Kolom

Universitas Danantara dan Tantangan Prioritas

Rahmat Hidayat Pulungan, Rahmat Hidayat Pulungan - detikNews
Jumat, 08 Agu 2025 13:44 WIB
Rahmat Hidayat Pulungan (Foto: Dok Pribadi)
Jakarta -

Sebagai lembaga yang didirikan untuk mengonsolidasikan dan mengoptimalkan pengelolaan BUMN, aset negara dan investasi pemerintah, Daya Anagata Nusantara (Danantara) baru-baru ini mengumumkan rencana pembangunan universitas korporat bernama Danantara Indonesia Academy, dengan menggandeng sembilan universitas top dunia termasuk Stanford University (Amerika Serikat), Tsinghua University (Tiongkok), dan Columbia University (Amerika Serikat). Rencana ini difokuskan pada bidang kecerdasan buatan (AI), engineering dan teknologi masa depan, dengan target penyelesaian dalam dua tahun ke depan.

Keputusan ini menyiratkan potensi masalah krusial dalam menentukan prioritas program kerja untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Fokus pada Core Competence dan Dampak

Konsep core competence yang dicetuskan oleh Prahalad dan Hamel menyatakan bahwa untuk mencapai keunggulan kompetitif dan membangun excellency, organisasi sebaiknya fokus kepada kekuatan unik yang mendefinisikan core business mereka dan menyerahkan aktivitas yang bukan bagian dari core business kepada mitra atau pihak ketiga. Membangun dan mengelola kampus bukanlah core business Danantara sehingga kebutuhan terhadap lulusan kampus yang memiliki kompetensi tertentu dapat dikerjasamakan dengan universitas sebagai mitra. Danantara selayaknya fokus mengembangkan keunggulan kompetitif dan membangun excellency melalui pengelolaan aset dan investasi, project management, merger and acquisition, serta restrukturisasi perusahaan dan hutang yang merupakan mandat utama pembentukan mereka.

Dalam peluncuran Danantara, Presiden Prabowo berpesan untuk melaksanakan proyek-proyek yang berdampak tinggi yang akan menciptakan nilai tambah yang signifikan untuk bangsa kita, menciptakan manfaat nyata, lapangan kerja yang bermutu, dan kemakmuran panjang dan berkelanjutan bagi masyarakat Indonesia. Mengindahkan pesan tersebut, Danantara selayaknya fokus pada efisiensi operasional dan investasi berdampak tinggi dalam mengoptimalkan aset BUMN dan negara. Mendirikan universitas merupakan aksi yang tidak efisien secara operasional serta tidak berdampak tinggi secara investasi jika tidak kompatibel dengan kebutuhan industri. Kenyataan banyaknya universitas serta perguruan tinggi di Indonesia yang menghasilkan lulusan yang tidak terserap oleh industri mempertegas hal tersebut. Pembangunan kampus, meskipun diklaim sebagai investasi jangka panjang untuk pembentukan talenta, tidak langsung berkontribusi pada pemanfaatan optimal aset untuk industri strategis.

Bottleneck Penyerapan Lulusan Universitas di Dunia Kerja

Lebih jauh, masalah utama lainnya adalah ketidaksesuaian realitas pasar tenaga kerja di Indonesia, di mana lulusan universitas masih sulit diserap oleh industri. Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT) untuk lulusan universitas mencapai 5,25 persen, dengan jumlah sarjana menganggur mencapai 1,01 juta orang-tertinggi dalam empat tahun terakhir. Secara keseluruhan, dari 7,28 juta penganggur nasional, lulusan sarjana menyumbang porsi signifikan, mencerminkan mismatch antara kompetensi lulusan dan kebutuhan industri.

Penyebab utama adalah kesenjangan antara kurikulum perguruan tinggi dan tuntutan dunia kerja, di mana industri sering mengeluhkan kurangnya keterampilan praktis pada lulusan. Meskipun Universitas Danantara difokuskan pada AI dan engineering, yang memang dibutuhkan di masa depan, pembangunan kampus baru berisiko memperburuk masalah ini jika tidak disertai reformasi secara sistemik dunia pendidikan di Indonesia. Sebagai konteks, setiap tahunnya, Indonesia menghasilkan 1,8-1,9 juta lulusan sarjana, tetapi penyerapan tenaga kerjanya tidak sebanding, terutama di tengah melemahnya pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada sektor manufaktur dan jasa.

Alih-alih membangun kampus baru, pengembangan SDM untuk memenuhi kebutuhan kompetensi spesifik industri dapat dilakukan dengan alternatif lebih rasional: memperkuat universitas BUMN yang sudah ada (misalnya Universitas Pertamina, Telkom University, Institut Teknologi PLN, Universitas Internasional Semen Indonesia), yang sampai saat ini masih menjadi masalah dan beban, melalui revitalisasi kurikulum dan kolaborasi riset strategis, untuk melahirkan talenta terbaik.

Think Priorities First

Pada awal kemunculannya, lebih masuk akal jika fokus Danantara diarahkan pada penciptaan lapangan kerja baru melalui investasi di industri BUMN strategis. Ini dapat dilakukan dengan mendorong inovasi untuk menjawab kompleksitas bisnis dan operasional industri strategis, yang berpotensi menghasilkan bisnis baru dan lapangan kerja. Sebagai ilustrasi, Danantara dapat berinvestasi pada pengembangan teknologi energi terbarukan di PT Pertamina (Persero) atau PT PLN (Persero) untuk menciptakan startup baru di bidang produksi panel surya atau baterai penyimpanan energi. Inovasi ini tidak hanya menjawab tantangan transisi energi, tetapi juga membuka ribuan lapangan kerja baru dari hulu ke hilir, mulai dari riset, manufaktur, instalasi, hingga perawatan

Untuk merealisasikan pendekatan tersebut, inovasi dapat dihadirkan dengan cara membangun research and development (R&D) yang diisi oleh para talenta-talenta terbaik BUMN yang kemudian dikolaborasikan dan diintegrasikan dengan institusi riset terbaik dari seluruh dunia, namun dengan melibatkan BUMN sebagai pengguna. Dengan cara ini, Danantara tetap beroperasi sesuai fungsinya mengelola investasi strategis yang kompatibel dengan pasar, sembari mendukung inovasi di sektor prioritas nasional.

Keputusan Danantara untuk membangun kampus, meskipun bertujuan baik, jelas kurang sesuai dengan perannya sebagai badan pengelola investasi strategis. Alih-alih mendorong transformasi ekonomi melalui investasi langsung di sektor strategis, langkah ini berpotensi membuang sumber daya dan mengabaikan realitas pengangguran lulusan yang tinggi.

Pemerintah dan Danantara sebaiknya mengevaluasi keputusan pendirian Danantara Indonesia Academy dan memprioritaskan kerja strategis efisiensi operasional dan optimalisasi investasi sebagai quick-wins untuk membuktikan bahwa mereka dapat secara taktis melaksanakan optimalisasi aset serta keputusan investasi yang langsung berdampak pada pertumbuhan nasional. Hanya dengan secara berhati-hati menyusun prioritas program dan kerja berdasarkan magnitude dampak serta kecepatan perolehan hasil yang berkesesuaian dengan core business, Danantara dapat benar-benar berkontribusi pada kemakmuran Indonesia di era kompetitif global.

Rahmat Hidayat Pulungan
Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

Simak juga Video: Danantara Resmi Jadi Mitra Kerja Komisi VI dan XI DPR




(knv/knv)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork