Pada Minggu, 19 Mei 2024, satelit internet, Starlink, milik Elon Musk resmi diluncurkan di Indonesia. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bersama CEO SpaceX Elon Musk meluncurkan Starlink di Puskesmas Pembantu Sumerta Kelod Denpasar, Bali. Menjanjikan internet berkecepatan tinggi dan stabil dengan harga yang terjangkau, kehadiran Starlink membawa harapan baru bagi masyarakat Indonesia khususnya di daerah terpencil yang masih kesulitan mengakses internet.
Menjalin Kerja Sama
Starlink adalah layanan internet satelit yang dikembangkan oleh SpaceX, perusahaan milik Elon Musk. Layanan ini memanfaatkan satelit-satelit yang berada dekat dengan permukaan bumi atau Low Earth Orbit (LEO). Alih-alih menggunakan kabel serat optik, Starlink mengandalkan konstelasi ribuan satelit kecil di orbit rendah untuk mentransmisikan data dengan kecepatan tinggi. Tujuannya menyediakan akses internet yang cepat dan handal, khususnya di wilayah-wilayah terpencil yang sulit dijangkau oleh kabel serat optik.
Sejak Juni 2022, Starlink telah menjalin kerja sama dengan PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat), anak perusahaan BUMN PT Telkom Indonesia, dalam bentuk bisnis ke bisnis (B2B). Kerja sama ini ditujukan untuk mendukung layanan jaringan tertutup Telkomsat, bukan untuk pengguna umum. Pada September 2022, Starlink mendirikan anak perusahaan di Indonesia, yaitu PT Starlink Services Indonesia (SSI), yang bergerak di bidang telekomunikasi satelit, penyediaan jasa internet, dan pengoperasian situs web komersial.
Menjalin Kerja Sama
Starlink adalah layanan internet satelit yang dikembangkan oleh SpaceX, perusahaan milik Elon Musk. Layanan ini memanfaatkan satelit-satelit yang berada dekat dengan permukaan bumi atau Low Earth Orbit (LEO). Alih-alih menggunakan kabel serat optik, Starlink mengandalkan konstelasi ribuan satelit kecil di orbit rendah untuk mentransmisikan data dengan kecepatan tinggi. Tujuannya menyediakan akses internet yang cepat dan handal, khususnya di wilayah-wilayah terpencil yang sulit dijangkau oleh kabel serat optik.
Sejak Juni 2022, Starlink telah menjalin kerja sama dengan PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat), anak perusahaan BUMN PT Telkom Indonesia, dalam bentuk bisnis ke bisnis (B2B). Kerja sama ini ditujukan untuk mendukung layanan jaringan tertutup Telkomsat, bukan untuk pengguna umum. Pada September 2022, Starlink mendirikan anak perusahaan di Indonesia, yaitu PT Starlink Services Indonesia (SSI), yang bergerak di bidang telekomunikasi satelit, penyediaan jasa internet, dan pengoperasian situs web komersial.
Pada 3 April 2024, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Wayan Toni Supriyanto, mengumumkan bahwa Starlink telah mengajukan izin operasi sebagai penyedia layanan internet (ISP) dan penyelenggara layanan very small aperture terminal (VSAT). Berdasarkan informasi dari laman starlink.com, Starlink menawarkan paket internet Residensial untuk konsumen di Indonesia dengan biaya langganan bulanan mulai Rp 750.000 dan biaya perangkat keras sebesar Rp 7,8 juta. Pada awal Mei, diumumkan juga rincian biaya untuk paket internet Jelajah dan Kapal, dengan biaya langganan bulanan masing-masing mulai dari Rp 990.000 dan Rp 4,3 juta.
Memberikan Banyak Harapan
Masuknya Starlink ke Indonesia memberikan banyak harapan bagi masyarakat Indonesia, yang mengharapkan bahwa Starlink dapat; pertama, meningkatkan akses internet. Starlink diharapkan mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah terpencil yang selama ini sulit dijangkau oleh infrastruktur tradisional seperti kabel fiber optik dan BTS.
Hadirnya Starlink, diharapkan dapat memperkecil kesenjangan digital antara daerah perkotaan dan pedesaan. Penduduk di daerah terpencil akan mendapat kesempatan menikmati internet yang handal. Akses yang lebih baik ke informasi dan teknologi ini juga dapat membuka peluang baru bagi masyarakat setempat dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial.
Kedua, meningkatkan kecepatan internet. Starlink menawarkan kecepatan internet yang lebih tinggi dibandingkan internet DSL dan satelit tradisional, dengan kecepatan download hingga 220 Mbps dan kecepatan upload hingga 10 Mbps. Starlink memungkinkan penggunanya untuk melakukan berbagai aktivitas online tanpa hambatan. Pengguna dapat menikmati streaming video, bermain game online, serta mengunduh dan mengunggah file besar tanpa kendala. Peningkatan kecepatan ini tidak hanya meningkatkan pengalaman pengguna individu, tetapi juga mendorong inovasi dan produktivitas di berbagai sektor yang ada.
Ketiga, mendukung kegiatan ekonomi dan sosial. Internet dengan kecepatan tinggi dari Starlink dapat mendukung berbagai aktivitas ekonomi dan sosial. Perdagangan online yang semakin penting dalam ekonomi global dapat tumbuh pesat dengan akses internet yang lebih baik. Telemedicine dan pelayanan kesehatan online dapat diakses oleh masyarakat daerah terpencil, sehingga mereka mendapatkan layanan kesehatan yang berkualitas.
Juga, pendidikan online dapat lebih inklusif, memberi kesempatan belajar yang setara bagi siswa di seluruh Indonesia. Selain itu, usaha kecil dan menengah (UKM) dapat berkembang dengan akses ke pasar yang lebih luas dan alat digital yang lebih canggih, mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Keempat, meningkatkan kualitas pendidikan. Akses internet yang mudah dan cepat dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia secara signifikan. Dengan internet yang berkecepatan tinggi, siswa maupun guru dapat mengakses berbagai sumber belajar online yang beragam. Mereka dapat mengikuti kelas virtual yang lebih interaktif dan efektif. Guru dan siswa juga dapat berkolaborasi dengan pakar dan institusi pendidikan di seluruh dunia, memperluas wawasan dan jaringan pengetahuan. Peningkatan ini diharapkan dapat mengurangi kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta mempersiapkan generasi muda yang lebih siap dalam menghadapi tantangan global.
Menghadapi Tantangan
Starlink memiliki potensi untuk merevolusi akses internet di Indonesia. Namun, Starlink juga menghadapi beberapa tantangan yang perlu diatasi. Pertama, biaya yang tinggi. Biaya awal untuk perangkat Starlink mencapai angka Rp 7.800.000, dengan biaya berlangganan bulanan sebesar Rp 750.000. Angka ini cukup besar, terutama bagi masyarakat di pedesaan dan wilayah terpencil dengan pendapatan yang lebih rendah. Meskipun Starlink menawarkan kecepatan internet yang lebih tinggi, biaya ini dapat menjadi penghalang utama bagi banyak keluarga dan usaha kecil untuk beralih ke layanan ini.
Kedua, persaingan dengan operator telekomunikasi tradisional. Starlink akan menghadapi persaingan ketat dari operator-operator telekomunikasi tradisional di Indonesia yang sudah memiliki infrastruktur yang mapan dan basis pelanggan yang besar. Operator seperti Telkomsel, Indosat Ooredoo, dan XL Axiata telah lama beroperasi di pasar Indonesia dan memiliki keunggulan dalam skala ekonomi dan jangkauan layanan. Mereka dapat merespons kehadiran Starlink dengan menurunkan harga atau menawarkan paket internet yang lebih menarik dan terjangkau untuk mempertahankan pangsa pasar mereka.
Ketiga, regulasi yang belum jelas. Regulasi mengenai penggunaan Starlink di Indonesia masih dalam tahap pengembangan. Pemerintah perlu menyusun kerangka regulasi yang jelas untuk memastikan penggunaan layanan ini aman, bertanggung jawab, dan efisien. Tanpa regulasi yang jelas, Starlink mungkin menghadapi berbagai hambatan operasional dan administratif yang dapat menghambat penyebaran layanannya. Regulasi yang mencakup aspek seperti izin operasi dan perlindungan konsumen sangat penting untuk kesuksesan jangka panjang layanan ini.
Keempat, ketersediaan satelit yang terbatas. Jumlah satelit Starlink yang saat ini mengorbit bumi masih terbatas. Hal ini dapat menyebabkan masalah kapasitas dan gangguan sinyal di beberapa wilayah, terutama di daerah yang lebih padat atau terpencil. Untuk mengatasi masalah ini, Starlink perlu meluncurkan satelit tambahan untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan kualitas layanan. Namun, proses ini memerlukan waktu dan investasi yang tidak sedikit, serta dapat menimbulkan potensi tabrakan antar satelit yang dapat menyebabkan semakin banyaknya puing-puing sampah antariksa.
Kelima, gangguan sinyal oleh cuaca. Sinyal Starlink rentan terganggu oleh kondisi cuaca yang buruk seperti hujan lebat, badai, dan cuaca ekstrem lainnya. Gangguan ini dapat mempengaruhi kualitas dan konsistensi layanan internet, yang bisa menjadi masalah besar bagi pengguna di daerah yang sering mengalami cuaca ekstrem. Meskipun teknologi Starlink terus berkembang untuk mengatasi tantangan ini, pengguna tetap perlu mempertimbangkan faktor cuaca saat memilih layanan ini.
Langkah Pemerintah
Pemerintah Indonesia perlu menjalin kerja sama dengan SpaceX untuk memastikan bahwa Starlink dapat diakses secara luas dan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat Indonesia. Hal ini penting agar Starlink tidak hanya menjadi pilihan bagi kalangan atas, tetapi juga bisa dinikmati oleh masyarakat di daerah pedesaan dan terpencil.
Selain itu, pemerintah harus menyusun regulasi yang jelas dan komprehensif untuk melindungi konsumen dari potensi penyalahgunaan dan memastikan adanya persaingan yang sehat di industri telekomunikasi. Regulasi tersebut harus mencakup aspek-aspek seperti harga, kualitas layanan, perlindungan data, serta kewajiban operator dalam memberikan informasi transparan kepada pelanggan. Dengan adanya regulasi yang tepat dan kerja sama yang kuat antara pemerintah dan SpaceX, diharapkan Starlink bisa menjadi solusi untuk meningkatkan konektivitas internet di seluruh wilayah Indonesia.
Masa depan Starlink di Indonesia akan bergantung pada bagaimana pemerintah, SpaceX, dan operator telekomunikasi tradisional bekerja sama untuk mengatasi tantangan tersebut.
Cokorda Istri Trisna Shanti Maharani Pemayun mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga
Simak juga 'Bahlil Blak-blakan soal Nilai Investasi Starlink di RI':
(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini