Menjaga Momentum Keberlanjutan Surplus Neraca Perdagangan Indonesia
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Menjaga Momentum Keberlanjutan Surplus Neraca Perdagangan Indonesia

Jumat, 21 Jun 2024 20:36 WIB
Ari Satria
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Ari Satria

Sekretaris Badan Kebijakan Perdagangan
Foto: Kemendag
Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) pada 19 Juni 2024 dalam rilisnya mencatat Indonesia kembali meraih surplus neraca perdagangan sebesar USD2,93 miliar pada bulan Mei 2024, sehingga secara akumulatif neraca perdagangan mengalami surplus selama 49 bulan berturut-turut.

Capaian ini tentu bukan sesuatu yang mudah di tengah kondisi geopolitik global yang terus bergejolak sehingga mempengaruhi konstelasi perdagangan dunia yang kian tidak menentu. Konflik yang terjadi di beberapa kawasan telah menyebabkan gangguan pada jalur logistik, distribusi, dan rantai pasok global.

Dalam World Economic Outlook (WEO) bulan April 2024, International Monetary Fund memprediksi pertumbuhan volume perdagangan dunia untuk barang jasa pada tahun 2024 sebesar 3%, lebih baik dari tahun 2023 yang hanya tumbuh 0,3%. Prediksi ini diperkuat juga oleh proyeksi WTO terhadap volume perdagangan barang dunia tahun 2024 yang mencapai 2,6%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejalan dengan prediksi tersebut, volume ekspor Indonesia pada Januari-Mei 2024 tercatat tumbuh positif 4,25% dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Meskipun secara nilai masih mengalami pelemahan 3,52% secara tahunan, peluang untuk memperkecil pelemahan ekspor kian terbuka.

Upaya Menjaga Momentum Surplus

ADVERTISEMENT

Untuk mempertahankan momentum keberlanjutan surplus neraca perdagangan, maka dalam memasarkan produk-produknya ke pasar global, Pemerintah Indonesia harus selalu mencermati perkembangan situasi dan dinamika global. Fakta bahwa beberapa negara yang sebelumnya kurang berkembang (less developed countries) seperti Bangladesh, Ethiopia, Kamboja, Laos, dan Myanmar yang kini mulai bergeser menjadi negara berkembang tentu menjadi peluang bagi pasar ekspor Indonesia.

Kondisi lain yang juga menarik perhatian adalah adanya pergeseran demografi di negara maju yang saat ini cenderung menua atau mengalami fase aging society, sementara demografi di negara berkembang justru memasuki fase bonus demografi. Maka sangat masuk akal, jika prediksi pertumbuhan ekonomi negara berkembang (emerging market and developing economies) mencapai 4,2% pada 2024, lebih tinggi dibandingkan proyeksi global.

Dalam memanfaatkan berbagai peluang tersebut, Pemerintah Indonesia juga melihat ke dalam negeri. Kondisi eksisting struktur ekspor Indonesia yang masih didominasi oleh komoditas primer, khususnya tambang dan mineral masih menjadi pekerjaan rumah. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia terus berupaya melakukan diversifikasi produk ekspor unggulan agar dalam beberapa tahun ke depan struktur ekspor mulai bergeser dan tidak lagi didominasi oleh komoditas primer, bahkan dapat menyesuaikan dengan tren global yang mulai menuju pada perdagangan hijau dan produk berkelanjutan.

Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan membentuk Satuan Tugas (Satgas) Peningkatan Ekspor Nasional yang terdiri dari berbagai kementerian dan lembaga terkait melalui payung hukum Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2023. Melalui Satgas tersebut, pemerintah telah melakukan pemetaan produkproduk ekspor serta negara tujuan ekspor prioritas.

Terdapat 20 produk ekspor prioritas untuk dikembangkan, yakni ikan dan olahan ikan, sarang walet, kelapa dan kelapa olahan, kopi dan rempah olahan, bahan nabati dan margarin, kakao dan kakao olahan, makanan olahan, bungkil dan pakan ternak, semen, produk kimia, karet dan produk karet, kulit dan produk kulit, pulp dan kertas, Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dan alas kaki, logam mulia dan perhiasan, mesin, elektronik, otomotif dan sepeda serta kapal dan bagiannya, furnitur, serta mainan.

Selain diversifikasi produk ekspor bernilai tambah, pemerintah juga terus berupaya mendiversifikasi pasar melalui pemetaan negara-negara prioritas ekspor agar bisa menggenjot nilai ekspor dan mempertahankan surplus neraca perdagangan. Terdapat 12 negara prioritas ekspor yang menjadi fokus, yakni India, Korea Selatan, RRT, Belanda, Vietnam, Filipina, Arab Saudi, UEA, Brazil, Meksiko, Chile, dan Kenya. Pemetaan negara tujuan ekspor prioritas tersebut dilakukan agar produk-produk ekspor Indonesia dapat dipasarkan di negara tujuan yang lebih beragam.

Berdasarkan data ekspor non migas pada periode Januari-Mei 2024, empat negara dengan pangsa ekspor terbesar bagi Indonesia adalah RRT dengan pangsa 22,92%, disusul Amerika Serikat dengan pangsa 10,48%, India dengan pangsa 9,07%, serta Jepang dengan pangsa 8,01%. Jika dijumlahkan, pangsa ekspor ke empat negara ini saja sudah mencapai lebih dari 50%.

Sebagai negara tujuan ekspor non migas utama, maka India, Amerika Serikat, dan Jepang juga tercatat sebagai negara penyumbang surplus neraca perdagangan non migas terbesar bagi Indonesia. Pada Januari-Mei 2024, nilai surplusnya masing-masing sebesar USD6,97 miliar, Amerika Serikat USD6,44 miliar, dan Jepang USD2,47 miliar.

Diversifikasi negara tujuan untuk memperluas pasar ekspor Indonesia memang diperlukan agar Indonesia tidak hanya bergantung pada segelintir negara itu saja. Produk Indonesia kini mulai menyasar pasar Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin. Pertumbuhan ekspor ke kawasan-kawasan tersebut mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan. Ekspor ke kawasan Asia Selatan pada tahun 2023 mencapai USD26,70 miliar, tumbuh 31,75% dibanding tahun 2021. Sementara ekspor ke Timur Tengah mencapai USD10,34 miliar dengan pertumbuhan 25,21% dibandingkan tahun 2021.

Untuk mendukung upaya menjaga kinerja ekspor, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan juga terus melakukan perundingan kerja sama perdagangan internasional dengan berbagai negara sehingga jangkauan akses ekspor produk Indonesia menjadi semakin luas.

Saat ini Indonesia sudah memiliki 11 perjanjian perdagangan secara bilateral, diantaranya dengan Jepang, Pakistan, Chile, Australia, Korea Selatan, dan Uni Emirat Arab. Tidak berhenti sampai di situ, saat ini 16 perjanjian kerja sama perdagangan juga sedang dalam tahap perundingan, di antaranya dengan Turki, Bangladesh, Sri Lanka, Uni Eropa, dan Kanada. Lalu, 14 perundingan lainnya masih dalam tahap penjajakan, seperti dengan East Africa Community, Ekuador, Kolombia, India, dan Aljazair.

Upaya lainnya yang dapat terus dilakukan Pemerintah Indonesia untuk menggenjot nilai ekspor dan meningkatkan surplus neraca perdagangan adalah diversifikasi pelaku ekspor di dalam negeri, agar eksportir Indonesia semakin banyak jumlahnya dengan produk yang kian beragam. Hal ini juga sejalan dengan upaya menggapai cita-cita menjadi negara maju.

Setidaknya Indonesia perlu memiliki jumlah wirausaha minimal sebesar 4% dari proporsi jumlah penduduk. Sementara menurut Kementerian Koperasi dan UKM, rasio kewirausahaan Indonesia saat ini baru mencapai 3,47%, masih di bawah rasio kewirausahaan negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand yang sudah di atas 4%, dan bahkan jauh di bawah Singapura yang rasionya sudah mencapai 8,6%.

Berbagai upaya yang telah dikoordinasikan dan dilakukan oleh Pemerintah Indonesia sejauh ini telah membuahkan hasil, meski belum maksimal. Setidaknya, tren surplus neraca perdagangan yang mampu bertahan selama lebih dari 4 tahun menjadi catatan positif bagi kinerja perdagangan Indonesia. Semoga surplus neraca perdagangan Indonesia terus berlanjut dengan nilai yang semakin besar dan ekspor dapat berkontribusi lebih besar lagi demi mencapai pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 5% pada tahun 2024.

Ari Satria, Sekretaris Badan Kebijakan Perdagangan

(akn/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads