Menilik Potensi Brand Lokal
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Menilik Potensi Brand Lokal

Kamis, 24 Jul 2025 18:38 WIB
Muhammad Arsa Maulana
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Ilustrasi bazar fashion.
Foto: Ilustrasi fashion (Istimewa/ Unsplash.com)
Jakarta -

Akhir-akhir ini tren outfit di Indonesia ramai digemari kalangan muda. Banyak kalangan muda yang berbondong-bondong mencari outfit sesuai style mereka. Sebelumnya, beberapa orang cenderung lebih menyukai produk impor atau merek internasional, menganggap produk lokal kurang berkualitas atau kurang stylish.

Padahal, fashion lokal Indonesia memiliki potensi besar dan kualitas yang tidak kalah. Hal ini terbukti dengan data dari hasil survei Goodstats tahun 2023 sebanyak 40,2% memilih merek lokal untuk gaya berbusana yang dikenakan dalam keseharian.

Hal tersebut menunjukkan perkembangan fashion brand lokal di Indonesia di Indonesia meningkat. Selaras dengan fenomena beberapa tahun terakhir, ada perubahan menarik di dunia fashion Indonesia. Brand-brand lokal, terutama yang digarap langsung oleh desainer tanah air, mulai mendapatkan tempat di hati konsumen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan tren dalam lima tahun terakhir, preferensi masyarakat terhadap brand lokal terus meningkat. Brand luar negeri yang dulu mendominasi pilihan konsumen, kini mulai tergeser oleh brand lokal yang dinilai memiliki kualitas dan karakter desain yang kuat.

Brand fashion lokal saat ini tidak kalah dengan impor berkat beberapa faktor, seperti kualitas produk yang meningkat, inovasi desain dan pemasaran, serta peningkatan kesadaran konsumen akan produk lokal menjadi kunci utama. Kualitas dan desain brand fashion lokal saat ini tidak kalah dengan fashion impor. Brand lokal Indonesia sempat menghadapi stigma negatif terkait kualitas, mulai dari anggapan bahan yang kurang premium hingga hasil jahitan yang tidak presisi.

ADVERTISEMENT

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, banyak brand lokal mulai menunjukkan peningkatan signifikan, baik dalam hal pemilihan material, kontrol produksi, maupun penyelesaian akhir. Hal ini diperkuat oleh survei JakPat (2023), di mana lebih dari 60% responden menilai kualitas brand lokal sudah setara dengan produk impor.

Mereka pilih bahan premium, kontrol produksi yang ketat, dan hasil akhir yang rapi. Bahkan, beberapa brand lokal menggunakan bahan-bahan sustainable yang ramah lingkungan.

Kemudian, salah satu kekuatan besar brand lokal adalah desain yang orisinal. Banyak desainer muda Indonesia yang menciptakan karya dengan sentuhan khas Indonesia, tanpa harus kelihatan "tradisional banget".

Mereka berani mengeksplorasi motif baru, potongan yang unik, dan visual yang tidak pasaran. Hasilnya? Fresh, beda, dan punya identitas sendiri. Bahkan, sering kali lebih stand out dibandingkan brand global yang desainnya itu-itu aja. Contohnya brand Uniqlo dari Jepang. Uniqlo terkenal dengan gaya simpel dan minimalis. Filosofi mereka disebut LifeWear, yaitu pakaian yang nyaman, fungsional, dan tahan lama.

Tapi, karena desainnya yang terlalu sederhana dan tidak banyak berubah, beberapa orang menyebut Uniqlo punya gaya yang itu-itu saja atau cenderung membosankan. Seperti yang dijelaskan dalam artikel di Martin Roll (2023), Uniqlo memang sengaja memilih desain yang "universal dan mudah dipadukan", bukan untuk tampil beda atau mencolok. Hal ini berbeda dengan brand lokal yang sering mengeksplor motif, warna, dan bentuk yang lebih berani.

Banyak brand fashion lokal yang sudah mendunia. Tentunya dengan keunggulan, keunikan, dan kualitasnya yang bukan main-main. Survei Jakpat (2023) dengan responden 1.521, seimbang pria-wanita sebagian besar usia 20-25 tahun menunjukkan penggunaan merek fashion pakaian lokal di Indonesia menunjukkan preferensi yang kuat terhadap merek lokal, terutama di kalangan generasi muda.

Merek lokal semakin digemari karena dianggap memiliki kualitas yang bersaing dengan merek internasional, serta menawarkan keunikan dan positioning yang menarik.

Kenapa Brand Fashion Lokal Kini Lebih Diminati?

Fenomena ini bukan terjadi tanpa sebab. Ada beberapa faktor yang mendorong tren peningkatan minat terhadap merek lokal, antara lain peningkatan kualitas bahan dan hasil akhir, kontrol produksi yang ketat, desain yang semakin berani dan relevan dengan tren global hingga kesadaran lingkungan yang terintegrasi dalam strategi merek.

Survei JakPat (2023) menunjukkan lebih dari 60% responden menilai kualitas brand lokal sudah setara dengan produk impor. Banyak label dalam negeri kini menggunakan bahan premium, melakukan kontrol kualitas secara detail, dan menghasilkan finishing yang rapi sehingga mematahkan stigma lama bahwa "produk lokal itu murahan." Bahkan, sejumlah merek mulai menggunakan bahan sustainable dan proses produksi ramah lingkungan sebagai bentuk kepedulian terhadap keberlanjutan.

Selain faktor-faktor tersebut, banyak merek lokal kini mengusung strategi produksi berkelanjutan untuk memperkuat daya saing mereka dalam industri mode yang kompetitif.

Slow Fashion: Strategi Berkelanjutan dalam Industri Mode

Salah satu pendekatan yang kini diadopsi oleh merek lokal adalah slow fashion. Lalu, apa itu slow fashion?

Slow fashion adalah pendekatan produksi fashion dengan kualitas tinggi, pemilihan bahan ramah lingkungan, dan desain timeless sehingga pakaian dapat dipakai dalam jangka panjang tanpa khawatir ketinggalan tren.

Slow fashion hadir sebagai kritik terhadap fast fashion yang boros sumber daya, cepat berganti tren, dan menghasilkan sampah tekstil berlebih. Dengan slow fashion, konsumen diajak untuk lebih bijak dalam memilih pakaian yang mereka beli.

Adapun keunggulan slow fashion pun beragam, dari mengurangi belanja impulsif, mengurangi limbah tekstil hingga mendukung ekonomi sirkular dan kesejahteraan pekerja fashion.

Contoh merek lokal yang menerapkan strategi ini adalah Sejauh Mata Memandang, yang menggunakan bahan organik dan kain daur ulang, serta mengajak konsumen untuk ikut berkontribusi dalam pengurangan sampah plastik melalui pilihan fashion mereka.

Strategi ini bukan hanya sekadar citra, tetapi juga membangun loyalitas konsumen yang ingin berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan melalui fashion mereka.

Kekuatan Identitas dalam Fashion

Selain kualitas, identitas desain menjadi kekuatan utama brand lokal untuk bertahan dan bersaing di pasar yang kompetitif.

Identitas dalam fashion tidak hanya tentang tampilan visual, tetapi juga tentang nilai, filosofi, dan cerita yang dibawa oleh sebuah merek. Brand dengan identitas kuat memiliki ciri khas yang mudah dikenali dan konsumen merasa terhubung secara emosional dengan nilai yang diangkat merek tersebut.

Misalnya, Peggy Hartanto dikenal dengan potongan tegas, clean cut, dan detail cut-out sebagai ciri khas desainnya. Hal ini menunjukkan bagaimana konsistensi identitas membedakan brand dari sekadar mengikuti tren pasaran, serta memudahkan konsumen untuk mengenali karya mereka secara instan.

Di era di mana banyak merek global memilih desain yang terlalu universal, brand lokal dengan identitas kuat dapat tampil stand out di pasar. Mereka bukan hanya menjual pakaian, tetapi juga membawa narasi budaya Indonesia ke panggung global, menjadikannya bagian dari cerita yang dibawa pemakainya ke mana pun mereka pergi.

Eksplorasi Siluet dan Material: Keberanian Merek Lokal

Selain mengandalkan strategi slow fashion dan identitas desain, brand lokal juga menunjukkan keberanian dalam bereksperimen dengan siluet dan material.

Tren siluet oversize menjadi salah satu ciri yang semakin banyak dieksplorasi, menghadirkan kesan modern dan memberi kenyamanan bagi anak muda yang ingin tetap stylish namun leluasa bergerak.

Selain itu, beberapa brand lokal juga mulai menggunakan bahan inovatif seperti Wood Plastic Composite (WPC) dan kain sustainable. Hal ini menunjukkan kreativitas brand lokal tidak hanya terlihat dari desain, tetapi juga dari pemilihan material yang mendukung keberlanjutan sekaligus memberikan nilai tambah pada produk mereka.

Oleh karena itu, menggunakan produk fashion lokal bukan sekadar pilihan gaya, tetapi juga langkah mendukung keberlanjutan, kreativitas, dan ekonomi anak bangsa. Dengan kualitas, inovasi desain, dan nilai keberlanjutan yang diusung, tidak ada alasan lagi untuk meremehkan brand lokal sebagai pilihan fashion sehari-hari.

Kini saatnya kita mendukung karya anak bangsa dengan menjadikan brand lokal sebagai bagian dari gaya, identitas, dan kontribusi kita untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.

Muhammad Arsa Maulana. Mahasiswa London School of Public Relations (LSPR) Jakarta.

Simak juga Video: Serbu Brand Lokal di Trademark Market Vol.2 Jakarta!

(rdp/rdp)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads