Jalan Panjang PSI Menuju Perubahan
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Jalan Panjang PSI Menuju Perubahan

Selasa, 22 Jul 2025 13:04 WIB
Ardi Winangun
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep mengungkapkan kongres I berjalan dengan lancar.
Foto: Ilustrasi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep di Kongres PSI (detikcom)
Jakarta -

Di Solo, Jawa Tengah, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) selama dua hari, 19 hingga 20 Juli 2025 tidak hanya menggelar kongres namun di acara itu juga merilis logo baru PSI. Di bawah logo yang sekarang bergambar gajah ditulis PSI Partai Super Tbk atau PSI Partai Super Terbuka.

Kongres di Solo digunakan oleh PSI untuk 'memproklamirkan' dirinya sebagai partai berwajah baru di banyak hal, seperti logo, keanggotaan partai yang terbuka bagi siapa saja, dan penggunaan teknologi dalam vote. Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep dalam salah satu media mengatakan PSI adalah partai milik semua kader bukan partai yang dimiliki oleh elite ataupun keluarga tertentu.

Apa yang dideklarasikan oleh PSI menunjukkan bahwa partai ini melakukan perubahan besar-besaran pada dirinya. Untuk membuktikan apakah partai ini benar-benar seperti yang dinyatakan oleh PSI dan ketua umumnya, Kaesang, tentu tidak bisa dilihat selepas kongres namun perlu waktu yang panjang untuk membuktikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

PSI perlu melakukan perubahan agar dirinya bisa tetap survive dalam perjalanan politiknya dengan ujian pertama Pemilu Legislatif (Pileg) 2029. Sebagai partai di mana Joko Widodo yang sudah tidak memiliki kekuasaan atau sudah tidak lagi menjadi Presiden, tentu langkah PSI menjadi lebih berat.

Berbagai fasilitas yang dulu diterima dan dinikmati sudah tidak bisa lagi dirasakan, jadi partai ini akan sejajar dengan partai lainnya terutama partai non-parlemen.

Untuk menunjukkan dirinya berubah, PSI tidak bisa tiba-tiba langsung kritis kepada kebijakan-kebijakan pemerintah. Sebagai partai yang tidak lolos di parlemen, DPR, partai ini tidak mempunyai instrument untuk menunjukkan perannya kepada masyarakat. Jadi selama 2024-2029, PSI tidak mempunyai peran dalam perpolitikan di tanah air.

Bagaimana ia bisa menunjukkan dukungan kebijakan kepada rakyat, pro rakyat, bila tidak memiliki wakilnya di DPR. Tidak hadirnya PSI dalam ranah legislatif inilah membuat dirinya tidak memiliki ruang untuk membangun citra dan bukti melakukan perubahan.

Bila ada kader PSI yang duduk di pemerintahan, menjadi menteri, wakil menteri, atau jabatan lainnya, pastinya ia tidak bisa 'bermain sendiri'. Ia harus patuh pada arahan Presiden yang Presidennya Prabowo Subianto. Sehingga eksekutif PSI yang sejalan dengan arah pemerintah, baik itu positif atau negatif.

Ketika PSI tidak memiliki ruang di legislatif dan eksekutif untuk membangun citra, tentu partai ini tidak lalu menjadi kelompok kritis di 'jalanan'. Langkah kritis seperti yang dilakukan oleh LSM, mahasiswa, dan kelompok pro demokrasi lainnya tentu akan memiliki resiko yang sebab ia akan berhadapan dengan kekuatan, heavy executive, Presiden yang bisa menjerat secara hukum dengan berbagai dalih.

Siasat yang dilakukan saat ini hanya mempersiapkan kader-kadernya untuk maju dalam Pileg 2029. Di sinilah tantangan bagi PSI untuk mempersiapkan kadernya yang akan bertarung dalam pemilu legislatif. Kadernya pasti tidak hanya menawarkan program yang menarik buat masyarakat namun bagaimana juga mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang berasal dari dalam tas.

Partai ini boleh saja mengaku sebagai partainya anak muda namun ketika terjun di lapangan politik, arena ini sepertinya tidak memiliki kasta. Siapa saja yang rajin turun ke bawah dan menemui konstituen, dialah yang berpeluang mendapat suara. Untuk menggaet pemilih, di sinilah bekal pengalaman sangat menentukan. Lalu sejauh mana kader PSI yang selalu menonjolkan anak muda dengan bekal pengalaman mereka?

Tak hanya itu beban di pundak PSI. Sebagai partai yang lekat dengan sosok Joko Widodo (Jokowi), faktor ini menjadi batu besar saat memperkenalkan diri di tengah masyarakat. Pengalaman buruk dalam membangun demokrasi, penegakan hukum, dan pemberantasan korupsi selama 10 tahun kemarin ditambah dengan masifnya soal ijazah palsu, itu akan mengganggu perjalanan PSI.

Orang-orang akan mecibir partai ini ketika berbicara soal demokrasi, penegakan hukum, dan korupsi sebab semasa Jokowi berkuasa, wajah demokrasi, penegakan hukum, dan korupsi dalam posisi titik nadir.

Jadi kehendak yang menyatakan PSI ingin berubah dan memiliki wajah baru itu tak bisa dicapai secepat mengubah logo partainya. Perlu waktu panjang, perlu belajar kepada Partai Golkar yang banyak bebannya selepas Orde Baru dan ditinggalkan Presiden Suharto.

Setelah itu partai berlambang pohon beringin ini memiliki wajah baru dan lepas dari bayang-bayang Suharto.

PSI bisa belajar pada Golkar tentang bagaimana cara bertahan hidup. Namun PSI juga akan perlu berkaca bagaimana banyak partai yang tak lolos-lolos parliamentary threshold (PT). Selalu ikut pemilu namun selalu tak bisa ke Senayan. Mereka bukan tak punya modal namun karena tak memiliki akar dan patron. Jangankan yang tak memiliki akar, yang punya akar dan pengalaman yang panjang, PPP, pun juga bisa tak lolos PT.

Ardi Winangun. Direktur Indonesia Political Review (IPR).

Lihat juga video: Sejauh Mana Jokowi Membesarkan Nama PSI

(rdp/rdp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads