Mengawasi Putusan MA soal Batas Usia Calon Kepala Daerah

Mimbar Mahasiswa

Mengawasi Putusan MA soal Batas Usia Calon Kepala Daerah

Abdul Aziz Alfarizi - detikNews
Rabu, 19 Jun 2024 14:15 WIB
Gedung Mahkamah Agung, Jakarta
Foto: Ari Saputra/detikcom
Jakarta -

Keputusan Mahkamah Agung (MA) yang mengubah batas usia calon kepala daerah dari saat penetapan menjadi saat pelantikan memicu banyak perdebatan. Langkah ini membawa perubahan signifikan dalam proses demokrasi lokal di Indonesia. MA memerintahkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencabut aturan tersebut setelah menerima gugatan dari Partai Garda Perubahan Indonesia (Partai Garuda). Keputusan ini menimbulkan pertanyaan tentang transparansi dan kepentingan di balik perubahan tersebut.

Dalam konteks demokrasi, aturan main yang adil dan transparan merupakan fondasi penting. Namun, keputusan MA yang dianggap cepat dan terkesan terburu-buru memicu berbagai reaksi negatif. Banyak pihak yang menilai langkah ini lebih didorong oleh kepentingan politik tertentu daripada kebutuhan publik. Bahkan, Komisi Yudisial (KY) dan beberapa anggota DPR mengkritisi keputusan ini, menyoroti proses yang terkesan diprioritaskan dan tidak melalui kajian mendalam.

Perubahan aturan ini tentu berdampak besar pada peta politik lokal. Misalnya, nama-nama seperti Kaesang Pangarep, putra Presiden Joko Widodo, muncul sebagai kandidat potensial dalam pilkada mendatang. Dengan aturan baru ini, peluang bagi individu-individu muda yang memiliki ambisi politik menjadi lebih besar. Namun, pertanyaan yang lebih mendasar adalah apakah perubahan ini benar-benar mencerminkan kebutuhan untuk regenerasi kepemimpinan atau sekadar memenuhi ambisi politik segelintir pihak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak Hanya Soal Usia

Tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda memiliki potensi besar dalam membawa perubahan dan inovasi. Namun, kepemimpinan tidak hanya soal usia, melainkan juga tentang kemampuan, pengalaman, dan integritas. Oleh karena itu, menetapkan batas usia yang terlalu rendah tanpa mempertimbangkan aspek-aspek lain dapat berisiko menurunkan kualitas kepemimpinan daerah.

Di sisi lain, langkah MA ini dapat dilihat sebagai upaya untuk memberikan kesempatan lebih luas bagi pemuda untuk terlibat dalam politik. Namun, apakah ini dilakukan dengan cara yang benar? Proses perubahan aturan yang terkesan cepat dan kurang transparan justru berpotensi menurunkan kepercayaan publik terhadap lembaga hukum dan proses demokrasi itu sendiri. Publik berhak mengetahui dan terlibat dalam setiap perubahan kebijakan yang menyangkut kepentingan bersama.

ADVERTISEMENT

Presiden Joko Widodo sendiri mengarahkan pertanyaan terkait keputusan ini kepada MA dan Partai Garuda, menunjukkan bahwa perubahan ini bukanlah inisiatif pemerintah, melainkan hasil dari proses hukum. Namun, tanggapan dari pihak eksekutif dan legislatif diperlukan untuk memastikan bahwa perubahan aturan ini benar-benar mengakomodasi kepentingan publik dan bukan hanya segelintir pihak.

Dalam konteks ini, penting untuk mendorong diskusi publik yang lebih luas tentang batas usia calon kepala daerah. Apakah memang diperlukan perubahan? Jika ya, bagaimana cara yang paling tepat untuk melakukannya agar tetap menjaga integritas dan kualitas kepemimpinan? Demokrasi yang sehat adalah demokrasi yang mendengarkan suara rakyat dan melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan.

Selain itu, perlu adanya kajian yang lebih mendalam tentang dampak perubahan aturan ini terhadap kualitas kepemimpinan daerah. Mungkin perlu dipertimbangkan syarat tambahan seperti pengalaman dalam pemerintahan atau pencapaian tertentu yang relevan dengan posisi yang diincar. Dengan demikian, regenerasi kepemimpinan dapat berjalan dengan baik tanpa mengorbankan kualitas dan kredibilitas.

Evaluasi Terus-Menerus

Dalam jangka panjang, transparansi dan akuntabilitas dalam proses pengambilan keputusan hukum dan politik harus menjadi prioritas. MA dan KPU perlu memastikan bahwa setiap perubahan aturan didasarkan pada kajian yang mendalam dan proses yang transparan. Hal ini penting untuk menjaga kepercayaan publik dan memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil benar-benar mencerminkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.

Keputusan MA untuk mengubah batas usia calon kepala daerah memerlukan pengawasan dan evaluasi terus-menerus. Semua pihak harus memastikan bahwa perubahan ini benar-benar memberikan manfaat bagi demokrasi dan pembangunan daerah, bukan sekadar memenuhi ambisi politik individu atau kelompok tertentu. Dengan demikian, demokrasi Indonesia dapat terus berkembang dan semakin matang, mengedepankan kepentingan publik di atas segalanya.

Abdul Aziz Alfarizi mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads