Belajar dari Kemenangan Berulang Donald Trump
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Belajar dari Kemenangan Berulang Donald Trump

Jumat, 08 Nov 2024 13:30 WIB
Xavier Quentin Pranata
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
WASHINGTON, DC - AUGUST 28:  U.S. President Donald Trump pretends to give a red card to members of the news media with FIFA President Gianni Infantino in the Oval Office at the White House August 28, 2018 in Washington, DC. The 2026 FIFA World Cup will be jointly hosted by the United States, Canada and Mexico and will be the first World Cup in history to be held in three countries at the same time.  (Photo by Chip Somodevilla/Getty Images)
Foto: Getty Images/Chip Somodevilla
Jakarta -

Trump mengulang kemenangannya. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Di samping dukungan orang beriman yang konservatif, tagline yang dipakai Trump memang eye catching, gampang diingat dan 'nancap' di otak. Inilah 6 slogan utama yang sering keluar dari Trump dan terbukti ampuh.

1. Too Big to Rig

Siapa yang bisa melupakan kasus penyerangan brutal pendukung Trump ke Gedung Capitol karena merasa dirinya dicurangi? Korban jiwa melayang sia-sia karena tindakan pengikutnya yang patut disayangkan. Para pemilih Trump pun tidak setuju dengan tindakan anarkis ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kini Trump mencoba berbagai upaya agar asumsinya bahwa dirinya dicurangi tidak terjadi lagi. Tagline yang dipakai "Too Big to Rig" --terlalu besar untuk dicurangi--menarasikan 'bukti' awal agar pilpres kali ini bebas dari kecurangan. Caranya? Show of force untuk menunjukkan betapa banyaknya orang yang memilihnya. Ternyata sesumbarnya bahwa para patriot --julukan Trump untuk para pendukungnya yang fanatik-- lebih banyak dari orang-orang di balik Harris terbukti.

2. Swamp the Vote

ADVERTISEMENT

Istilah swamp alias rawa ini dipakai Trump saat memenangkan Pilpres 2016 melawan Hillary Clinton. Isu yang diangkatnya "Drain the Swamp" atau mengeringkan rawa terbukti sukses. Jika terpilih, Trump berjanji untuk mengeringkan rawa dalam pengertian membersihkan Washington dari unsur-unsur korup yang bisa menggerogoti dan membuat keropos negara.

Kini dia meminta pendukungnya maupun siapa pun yang berhasil dihubunginya lewat berbagai macam sarana-termasuk saya yang dibanjiri email President Tump dengan tajuk 'alert from Trump'-untuk 'membanjiri TPS secara onsite maupun via surat. Peserta pilkada di Indonesia yang sebentar lagi dihelat perlu belajar bahwa agama --saat dikampanyekan dengan cara yang apik-- tetap bisa mendulang suara. Bukan memakai agama untuk menjatuhkan seseorang.

3. Drill, Baby, Drill

Ngeborlah sayang. Ucapan ini bukan ditujukan untuk Inul Daratista yang pernah populer sebagai Ratu Goyang Ngebor untuk aksi panggungnya, melainkan terinspirasi dari tagline mantan kandidat wakil presiden dari Partai Republik dan Gubernur Alaska Sarah Palin pada kampanye pada 2008.

Jika terpilih, Trump berjanji untuk menurunkan harga minyak dalam negeri dengan mengatur kapasitas pengeboran. Meskipun tak terbukti ampuh, namun saya percaya banyak orang yang senang dengan kebijakan ini. Apa pun yang menguntungkan rakyat banyak pasti dinanti. Rakyat Indonesia sangat peka terhadap kenaikan harga BBM sehingga setiap capres sedapat mungkin menghindari tema sensitif ini karena kecenderungan BBM dalam negeri yang terus merangkak naik.

4. No Tax on Tips

Berbeda dengan Indonesia, undang-undang federal di negeri Paman Sam meminta warganya untuk memasukkan tip yang diterima atas jasa apa pun, misalnya tip kepada pramusaji di restoran. Saat mendapatkan tip dari pelanggan, mereka wajib memasukkannya ke sumber penghasilan yang terkena pajak.

Dengan cerdik Trump mengatakan bahwa dia akan menghapus kebijakan ini. Tentu saja janji ini menuai simpati dari kalangan bawah yang menganggap tip sebagai sumber tambahan penghasilan utama yang lumayan. Pertanyaan kritis dan reflektif. Jika ini diberlakukan di Indonesia, bagaimana dengan para pejabat yang mendapat 'tip' atau 'success fee' dari perusahaan untuk menggoalkan izin operasi mereka?

5. Never Surrender

Trump Jadi Presiden AS Pertama yang Bersalah Atas Pidana, Bisa Dibui. Demikian kepala berita detikcom pada Jumat (31/5). Trump memang tokoh yang kontroversial. Banyak tuduhan yang ditujukan kepadanya. Meskipun dianggap bersalah atas 34 tuduhan kejahatan, Trump masih tetap kukuh menyatakan dirinya tidak bersalah. Dengan menaiki gelombang yang menerjang dirinya, dengan mahir Trump berdiri di atas surfboard saat dihantam puluhan ombak yang membahayakan posisinya.

Dengan apa yang sering kita sebut playing victim --bisa jadi tidak-- Trump yakin bisa mengundang simpati pendukung, bahkan pembencinya pun bisa luluh hatinya jika dia benar-benar jadi korban witch hunt. Bukankah di Indonesia orang yang diincar atau diancam diincar KPK bisa tiba-tiba jinak dan berpihak kepada penguasa meskipun dengan hati nurani terudapaksa? Siapa saja yang bakal terkenal 'witch hunt' di Indonesia? Kabar burung --maupun yang menyatakannya dari informasi A1 sekalipun-- belum tentu benar, karena di setiap partai ada yang benar-benar jadi korbannya atau memang pelaku?

6. Make America Greater than Ever Before

Inilah tagline-nya yang paling dahsyat. Sebagai orang yang sering diminta untuk membuatkan tagline perusahaan, saya kagum dengan 'Make American Great Again', apalagi ditambahi 'Lebih Besar Lagi". Sebagai negara yang terkenal dengan 'American Dream'-nya, tentu rakyat AS menginginkan Amerika Jaya Kembali setelah sekian lama diporakporandakan dengan inflasi yang tinggi, ekonomi yang lesu dan ancaman global perang dunia ketiga.

Warga AS tentu senang jika nostalgia bahagia dan bangga sekaligus sebagai warga negara kelas dunia kembali mereka sandang. Sementara tagline Harris mula-mula 'Not Going Back' yang bertekad untuk tidak kembali ke kebijakan Trump yang membatasi pilihan aborsi dianggap kurang menggigit. Meskipun tagline-nya yang baru 'A New Way Forward' lebih greget, dianggap kalah populer dan straight forward seperti tagline Trump yaitu 'Membuat Amerika Besar Kembali'. Bukankah janji yang diucapkan berulang-ulang bisa dianggap sebagai tekad sekaligus suatu kebenaran?

Saya setuju dengan apa yang dikatakan oleh Calvin Coolidge. Presiden ke-30 Amerika Serikat yang menjabat pada 1923 hingga 1929 itu mengatakan: The slogan 'press on' has solved and always will solve the problems of the human race. Jika slogan itu benar-benar dilaksanakan, bahkan diprioritaskan, pasti bisa jadi kenyataan.

Jadi, jika sekadar slogan dan untuk mengiming-imingi apalagi memanipulasi calon pemilih, untuk apa dipasang besar-besar di baliho?

Xavier Quentin Pranata kolumnis

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads