Menghadapi Ancaman Kenaikan Muka Air Laut di Pesisir

Kolom

Menghadapi Ancaman Kenaikan Muka Air Laut di Pesisir

Inayah Hidayati - detikNews
Rabu, 29 Mei 2024 15:10 WIB
Seorang warga bermain layangan di halaman rumahnya di kawasan Pulau Cangkir, Kronjo, Kabupaten Tangerang, Selasa (17/10/2023). Bappenas mengungkapkan perubahan iklim yang mengakibatkan kenaikan permukaan air laut antara 0,8 hingga 1,2 cm per tahun yang terus terjadi di wilayah Indonesia akan mengancam lingkungan hidup 160 juta jiwa masyarakat pesisir. ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/sgd/tom.
Dampak perubahan iklim mengancam masyarakat pesisir (Foto ilustrasi: Sulthony Hasanuddin/Antara)
Jakarta -

Ancaman yang dihadapi oleh daerah pesisir dan penduduknya sebagai akibat dari kenaikan permukaan laut, yang merupakan dampak serius dari perubahan iklim, semakin meluas dan mengkhawatirkan. Fenomena ini terjadi karena meningkatnya risiko rob (banjir pasang), abrasi pantai, gelombang tinggi, dan salinisasi pasokan air tawar. Studi-studi terbaru mengindikasikan bahwa kondisi ini akan memicu perpindahan penduduk dalam waktu yang relatif singkat. Data dan observasi di negara-negara seperti Bangladesh, Vietnam, Fiji, Bahama, dan khususnya Indonesia yang memiliki wilayah pesisir yang luas, menegaskan urgensi dari situasi ini.

Identifikasi dan evaluasi dampak potensial kenaikan permukaan laut terhadap individu dan masyarakat di lokasi pesisir menjadi sangat penting dalam konteks ini. Kenaikan permukaan laut, yang merupakan hasil langsung dari pemanasan global, telah menyebabkan pelelehan es gletser dan es kutub, serta perluasan air laut sebagai dampak dari peningkatan suhu global. Dampaknya sangat beragam, mulai dari kerugian lingkungan seperti hilangnya habitat laut dan peningkatan risiko bencana alam, hingga implikasi sosial dan ekonomi yang serius seperti kerugian ekonomi bagi nelayan dan industri pariwisata yang tergantung pada ekosistem pesisir yang sehat.

Rob dan ancaman terhadap daerah pesisir

Banjir rob, atau yang sering dikenal sebagai banjir pasang, merupakan ancaman serius bagi daerah pesisir, dengan dampak yang meluas ke infrastruktur, pemukiman masyarakat, dan ekosistem lokal. Urbanisasi yang pesat dan pertumbuhan penduduk di wilayah pantai semakin memperparah risiko banjir pasang air laut. Dampaknya terasa secara langsung oleh masyarakat pesisir, baik dari segi keamanan tempat tinggal maupun mata pencaharian mereka yang terkait erat dengan lautan. Selain itu, kenaikan permukaan laut yang disebabkan oleh perubahan iklim turut meningkatkan kerentanan daerah pesisir, yang kemudian memperburuk frekuensi dan keparahan banjir pasang air laut yang terjadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk mengatasi ancaman banjir rob, berbagai strategi adaptasi telah diusulkan dan diterapkan, seperti pembangunan tanggul serta inisiatif ketahanan pantai seperti penanaman mangrove. Meskipun demikian, efektivitas dari strategi-strategi tersebut dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Kerentanan sosial masyarakat pesisir, yang mencakup aspek ekonomi, pendidikan, dan infrastruktur sosial, dapat membatasi kemampuan mereka untuk merespons bencana dengan efektif. Selain itu, konversi penggunaan lahan di daerah pesisir juga dapat memperburuk situasi, misalnya dengan menyebabkan hilangnya hutan bakau yang secara alami akan melindungi pantai dari abrasi.

Evaluasi proyek-proyek pertanian di daerah pesisir yang rentan terhadap banjir rob menyoroti perlunya sistem pengendalian banjir dan drainase yang lebih efisien. Sistem ini tidak hanya membantu mengurangi dampak banjir pasang air laut secara langsung, tetapi juga dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang rentan terhadap abrasi dan kerusakan akibat banjir rob.

ADVERTISEMENT

Dalam rangka meningkatkan ketahanan terhadap banjir rob di daerah pesisir, penting untuk mengadopsi pendekatan yang holistik dan berkelanjutan. Hal ini mencakup upaya perlindungan fisik seperti pembangunan infrastruktur, serta upaya konservasi dan restorasi ekosistem pantai seperti hutan mangrove. Selain itu, penting juga untuk memperkuat kapasitas masyarakat pesisir dalam merespons bencana dan meningkatkan koordinasi antarlembaga dalam perencanaan dan pelaksanaan strategi mitigasi dan adaptasi.

Perpindahan penduduk akibat banjir rob

Dampak kenaikan permukaan laut tidak hanya terbatas pada kerusakan fisik, tetapi juga dapat mengakibatkan perpindahan penduduk yang rentan di wilayah pesisir. Proyeksi menunjukkan bahwa fenomena ini akan semakin memperburuk masalah yang sudah ada dan berkontribusi pada perpindahan penduduk yang signifikan. Ketika daerah pantai dan wilayah pesisir terkena dampak kenaikan permukaan laut, masyarakat yang tinggal di sana mungkin terpaksa meninggalkan rumah mereka karena ancaman yang terus meningkat dari banjir, erosi pantai, dan intrusi air laut yang merusak infrastruktur dan sumber daya vital.

Perpindahan penduduk ini tidak hanya menciptakan tekanan tambahan pada infrastruktur dan sumber daya di wilayah yang dituju, tetapi juga dapat memicu masalah sosial dan ekonomi yang baru muncul. Contohnya, perpindahan penduduk besar-besaran dapat menimbulkan konflik atas lahan dan sumber daya di wilayah penerima. Selain itu, persaingan untuk mendapatkan akses terhadap fasilitas publik dan kesempatan kerja bisa memperburuk ketegangan antar kelompok masyarakat.

Upaya strategi adaptasi ke depan

Perencanaan adaptasi yang holistik dan inklusif sangat penting dalam menghadapi dampak kenaikan permukaan laut di wilayah pesisir. Strategi adaptasi tidak hanya seharusnya mempertimbangkan infrastruktur fisik untuk melindungi wilayah yang terkena dampak, tetapi juga harus memasukkan strategi sosial dan ekonomi yang memperhitungkan kebutuhan masyarakat yang terdampak. Ini termasuk program pelatihan dan pembangunan keterampilan untuk membantu masyarakat beradaptasi dengan perubahan, serta kebijakan untuk memfasilitasi akses mereka terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk memulai kehidupan baru di tempat yang lebih aman.

Perencanaan adaptasi yang holistik dan inklusif mengacu pada pendekatan yang menyeluruh dan mengikutsertakan berbagai pihak dalam proses pengambilan keputusan. Ini melibatkan tidak hanya elemen fisik seperti bangunan tanggul atau sistem pengendalian banjir, tetapi juga memperhitungkan aspek-aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Dalam konteks kenaikan permukaan laut di wilayah pesisir, hal ini memerlukan penilaian menyeluruh tentang bagaimana dampak tersebut akan mempengaruhi masyarakat lokal dari berbagai segi.

Strategi adaptasi yang mencakup aspek sosial dan ekonomi sangat penting karena kenaikan permukaan laut tidak hanya berdampak pada infrastruktur fisik, tetapi juga pada kehidupan sehari-hari dan mata pencaharian masyarakat. Program pelatihan dan pembangunan keterampilan dapat membantu masyarakat untuk mempersiapkan diri menghadapi perubahan, seperti mengadaptasi metode pertanian baru atau belajar keterampilan yang relevan dengan pekerjaan baru yang mungkin muncul akibat perubahan lingkungan.

Kebijakan yang memfasilitasi akses masyarakat terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk memulai kehidupan baru di tempat yang lebih aman juga merupakan bagian penting dari strategi adaptasi yang inklusif. Ini mungkin meliputi akses ke bantuan keuangan untuk membangun kembali rumah yang terkena dampak, bantuan untuk mendapatkan pekerjaan baru, atau bantuan akses ke layanan kesehatan dan pendidikan. Dengan memperhitungkan kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat yang terdampak, strategi adaptasi dapat menjadi lebih efektif dalam membantu mereka mengatasi tantangan yang dihadapi akibat kenaikan permukaan laut di wilayah pesisir.

Inayah Hidayati peneliti mobilitas penduduk di Pusat Riset Kependudukan BRIN


(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads