Melihat Caleg Berproses Menjadi Wakil Rakyat

Mimbar Mahasiswa

Melihat Caleg Berproses Menjadi Wakil Rakyat

Syamil Shafa Besayef - detikNews
Senin, 25 Mar 2024 14:30 WIB
Sejumlah Alat Peraga Kampanye (APK) terpasang di batang pohon dengan cara dipaku di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (19/1/2024). Pemasangan APK di batang pohon yang sebagian besar menggunakan paku tersebut selain melanggar Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2023 tentang kampanye Pemilu 2024, juga melanggar Peraturan Wali Kota Makassar Nomor 71 Tahun 2019 tentang penataan dan pengelolaan ruang terbuka hijau di daerah itu termasuk larangan memaku pohon. ANTARA FOTO/Arnas Padda/foc.
Foto ilustrasi: Arnas Padda/Antara
Jakarta -

Pemilihan wakil rakyat di Indonesia menggunakan sistem pemilu "proporsional terbuka dengan suara terbanyak". Sistem ini membuat partai mengambil langkah pragmatis untuk mendapatkan kursi di parlemen. Partai cenderung mencalonkan kandidat yang hanya memiliki popularitas. Tidak sedikit kandidat yang dicalonkan tanpa melalui proses yang matang, khususnya proses kaderisasi partai.

Pada 19 Desember 2023, salah satu caleg berkampanye di sekitar rumah saya. Adanya kerumunan masa dan suara sorakan membuat saya memutuskan untuk keluar rumah dan menyaksikan kampanye. Saya berdiri tidak jauh dari kerumunan masa, mendengar dengan jelas apa yang disampaikan oleh politikus yang sedang berkampanye.

Caleg yang sedang berkampanye merupakan seorang pengusaha dan memiliki anak seorang influencer. Dapat diartikan, partai mencalonkan dirinya karena popularitasnya bukan berangkat dari sebuah karya dan gagasan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Acara kampanye hanya berisi sorakan sloganistik dan tutorial bagaimana cara memilih caleg tersebut. Selain itu, si caleg menanyakan, "Apakah program pemerintah seperti KJP (Kartu Jakarta Pintar) dan kartu lansia sudah di terima oleh masyarakat?" Masyarakat mengangguk karena merasa sudah mendapatkannya. Caleg tersebut mengatakan, "Jika nanti saya terpilih, lalu ada program pemerintah yang tidak didapatkan, tapi sebenarnya Anda layak mendapatkannya maka bisa menghubungi saya melalui Ketua RT." Dialog dengan masyarakat tidak membahas permasalahan yang mengakar dan isu yang lebih dalam.

Setelah sesi tersebut, caleg itu meninggalkan massa kampanye dan saya memilih kembali ke rumah, lalu duduk di halaman rumah. Saat sedang duduk di depan rumah, saya melihat orang-orang yang hadir kampanye tersebut pulang dengan membawa beras dan minyak goreng.

Caleg Berproses

Bagaimanakah cara kampanye caleg yang sudah berproses? Pertanyaan ini membuat saya mencari tahu bagaimanakah metode kampanye para politikus yang sudah melanglang buana dalam dunia politik. Setelah berdiskusi dengan caleg incumbent yang berlatar belakang aktivis dan sudah berproses di politik, mereka memiliki pendekatan yang mirip untuk membangun hubungan emosional dengan rakyat.

ADVERTISEMENT

Pertama, sebelum masuk ke suatu wilayah kampanye, caleg harus mempelajari situasi, keadaan sosial, dan permasalahan yang membumi di wilayah tersebut. Beralaskan pengetahuan tersebut akan memudahkan caleg untuk membangun hubungan emosional dengan warga.

Kedua, libatkan kelompok masyarakat atau organisasi yang bersentuhan secara langsung dengan kehidupan masyarakat. Selanjutnya, berdialog dan menanyakan masalah
yang terjadi di wilayahnya.

Ketiga, menawarkan solusi kepada masyarakat dengan prioritas kewenangan legislatif yaitu fungsi pengawasan, anggaran, dan legislasi. Solusi yang diberikan bukan sesuatu yang asal ucap, tapi juga harus disesuaikan dengan kewenangan agar tidak terkesan omong kosong dan dapat direalisasikan.

Keempat, bagi rakyat biasa, menjangkau pejabat adalah sesuatu yang sulit dan hanya mudah ditemui saat masa kampanye. Oleh karena itu, membuka akses seluas-luasnya ke masyarakat dengan memberikan nomor HP agar mempermudah warga mengakses untuk melaporkan permasalahan. Cara ini akan menumbuhkan keyakinan dan rasa inklusif warga kepada para Caleg.

Kelima, menjalankan apa yang sudah menjadi komitmen. Jangan menjadikan momen kampanye untuk menebarkan kebohongan. Hindari menjadi pejabat yang sudah terpilih justru lupa untuk menyelesaikan masalah, menjalankan komitmen dan sulit untuk dihubungi. Jika para pejabat melanggar komitmen tersebut, maka strategi ini hanya akan menjadi siklus dan membuat orang memandang politik sebagai barang haram yang isinya penuh kebohongan yang menjijikkan.

Mengasah Kepekaan

Menjadi wakil rakyat membutuhkan kepekaan; apa yang rakyat inginkan harus dipahami dan dirasakan bukan hanya memprioritaskan arahan ketua umum semata. Terkhusus caleg yang memutuskan untuk berebut kursi di parlemen yang bermodalkan popularitas, perlu banyak interaksi dengan masyarakat.

Pertemuan dengan masyarakat jangan hanya dijadikan ajang formalitas kampanye dan berharap dipilih warga karena sembako serta popularitas yang dimiliki. Tunjukkan sebagai calon wakil rakyat bahwa memang memiliki kapasitas dan pantas untuk disebut calon wakil rakyat.

Syamil Shafa Besayef mahasiswa Fakultas Hukum UGM, Wasekum PTKP HMI Cabang Bulaksumur

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads