(Membunuh) Kesepian yang Membunuh

Pustaka

(Membunuh) Kesepian yang Membunuh

Sunardi Siswodiharjo - detikNews
Jumat, 11 Okt 2024 15:30 WIB
kesepian
Jakarta -

Judul Buku: The Psychology of Loneliness, Memahami dan Mengatasi Kesepian agar Hidup dan Hubunganmu Lebih Bermakna; Penulis: Zehra Erol; Alih Bahasa: Abdul Aziz dan A. Suryadi; Penerbit: Bentara Cahya Aksara (Agustus, 2024); Tebal: xxiv + 187 halaman

Tidak pernah mudah memahami sebanyak apa kesepian (loneliness) merenggut kehidupan seseorang dalam kisah hidupnya. Zehra Erol, penulis buku ini, menegaskan bahwa hampir tidak mungkin mengetahui seseorang sedang kesepian apabila hanya dengan melihatnya dari kejauhan saja. Sebab, sangat jarang ditemui seseorang mengungkapkannya dengan kalimat, "Aku sedang kesepian."

Beberapa ungkapan yang lebih sering dijumpai misalnya, "Aku merasa tidak dipahami.", "Aku marah pada semua orang.", serta, "Aku merasa tidak cocok di lingkungan tempatku berada." (hal. xiv).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kesepian merupakan pengalaman emosional yang menyakitkan akibat ketidakselarasan antara kontak sosial yang sebenarnya dan yang diinginkan. Walaupun kesepian adalah pengalaman yang umum dan sering dirasakan oleh banyak orang, namun sejatinya kesepian juga terkait dengan berbagai masalah kesehatan jiwa.

Kesepian "Membunuh"

ADVERTISEMENT

Kesepian jauh lebih buruk daripada sekadar perasaan tidak enak; membahayakan kesehatan, baik individu maupun masyarakat. Kesepian dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi terhadap penyakit kardiovaskular, demensia, stroke, depresi, kecemasan, termasuk kematian dini. Bahkan, di Inggris situasi traumatis akibat kesepian telah menimpa sekitar sembilan juta warganya, sehingga mendorong didirikannya Kementerian Kesepian pada 2018 untuk mengurangi dampak buruk yang ditimbulkannya. (hal. 9)

Kesepian dipahami sebagai perasaan terisolasi (feelings of isolation), tidak terhubung dengan orang lain (disconnectedness), dan merasa tidak memiliki tempat atau ikatan dalam suatu kelompok atau komunitas (not belonging). Kesepian menggambarkan kondisi emosional di mana seseorang merasa sendiri meskipun mungkin sedang dikelilingi oleh orang lain (Holt-Lunstad et al., 2010).

Dampak kematian akibat terputusnya hubungan sosial sebanding dengan bahaya merokok hingga 15 batang rokok per hari lebih besar daripada dampak yang terkait dengan obesitas dan kurangnya aktivitas fisik (sedentary). Dampak berbahaya dari masyarakat yang kurang memiliki koneksi sosial dapat dirasakan di mana saja, seperti di sekolah, tempat kerja, dan organisasi sipil, sehingga menurunkan kinerja, produktivitas, dan keterlibatan.

Hal tersebut terungkap dalam riset ilmiah yang lebih baru oleh Holt-Lunstad et al., (2017) bertajuk Advancing Social Connection as A Public Health Priority in The United States yang terbit di Jurnal American Psychologist. Kesimpulan senada diungkap Robert Waldinger, Clinical Professor of Psychiatry of Harvard Medical School, di The Harvard Gazette edisi 11 April , 2017 yang menegaskan, "Loneliness kills. It's as powerful as smoking or alcoholism."

Kesepian bisa mematikan. Bahkan dampak negatifnya setara dengan bahaya merokok atau kecanduan alkohol. Kesepian (loneliness) juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya bunuh diri, bersama ketidakberdayaan (hopelessness), kepercayaan individu tentang sejauh mana individu merasa menjadi bagian dari orang lain (belongingness) dan perasaan sebagai beban (burdensomeness). (Nova Riyanti Yusuf, 2023)

Hubungan Bermakna

Rasa putus asa, keterasingan, kemarahan, ketidakberdayaan, serta merasa tersesat dan hampa bisa memunculkan rasa kesepian. Umumnya terjadi pada diri orang-orang yang hubungan sosialnya sangat terbatas, atau orang dengan keterampilan sosial yang kurang berkembang.

Buku ini menegaskan kemarahan sering menutupi emosi lainnya. Lebih mudah mengatakan kita sedang marah ketimbang menyatakan kita sedang cemas atau kesepian. Tekanan karena kesepian mendorong kemarahan yang lebih menonjol.

Kesepian bisa menimpa siapa saja. Tidak hanya sebatas orang-orang introvert saja. Bahkan bisa menjangkiti orang yang sekilas tampak dari luar sangat ceria, energetik, dan banyak bicara (hal. xv). Namun, kesepian tidak selalu merupakan proses yang negatif. Terkadang ada kesepian yang sengaja diciptakan untuk memunculkan kreativitas. Misalnya dengan menyusun tulisan atau membuat lukisan yang bagus, yang terkadang juga menjadi semacam katarsis dalam mengurangi dampak dari kesepian itu sendiri. (hal. 23)

Orang yang mengalami kesepian kronis seringkali distigma sebagai orang yang gagal dalam hubungan, atau seseorang yang tidak diinginkan. Kesepian bisa disembuhkan atau "dibunuh" dengan cara mengembangkan hubungan yang konsisten serta bermakna. Berusaha bertemu dengan orang-orang yang bisa saling memahami serta memiliki minat, sikap, dan nilai yang sama. Selanjutnya, mencoba memahami perbedaan yang dimiliki orang lain, baik perbedaan sikap maupun nilai. Memahami dengan membedakan apa yang dapat dan tidak dapat diubah dalam sebuah hubungan, janganlah berfokus pada apa yang tidak dapat diubah. (hal. 173-176)

Pentingnya hubungan bermakna juga dibuktikan oleh salah satu riset paling menarik dan fenomenal terkait Study of Adult Development yang dilakukan oleh Harvard University. Penelitian ini dilakukan sejak 1938 dan merupakan penelitian terpanjang yang pernah ada. Salah satu kesimpulan yang sangat fundamental adalah good relationships keep us happier and healthier. Hubungan yang berkualitas dan menyenangkan akan membuat seseorang menjadi lebih bahagia dan lebih sehat, serta terhindar dari kesepian.

Hubungan yang bermakna tidak sekadar tergantung kepada banyaknya teman yang dimiliki, namun lebih ditentukan oleh kualitas dari hubungan itu sendiri. Hubungan sosial yang bagus di dalam rumah tangga, dengan teman dekat, dan dengan komunitas, tidak hanya baik untuk kesehatan fisik akan tetapi ternyata juga melindungi fungsi otak dari kecenderungan untuk menjadi pikun. Sebaliknya, orang dengan keterampilan komunikasi yang kurang baik, cenderung merasa kesepian akan menjadi kurang bahagia. Kesehatan fisik serta fungsi kognitifnya kerapkali menjadi lebih cepat menurun, menjadi sakit-sakitan, dan berumur pendek.

Kesepian juga bisa terjadi dalam kehidupan rumah tangga akibat munculnya beragam konflik dalam keluarga yang sangat berbahaya bagi kehidupan seseorang. Konflik dengan sangat mudah mengantar seseorang menuju kesepian.

Dalam konteks dunia digital saat ini, terdapat ungkapan yang sangat relevan yang layak dijadikan bahan refleksi dan kesadaran baru agar terhindar dari bahaya kesepian. In a world full of algorithms, likes and followers, know the true importance of human connection. Di tengah dunia yang dipenuhi oleh algoritma, 'like', dan pengikut di media sosial (medsos), kita harus tetap memahami pentingnya hubungan manusia yang sejati.

Meskipun teknologi dan medsos sangat dominan dalam kehidupan modern, hubungan manusia yang nyata, mendalam, dan bermakna tetap lebih berharga daripada interaksi digital yang sering terasa dangkal atau bersifat sementara. Koneksi yang kita jalin di medsos tidak akan pernah sebanding dengan koneksi bermakna yang kita jalani secara langsung di dunia nyata. Mari jalani hidup yang indah dan penuh makna. Live a beautiful life.

Sunardi Siswodiharjo peminat kajian kesehatan mental, tinggal di Malang

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads