Mungkin akan ada yang menyebut judul tulisan di atas bagian dari ilmu otak atik gathuk. Alias cuma kebetulan belaka. Tapi tak masalah. Sebab, hanya waktu dan sejarah yang akan menguji; apakah gagasan Presiden Prabowo Subianto untuk memutus transmisi dan rantai kemiskinan lewat pendidikan, beralasan apa tidak? Gagasan ini, sebagaimana diketahui, lahir akibat, setelah sekian dekade, pengentasan kemiskinan belum dapat dikatakan mencapai tujuannya.
Beginilah kira-kira alasan dan landasan teologis utama Sekolah Rakyat. Pada mulanya, agama datang sebagai ekspresi Tuhan tentang kehidupan yang tidak teratur. Lalu agama mengandung, dan lahirlah pendidikan sebagai produk yang paling tua. Ia ada, karena manusia memang membutuhkan pendidikan. Manusia menjadikan pendidikan sebagai cara mengatasi kenestapaan hidup. Sebagai anak sulung, pendidikan lahir dari rahim semua agama dunia.
Karenanya, agama tidak mungkin dapat dipisahkan dari pendidikan. Para Nabi dan Rasul pembawa risalah dan nubuwat, datang dari kalangan masyarakat kelas du'afa (lemah) dan mustad'afin (yang dilemahkah). Nubuwat pertama dan utama para Nabi adalah mendidik kaum tertindas, agar memiliki sikap berani menjalani hidup, sehingga dapat menegakkan keadilan. Tiada keadilan tanpa ikhtiar memenuhi hak-hak pendidikan bagi kalangan yang belum tersentuh keberuntungan hidup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agama datang bukan sebagai ekspresi kesenangan. Agama adalah gerakan untuk menjawab gelombang penistaan atas kemanusiaan. Ketika orang bertanya cara beroleh kekekalan hidup, Yesus Kristus berkata, "Jualah segala milikmu, dan berikan kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga. Dan kemudian datanglah kemari, dan ikutilah Aku." (Alkitab, "Perjanjian Baru", Matius 19: 16-12). Menteri Sosial, Saifullah Yusuf, sering mengutip ini.
Ekspresi Keadilan
Narasi ini menjelaskan satu hal, bahwa benang merah yang menyatukan tujuan-tujuan kehadiran agama di dunia adalah tegaknya keadilan. Dan tiada keadilan, tanpa mengentaskan orang-orang miskin dari ketertindasan hidup, akibat bertahtanya kelaliman. Demikian juga agama Islam. Ia hadir sebagai solusi dari strata sosial yang memihak kepada yang kuat dan menindas. Islam hadir karena bercokolnya tirani, hegemoni, dominasi dan adanya ketimpangan sosialnya.
Tuhan secara denotatif mewahyukan kepada Nabi Muhammad, "Katakan (hai Muhammad); Tuhanku memerintahkan berbuat adil." (QS al-A'raf [7]: 29). Lebih dari itu, takwa dalam Islam, juga tidak dapat dilepaskan dari keadilan. "Berlaku adillah, karena itu lebih mendekatkan kepada taqwa." (QS al-Maidah [5]: 8). Fahmi Huwaidi menyebut; jika tauhid merupakan tiang akidah, maka keadilan adalah tiang syariat. Imam Syatibi menilai keadilan adalah puncak syariat.
Dari banyak firman-Nya, Tuhan sering diketahui mengenalkan Islam sebagai pranata besar yang berdiri tegak, paling depan dan membawa misi sebagai pembela utama kaum tertindas. Selama dan sepanjang hidupnya, Muhammad SAW selalu berada dan hidup di tengah kelompok-kelompok yang tidak berdaya menghadapi kekuatan pemilik semua daya. Dan, nyaris Nabi dan Rasul yang revolusioner, berasal dari kelas sosial ekonomi miskin bahkan miskim ekstrem.
Anda ingat nama Nuh As? Dia adalah seorang Nabi yang berprofesi sebagai guru dan tukang kayu. Salah seroang Nabi paling legendaris dari kalangan Nabi Israel, yakni Nabi Musa As, adalah seorang penggembala dan penjaga irigasi. Nabi Ibrahim As juga seorang kuli dan tukang pemecah batu. Nabi Daud As adalah pembuat alat tosan aji dan senjata rumahan yang dijual di pasar. Nabi Isa As juga sama; tukang kayu. Nabi Muhammad adalah penggembala sejak remaja.
Rabb dan Tarbiyah
Dari perspektif Islam, pada awal risalahnya, para Nabi lebih banyak menjalankan fungsi mereka sebagai pendidik. Konsep ini bukan berdasar teori otak-atik gathuk, (tapi) berangkat dari nilai-nilai ketuhanan (tauhid) dalam Islam. Sebagaimana diketahui, selain tauhid uluhiyah, tauhid asma' was sifat, umat Islam juga mengenal ajaran tauhid rububiyah. Semua Nabi, karenanya, adalah guru, pendidik dan penuntun ke jalan-jalan ketuhanan lewat tauhid.
Pendidikan kenabian adalah ekspresi ketuhanan lewat tauhid rububiyah. Menurut pakar leksikologi Arab, Abu Hilal Al Askari, "Rabb" dan "Tarbiyah", berasal dari akar kata yang sama. Kata "Ψ±ΩΨ¨ΩΩΩ" (rabba) memiliki beberapa arti, namun yang umum adalah berarti "mengasuh", "memelihara", "mendidik", atau "membesarkan". Kata ini berasal dari akar kata yang sama dengan "rabb" yang berarti Tuhan atau Pemilik, dan sering dikaitkan dengan konsep pemeliharaan, pengembangan dan pendidikan.
Rububiyah dan tarbiyah adalah dua konsep penting dalam Islam. Rububiyah merujuk pada keesaan Allah dalam menciptakan, memelihara dan mengatur alam semesta. Tarbiyah, di sisi lain, berkaitan dengan pendidikan dan pembinaan, baik secara individu maupun kolektif, untuk mencapai kesempurnaan diri dan mendekatkan diri kepada Allah. Atas dasar konsep inilah, antara lain, kita dapat memahami nubuwat dan teologi Sekolah Rakyat.
Bahwa Sekolah Rakyat adalah salah satu konsep dan pendekatan, agar negara selalu hadir dalam disain besar pemutusan akar, rantai dan transmisi kemiskinan. Bahwa negara ini didirikan atas dasar Ketuhanan Yang Maha Esa. Filosofi utama yang merupakan butiran dari banyak nilai-nilai adiluhung, ketika para founding fathers mendirikan negara dan bangsa Indonesia. Bahwa, semuanya, mesti berasal dari ajaran Tuhan dalam mengelola kehidupan
Memperpendek Disparitas
Bahwa dalam memperpendek disparitas antara kaya miskin haruslah melibatkan semua komponen bangsa, adalah bagian lain dari konsep pemeliharaan Tuhan atas alam semesta. Bahwa Sekolah Rakyat adalah alasan utama mengapa memutus rantai kemiskinan mesti menggunakan pendekatan kenabian. Bahwa Sekola Rakyak, karena itu, adalah terjemahan lain dari rububiyan dan tarbiyah Tuhan untuk si miskin nan belum beruntung.
Bahwa menggagas, menyiapkan asrama, gedung-gedung, dan semua kelengkapan fisik Sekolah Rakyat adalah rukun. Bahwa dalam dalam mengimplementasikan gagasan mulia ini, harus melibatkan belasan kementerian dan lembaga, lembaga legislatif serta yudikatif adalah syarat. Bahwa menyiapkan ekosistem dan lingkungan digital sebagai pengenalan siswa atas tantangan masa depan, adalah bagian dari pesan ketuhanan.
Bahwa menyiapkan para calon siswa, orang tua siswa, para kepala sekolah, para guru, tenaga didik, adalah ikhtiar mulia dalam meneruskan komitmen para Nabi yang diwariskan kepada semua umatnya. Bahwa Sekolah Rakyat adalah bentuk lain pemeliharaan Nagara terhadap anak terlantar dan fakir miskin, melalui tafsir atas konsep rububiyah dan tarbiyah Tuhan. Bahwa karena ini berdasar amar Tuhan, maka Sekolah Rakyat merupakan misi kemanusiaan anak bangsa yang dilindungi konstitusi Negara.
Ishaq Zubaedi Raqib, Staf Khusus Menteri Sosial RI
Tonton juga video "100 Sekolah Rakyat Siap Beroperasi Penuh Awal Agustus 2025" di sini: