Tantangan ekonomi nasional pasca Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 nyatanya sangatlah besar, bukan saja karena dalam masa pergantian pemerintahan dalam negeri, tapi juga sebagai akibat dari dampak tekanan pasar global yang secara riil masih berjalan tidak stabil. Fakta tak terbantah, periode 2024 pemerintah Indonesia dihadapkan dengan sejumlah risiko sekaligus peluang. Dalam situasi ketahanan eksternal, ekonomi Indonesia diuji di tengah dinamika perdagangan dunia yang lesu akibat eskalasi ketegangan geopolitik, perlambatan ekonomi China dan turunnya berbagai harga komoditas lokal dan global.
Berdasarkan data perdagangan terbaru, perkembangan neraca Indonesia menurun 39,4 persen secara tahunan menjadi 7,34 miliar dollar AS sepanjang Januari-Maret 2024. Dalam posisi ini, kinerja ekspor Indonesia turun lebih signifikan daripada impor. Pada saat sama surplus menipis, terjadi aliran keluar modal (capital outflow) sebanyak 1,89 miliar dollar AS dari pasar obligasi Indonesia sepanjang triwulan I-2024. Dalam analisis ini, terjadi pergerakan modal tak nyata karena perubahan ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), dan eskalasi ketegangan geopolitik. Sejak awal tahun, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pun tercatat melemah hingga turun 2,96 persen secara year to date per akhir Maret 2024.
Tak hanya masalah perubahan pasar, cadangan devisa Indonesia faktanya juga ikut turun hampir 6 miliar dollar AS sejak memasuki Desember 2023. Namun, tak hanya laporan penurunan. Ada pula kabar baik pada sektor investasi negara; berdasarkan catatan dari Kementerian Keuangan, kerja investasi Indonesia tercatat baik pada triwulan pertama dengan realisasi investasi langsung (direct investment) yang Rp 401,5 triliun atau naik 22,1 persen secara tahunan (Kemenkeu, 2024). Dari catatan ini, investasi dari luar atau domestik faktanya tumbuh secara seimbang sekaligus menunjukkan betapa tingginya kepercayaan investor terhadap Indonesia sebagai tujuan investasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan laporan triwulan I, kepercayaan investor terhadap Indonesia sebagai tujuan investasi masih terjaga. Secara rinci dalam triwulan I, penanaman modal asing (PMA) menyumbang 50,9 persen dari total realisasi investasi dan tumbuh 15,5 persen secara tahunan, sementara penanaman modal dalam negeri (PMDN) nyatanya masih berkontribusi 49,1 persen terhadap realisasi investasi dan tumbuh 29,7 persen secara tahunan. Dengan data ini dapat dilihat jika proyeksi pertumbuhan yang dibangun secara positif sejak awal 2024 telah membuat ekonomi nasional memiliki resistensi daya tahan yang baik menuju triwulan II.
Pemetaan Target
Target capaian baik pada triwulan II menjadi tantangan yang sangat relevan bagi pemerintah Indonesia dalam menjaga akselerasi ketahanan ekonomi sepanjang 2024. Paling tidak, pemerintah diharapkan mampu mengulang prestasi tahun lalu, yaitu mencapai 5,15 untuk triwulan I-2024 dan 5,1 persen sepanjang 2024 (full year). Sebagai perbandingan, pada triwulan I-2023, ekonomi Indonesia tumbuh 5,03 persen dan sepanjang 2023 tumbuh 5,05 persen (Kemenkeu, 2023).
Di sisi lain, realisasi investasi Indonesia yang secara perlahan melampaui target telah mencerminkan tingkat kepercayaan investor. Pertumbuhan ekonomi pada awal 2024 karena ditunjang oleh tingginya permintaan komoditas untuk pemenuhan bulan Ramadan yang sudah berlangsung pada awal tahun. Pergeseran ini menyebabkan terjadinya efek low-base (basis pertumbuhan rendah) sehingga ini akan berkontribusi pada pembentukan pola pertumbuhan yang lebih tinggi. Selain itu, ada pula peningkatan di sisi pengeluaran akibat penyelenggaraan pemilu yang turut mendorong pengeluaran pemerintah dan lembaga non profit seperti partai politik pergerakan aktivitas ekonomi dalam negeri.
Secara eksternal, tantangan pertumbuhan ekonomi berupa perlambatan ekonomi global, potensi eskalasi konflik geopolitik, serta kebijakan suku bunga AS yang bertahan hingga sepanjang semester I-2024 akan menambah risiko ekonomi. Hal ini dapat terlihat pada sepanjang April 2024, sudah terjadi gejolak yang kuat di pasar keuangan global akibat keputusan AS mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dari perkiraan dan eskalasi ketegangan Timur Tengah. Arus keluar aliran modal melonjak dan nilai tukar rupiah pun telah mencapai titik terlemahnya dalam empat tahun terakhir sebesar Rp 16.280 per dollar AS pada pertengahan April 2024.
Terjadinya pelemahan rupiah yang cukup signifikan ini membuat Bank Indonesia (BI) ikut menaikkan tingkat suku bunga acuan menjadi 6,25 persen meski sejauh ini dampaknya belum signifikan menguatkan nilai tukar rupiah.Dalam orientasi lebih jauh, ketidakpastian pasar keuangan global akan tetap berlanjut sepanjang tahun ini. Faktor utama yang menjadi pendorong adalah karena adanya potensi eskalasi ketegangan geopolitik lebih lanjut. Jika berlanjut, pelemahan rupiah bisa berdampak ke berbagai aspek, mengganggu sektor riil, daya beli masyarakat, dan kepercayaan investor.
Sampai Mei 2024, publik sangat berharap BI mampu melawan tekanan nilai tukar rupiah yang tidak signifikan karena tekanan eksternal yang lebih besar. Ke depan, pemerintah harus waspada untuk menavigasi tekanan eksternal dan mengelola rupiah. Sementara itu, arah ketidakpastian ekonomi diharapkan sudah mulai berkurang pada paruh kedua 2024 (selepas Juni). Jika berjalan sesuai prediksi, AS akan menurunkan tingkat suku bunganya sehingga berdampak pada penguatan rupiah. Tekanan eksternal seperti ini diperkirakan berkurang secara bertahap sehingga kemajuan investasi langsung ataupun arus modal masuk diperkirakan meningkat.
Kebutuhan Digitalisasi
Untuk mendorong tercapainya target pertumbuhan ekonomi secara stabil dalam perjalanan paruh kedua pertumbuhan ekonomi negara, menjadi hal yang tak dapat dihindarkan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini adalah terkait soal rasionalisasi pemenuhan transformasi digital yang membantu akses investasi nasional secara cepat. Kebutuhan digitalisasi harus menjadi sentrisme penting karena program digitalisasi menjadi media solusi atas tantangan kesenjangan geografis ekonomi dan sosial. Digitalisasi menjadi kompas dalam mewujudkan pembangunan ekonomi sosial yang inklusif dan berkelanjutan.
Digitalisasi ekonomi juga menjadi prasyarat utama bagi pembangunan kerja roda perekonomian berbasis pengetahuan (knowledge-based economy). Dalam sistem ekosistem digital global, Indonesia jelas memiliki potensi besar untuk dapat meningkatkan peranannya yang tak hanya sekadar menjadi negara pasar konsumen tapi juga harus menjadi negara produsen penghasil inovasi ekonomi yang maju.
Secara praktis, ketersediaan infrastruktur teknologi digital menjadi kebutuhan utama untuk tetap menjaga daya tahan ekonomi negara. Pada poros ini, pemerintah harus mampu menjembatani ketimpangan ekonomi, akses pendidikan, dan layanan kesehatan. Termasuk di dalamnya, bagaimana pemerintah mampu mendorong terjadinya peningkatan efisiensi transaksi ekonomi secara mandiri dan menyeluruh. Akselerasi digitalisasi melalui sistem pembayaran dan berbagai inisiatif transaksi modern, seperti pemanfaatan QRIS, BI Fast, dan kartu kredit menjadi pola-pola ketahanan ekonomi baru yang mendorong teknologi digital sebagai media regulator dalam menjaga pertumbuhan sektoral dan efisiensi.
Secara sederhana, urgensi implementasi e-Government dan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) Nasional menjadi episentrum ekonomi baru dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih,efektif dan akuntabel. Pada posisi ini, transformasi digital menjadi solusi rasional untuk tetap menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi secara berkala.
Pada rasional inilah pengembangan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi yang mencakup jaringan koneksi internet lebih cepat (broadband) secara nasional dan dokumentasi pusat data nasional yang terintegrasi dalam sistem transaksi keuangan menjadi pilihan penting yang dimajukan dalam menjaga daya tahan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2024.
Tak hanya sebatas itu, langkah rasional membina pembangunan sumber daya manusia melalui pengembangan peningkatan kapasitas digital, penguasaan sains, teknologi berbasis humaniora juga harus dapat menjadi benang merah kolaborasi utama yang memungkinkan terciptanya akselerasi pembangunan ekonomi negara yang inklusif dan berkelanjutan .Jika ini benar-benar dimaksimalkan, maka bukan mustahil Indonesia menciptakan sistem pertumbuhan ekonomi yang produktif.
Haris Zaky Mubarak, MA analis dan mahasiswa Doktoral Universitas Indonesia
(mmu/mmu)