinggi. Dunia akan menilai isi pidato Prabowo: apakah mampu menghadirkan pesan yang kuat, konkret, dan relevan dengan tantangan global, atau sekadar berhenti pada retorika.

Indonesia pun akan diuji konsistensinya. Pidato yang baik harus diikuti dengan diplomasi aktif, kebijakan luar negeri yang selaras, dan langkah nyata di lapangan. Dengan begitu, pesan yang disampaikan tidak hanya berhenti sebagai simbol, melainkan bertransformasi menjadi pengaruh nyata bagi perdamaian, pembangunan, dan keadilan global.

Bagi publik dalam negeri, pidato Prabowo juga akan dilihat sebagai tone setting kepemimpinannya di mata dunia. Bagaimana ia mengartikulasikan visi ketahanan nasional multidimensi, seperti pangan, energi, kesehatan, dan teknologi, akan menjadi indikator arah politik luar negeri Indonesia lima tahun ke depan.

Berpidato di urutan ketiga bukan hanya soal posisi, tetapi tentang bagaimana Indonesia memanfaatkan panggung untuk mengatur arah percakapan dunia.

Apabila dimanfaatkan dengan baik, momentum ini dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai pemimpin Global South, mempertegas komitmen pada multilateralisme, dan membuka ruang lebih luas bagi kepentingan nasional di meja perundingan dunia.

Bagi Presiden Prabowo, inilah kesempatan emas untuk menegaskan kepada dunia, bahwa Indonesia bukan sekadar pengikut arus global, melainkan salah satu kekuatan yang siap memberi arah.

Khairul Fahmi. Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS).

Simak juga Video: Momen Prabowo Disambut Saat Tiba di AS Hadiri Sidang Umum PBB

(rdp/tor)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads