Menyelamatkan Anak dari Penelantaran
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Menyelamatkan Anak dari Penelantaran

Minggu, 04 Agu 2024 11:30 WIB
Rifki Alfia Nuriska
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Seorang anak gelandangan tidur beralaskan kardus di bawah Depo LRT Kepala Gading, Jakarta Utara, Kamis (28/6). Bocah tersebut tampak kelelahan.
Seorang anak jalanan tidur beralas kardus di Jakarta (Foto: Pradita Utama)
Jakarta -
Seorang anak terbaring di tempat tidur rumah sakit, yang baginya kasur rumah sakit sangatlah empuk. Menurutnya rumah sakit adalah tempat tinggal terbaiknya; tidak kedinginan, tidak kepanasan, makan dan minum gratis berkat BPJS. Kebiasaannya hidup di jalanan membuatnya merasa memiliki suasana baru ketika dianjurkan rawat inap karena mengidap batuk disertai demam (Bronchopneumonia) setelah dibawa ke IGD.

Anak yang berusia 4 tahun itu tidak sendiri; ia ditemani kakaknya (5 tahun) yang mengidap keluhan serupa disertai riwayat TB paru. Ayahnya membesarkan kedua anaknya seorang diri sejak ibu kandung anak tersebut meninggalkannya pada usia 2 tahun 3 bulan --hingga kini tidak diketahui keberadaan sang ibu. Saya menemui mereka saat sedang stase anak di RSUD dr. Adhyatma, MPH, Semarang sebagai mahasiswa koas pada 2023.

Kasus serupa sudah banyak ditemukan di Indonesia, seperti pemandangan anak yang mengemis di pemberhentian lampu merah sudah menjadi hal yang biasa dilihat oleh mata kita. Penelantaran anak termasuk dalam kekerasan terhadap anak. Penelantaran anak diartikan sebagai kegagalan dalam menyediakan kebutuhan untuk tumbuh kembang anak sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan atau gangguan perkembangan fisik, mental, spiritual, moral, dan sosial (Soetjiningsih, 2012).

Faktor Ekonomi
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan penelantaran anak terjadi. Faktor yang paling utama adalah ekonomi. Sejak membesarkan kedua anaknya seorang diri, ayahnya memutuskan untuk tinggal di pinggir jalan karena tak mampu membayar sewa kos. Sang ayah tak memiliki pekerjaan tetap. Pinggir jalan sebagai tempat tinggal mereka bukanlah tempat lapang nan sejuk, melainkan tempat tinggal mereka beratapkan mobil tua yang sudah lama tidak dikendarai. Setiap hari perputaran roda truk yang datang dari kawasan industri menerbangkan debu yang banyak ke sekitar tempat tinggal anak itu.

Tak kalah pelik dari masalah ekonomi, masalah orangtua berupa ketidakhadiran ibu kandung dalam membesarkan kedua buah hati memiliki dampak besar terhadap tumbuh kembang kedua anaknya. Sang anak hanya diberikan ASI eksklusif sebanyak tiga kali setelah dilahirkan, setelah itu diberikan susu formula. Idealnya, anak harus mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan --apabila tidak terpenuhi dapat menyebabkan lemahnya kekebalan tubuh anak.

Anak dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah lebih berisiko terkena berbagai macam penyakit salah satunya adalah pneumonia. Kandungan kolostrum yang terdapat pada ASI yang pertama kali dikeluarkan oleh ibu mengandung banyak zat antibodi terutama IgA yang berperan dalam membentuk pertahanan tubuh terutama pada bagian yang berisiko terserang mikroorganisme seperti selaput lendir pada tenggorokan, paru-paru, dan usus (Palmeira P, Carneiro-Sampaio M, 2016). Anak juga dapat mengalami defisiensi Zinc (Zn), defisiensi vitamin A dan faktor lingkungan seperti adanya polusi udara (Medscape, 2023).

Ibu juga berperan sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya. Ibu yang diharapkan menjadi guru bagi segala hal baru dalam awal mula hidupnya, seperti belajar berbicara, berdiri, berjalan, menulis, berhitung, hingga memiliki karakter hidup yang baik dan ia bawa hingga dewasa nanti. Maka peran ibu pada kasus ini bisa dibilang sangat kurang.

Pengetahuan yang rendah mengenai kebutuhan tumbuh kembang anak membuat kedua anaknya bolak-balik ke rumah sakit. Sang adik yang berusia 4 tahun itu sudah masuk rumah sakit lima kali, tiga kali masuk rumah sakit dengan diagnosis Bronchopneumonia, dan dua kali dengan diagnosis diare akut. Anaknya selalu pulang dari rumah sakit dalam keadaan sembuh, namun sangat disayangkan ayah tidak rutin mengantarnya kontrol ke rumah sakit dan tidak pernah menganjurkan anaknya untuk mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter sepulang dari rumah sakit.

Kontrol sangat penting untuk evaluasi klinis dan efektivitas obat yang dikonsumsi pasien. Obat terutama jenis antibiotik juga harus diminum rutin dan sampai habis karena dikhawatirkan jika tidak habis dapat terjadi resistensi obat. Masalah kesehatan yang tidak diperhatikan benar-benar ini dapat berbuntut panjang.

Perlu Diperhatikan
Anak adalah aset generasi bangsa yang perlu diperhatikan sejak masa konsepsi hingga tumbuh dewasa. Anak merupakan cerminan sikap hidup bangsa dan penentu perkembangan bangsa tersebut. Kebutuhan asah, asih, dan asuh adalah kebutuhan wajib yang harus dipenuhi kedua orangtua dalam membesarkan anaknya. Kebutuhan dasar anak seperti asuh, asih, dan asah sangat penting.

Kebutuhan asuh seperti pemenuhan gizi seimbang, imunisasi, ASI, pengobatan, tempat tinggal, dan sanitasi lingkungan. Asih seperti pemberian rasa aman, nyaman dalam keluarga, sedangkan asah berupa pendidikan, pelatihan dan perkembangan mental psikososial seperti kecerdasan, keterampilan, kemandirian, dan kreativitas. Apabila ada satu komponen yang menyongsong pertumbuhan anak nihil, maka dikhawatirkan tumbuh kembang anak menjadi kurang stabil, dari sisi kesehatan jasmani maupun rohani.

Kasus ini adalah satu dari banyak kasus yang sudah banyak terjadi di negara kita. Saat ini pihak rumah sakit telah bekerja sama dengan dinas sosial terkait untuk menitipkan kedua anak tersebut ke panti asuhan yang terletak di kawasan Semarang. Besar harapan anak tersebut terselamatkan dari nasib penelantaran yang selama empat dan lima tahun ini mereka rasakan secara tidak sadar. Mereka merasa baik-baik saja hidup di jalanan, namun tanpa asah, asih, dan asuh yang baik dari ayah, dan tanpa kehadiran seorang ibu di tengah keluarga mereka.

Bagi sebagian orang, melihat dan mendengar kisah kakak beradik yang hidup di pinggir jalan ini hanyalah fiktif belaka seperti yang terlihat di layar kaca, namun sebenarnya ini adalah kisah nyata yang benar terjadi di sekitar kita, sehingga ada kalanya kita perlu membuka mata bahwa di luar sana banyak orang yang kehidupannya tidak seberuntung kita. Sudah menjadi tugas kita untuk mengulurkan tangan, menyisihkan rezeki berupa materi, pikiran, atau pun waktu untuk meringankan beban mereka terutama dalam hal menciptakan peluang masa depan yang baik untuk anak-anak dengan bekerja sama dengan lembaga terkait dan pemerintah.

Rifki Alfia Nuriska dokter umum

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads