Pada era digital yang semakin maju, Generasi Z dan Y (Millennials) hidup dalam lanskap yang berbeda dibanding generasi sebelumnya. Media sosial telah menjadi ruang di mana identitas, nilai, dan tujuan hidup seringkali dibentuk dan diungkapkan. Namun, bersamaan dengan itu, muncul fenomena yang dikenal sebagai clout chasing, yaitu perilaku yang berorientasi mencari popularitas atau pengakuan secara berlebihan, seringkali dengan cara yang tidak autentik.
Erosi Nilai Inti
Fenomena clout chasing memiliki implikasi yang signifikan terhadap spiritualitas digital di kalangan Generasi Z&Y. Dalam upaya mendapatkan pengakuan atau popularitas, individu mungkin tergoda untuk mengabaikan nilai-nilai spiritualitas yang sejatinya berharga. Spiritualitas, yang seharusnya menjadi landasan untuk menemukan makna dan tujuan hidup, berisiko tergantikan oleh dorongan untuk mendapatkan like, follower, atau validasi instan lainnya.
Fenomena ini dapat mengakibatkan erosi nilai-nilai inti seperti kejujuran, empati, dan ketulusan. Alih-alih mengejar kedalaman dan makna, fokus beralih kepada penampilan luar dan pencitraan. Padahal, spiritualitas digital seharusnya menjadi medium untuk merenung, berbagi makna, dan berkomunikasi dengan komunitas secara mendalam, bukan sekadar pameran diri yang dangkal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menyadari Motivasi
Generasi Z&Y perlu melakukan refleksi mendalam tentang bagaimana mereka memanfaatkan media sosial dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi spiritualitas mereka. Menghindari clout chasing bukan berarti menolak pengakuan atau validasi, tetapi lebih pada menyadari motivasi di balik tindakan online mereka. Apakah tindakan tersebut didorong oleh keinginan untuk berbagi nilai-nilai positif, atau semata-mata untuk mendapatkan perhatian?
Penting bagi Generasi Z&Y untuk membangun kesadaran diri dan kembali kepada prinsip-prinsip spiritualitas yang autentik. Mereka dapat memanfaatkan media sosial sebagai sarana untuk memperdalam pemahaman diri, berbagi pengalaman yang bermakna, dan membangun komunitas yang berdasarkan pada nilai-nilai spiritual yang sejati.
Menyaring Konten
Untuk membangun spiritualitas digital yang autentik, Generasi Z&Y perlu menyaring konten yang mereka bagikan, memastikan bahwa setiap posting-an benar-benar mencerminkan nilai-nilai pribadi dan memberikan kontribusi positif kepada orang lain. Penting untuk berinteraksi di media sosial dengan ketulusan, terlibat dalam percakapan dan hubungan online dengan niat yang murni, bukan semata-mata untuk mendapatkan validasi atau perhatian.
Membangun komunitas yang mendukung pengembangan spiritualitas dan kesejahteraan emosional juga menjadi kunci. Bergabung atau menciptakan komunitas positif bisa menjadi langkah penting untuk memperkuat spiritualitas digital. Di samping itu, refleksi sebelum mem-posting sesuatu sangatlah penting. Mempertimbangkan apakah tindakan tersebut didasarkan pada keinginan untuk berbagi nilai yang mendalam atau hanya untuk menarik perhatian dapat membantu menjaga keaslian dalam interaksi online.
Dengan pendekatan ini, Generasi Z&Y dapat menggunakan media sosial sebagai sarana untuk memperkaya kehidupan spiritual, membangun identitas digital yang lebih bermakna, dan menciptakan hubungan yang lebih dalam dan autentik dengan orang lain.
Shobirin, S.Pd.I, M.Pd dosen UNZAH Genggong Probolinggo, Awardee BIB-LPDP Program Doktoral di UIN Malang