"Buzz" dan Kemenangan Prabowo-Gibran
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

"Buzz" dan Kemenangan Prabowo-Gibran

Kamis, 15 Feb 2024 13:00 WIB
MUHAMMAD BAHRUDDIN
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Suasana acara Mengawal Suara Rakyat Istora Senayan, Jakarta, Rabu (14/2/2024).
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Prabowo-Gibran hampir pasti memenangkan Pilpres 2024 setelah mengungguli lawan politiknya, Anis-Muhamimin dan Ganjar-Mahfud. Kemenangan ini dipastikan setelah enam lembaga survei yaitu Litbang Kompas, Political Research and Consulting, Poltracking Indonesia, Charta Politika Indonesia, Lembaga Survei Indonesia (LSI), dan Voxpol Center Research & Consulting merilis hasil quick count dengan suara antara 58 - 59%. Sementara Anis-Muhaimin memperoleh kisaran suara 25% dan Ganjar-Mahfud berada di angka 16%. Persentase suara Prabowo-Gibran ini menjadi angka keramat bagi capres-cawapres untuk melenggang ke istana hanya satu putaran.

Kemenangan ini tidak lepas dari strategi perjalanan Prabowo-Gibran dalam proses menuju pilpres 2024 sehingga mencuri perhatian publik dan menjadi perbincangan berantai (word of mouth) di masyarakat. Sosok Prabowo mulai diperbincangkan publik ketika dia mencari pasangan calon wakil presiden.

Tercatat ada tokoh Khofifah Indar Parawansa, Erick Tohir, Muhaimin Iskandar, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Airlangga Hartarto, Yusril Ihza Mahendra, hingga Gibran Rakabuming Raka yang diusulkan oleh partai-partai politik pengusung. Wacana pemilihan tokoh-tokoh ini secara tidak langsung mengajak masyarakat untuk ikut berpikir, terlibat, dan memperbincangkan tentang siapa yang cocok menjadi pasangan Prabowo menuju Pemilihan Presiden 2024.

Meski demikian, Prabowo tampaknya bersikeras untuk memilih Gibran Rakabuming Raka, Wali Kota Solo yang juga putra sulung Presiden Joko Widodo sebagai kandidat yang cocok mendampingi dirinya sebagai capres. Namun sayang, pilihan ini cukup dilematis karena terkendala aturan pembatasan usia minimal 40 tahun bagi capres-cawapres. Sementara Gibran masih berusia 36 tahun. Di sisi lain, pendaftaran capres-cawapres semakin mendekati deadline. Hal ini tidak hanya membuat Prabowo dan timnya cemas tapi juga publik ketar ketir sehingga ikut menawarkan tokoh-tokoh yang dianggap pantas mendampingi Prabowo melalui media sosial.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Putusan MK

Beruntung masih ada secercah harapan bagi Prabowo untuk mencalonkan Gibran sebagai wakilnya. Hal ini karena seorang mahasiswa dari Universitas Surakarta (Unsa), Almas Tsaqibbirru, mengajukan permohonan gugatan kepada Mahkamah Konstitusi (MK) tentang persyaratan batas usia minimal 40 tahun bagi capres-cawapres.

ADVERTISEMENT

Hasilnya, pada Senin 16 Oktober 2023, MK mengabulkan sebagian permohonan Almas Tsaqibbirru bahwa batas usia capres-cawapres tetap 40 tahun dengan pengecualian bagi yang sudah berpengalaman menjabat kepala daerah. Putusan ini tertuang dalam putusan MK nomor 90/PUU-XXI/2023 yang memutuskan bahwa kepala daerah di bawah usia 40 tahun dapat mengajukan diri sebagai calon presiden atau calon wakil presiden asalkan mereka pernah atau sedang menjabat sebagai kepala daerah.

Tak pelak, putusan ini menjadi perbincangan publik yang masif, baik di media arus utama maupun media sosial. Hal ini karena dengan putusan ini, peluang Gibran untuk menjadi cawapres sangat lebar dan menjadi putusan yang menguntungkan bagi Prabowo.

Ada banyak wacana yang beredar pasca putusan MK di media, terutama wacana politik dinasti yang dimotori oleh Presiden Jokowi. Hal ini karena ketua MK yang memutuskan perkara ini adalah Anwar Usman, paman ipar dari Gibran atau adik ipar dari Jokowi. Terlepas dari wacana yang diperbincangkan bernada negatif, nama Prabowo kembali menjadi trending topic di sejumlah media sosial, selain Gibran, Jokowi, dan Anwar Usman.

Ibarat anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. Minggu, 22 Oktober 2023 Prabowo secara resmi menetapkan Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres yang mendampinginya pada Pilpres 2024. Dengan penetapan ini, Prabowo kembali menjadi perbincangan publik dan menjadi sorotan di media-media arus utama, dan terutama media sosial. Namun kali ini, publik tidak hanya terfokus pada gerak gerik Prabowo tapi juga Gibran.

Beredarnya video Gibran yang keliru dalam menyebut asam folat untuk ibu hamil menjadi asam sulfat tak luput menjadi isu yang santer diperbincangkan publik khususnya di media sosial. Isu ini bahkan bertahan lama dan bercabang karena muncul istilah "Samsul" sebuah akronim dari asam sulfat yang dilontarkan oleh netizen atau warganet. Menariknya meskipun isu ini bernada negatif, Gibran justru memanfaatkan dengan ikut menulis "Samsul" di akun media sosial X pada Kamis, 21 Desember 2023. Tak pelak, istilah ini semakin menjadi perbincangan berantai di media sosial.

Gemoy, SGI, dan Greenflation

Perbincangan tentang Prabowo dan Gibran terus menjadi wacana publik dan selalu menjadi trending topic di media sosial. Hal ini tampak dari aksi Prabowo yang kerap joget ketika di depan publik, baik saat debat atau orasi. Aksi Prabowo ini kemudian mendapat julukan 'gemoy' yang bermakna lucu dan menggemaskan. Julukan ini sekaligus menghapus anggapan tentang Prabowo yang galak dan keras.

Perbincangan di media sosial terus berlanjut ketika debat capres cawapres digelar oleh KPU, khususnya aksi-aksi yang dilakukan oleh Gibran yang kerap melontarkan istilah-istilah yang dianggap asing bagi lawan-lawan politiknya. Misalnya istilah SGIE pada debat cawapres pertama dan istilah greenflation pada debat cawapres kedua. Kedua istilah ini tidak hanya diperbincangkan sehari pasca debat, tapi memantik perbincangan berantai hingga kurang lebih dua minggu di media sosial.

Tak hanya masyarakat awam yang menjadikan istilah tersebut sebagai bahan candaan dalam obrolan warung kopi, kalangan akademisi juga turut masuk dalam pusaran perbincangan dengan cara memaparkan istilah-istilah tersebut di media secara ilmiah.

Tidak hanya itu saja, perhatian publik juga tertuju pada pada aksi atau gerakan Gibran yang mencari-cari jawaban ketika melontarkan pertanyaan tentang greenflation kepada Mahfud MD saat debat cawapres, 21 Januari 2024. Gerakan yang mirip pantomim ini kemudian menjadi viral di media sosial sebagai tindakan tidak etis.

Strategi Buzz dan Jokowi

Strategi yang dilakukan Gibran saat debat ini sebenarnya pernah dilakukan oleh Presiden Jokowi saat melakukan debat pada 2019. Dia menggunakan istilah 'Unicorn' saat berdebat dengan Prabowo sehingga membuat bingung mantan menantu Soeharto itu.

Pada debat berikutnya, Jokowi kembali menggunakan istilah 'aneh' yaitu Dilan (Digital Melayani) untuk merespons kebutuhan masyarakat seperti seperti e-government dan e-budget yang terkoneksi dari pusat, ke provinsi, kabupaten, serta kota. Istilah ini dibuat ketika film Dilan menjadi film paling digemari oleh anak muda saat itu.

Istilah-istilah asing atau 'aneh' dianggap cukup ampuh untuk digunakan dalam berdebat. Tidak hanya bikin kebingungan lawan, tapi juga menjadi perbincangan publik pasca-debat. Ini terbukti ketika digunakan Jokowi, kemudian diturunkan kepada putranya, Gibran. Istilah-istilah ini selalu menjadi trending topik pasca-debat!

Dalam dunia marketing, tindakan Prabowo, Gibran, dan Jokowi dikenal sebagai "buzz", yaitu hal-hal yang dilakukan untuk membuat merek, produk, jasa, layanan, perusahaan, atau apa pun yang kita sampaikan menjadi perbincangan publik.

Beberapa perusahaan bahkan harus merogoh kocek cukup dalam untuk membuat program yang dapat menarik perhatian khalayak. Misalnya, menyebarkan uang dari pesawat, menerbangkan merek dengan balon udara, menggunakan influencer, dan hal-hal lainnya.

Terciptanya "buzz" pada pasangan Prabowo-Gibran menjadi modal besar untuk memenangkan kontestasi pilpres, selain promosi dan branding. Aksi-aksi yang dilakukan secara konsisten dan terus menerus oleh pasangan ini telah menciptakan perbincangan publik, kemudian menancap di benak masyarakat hingga bilik suara.

Muhammad Bahruddin dosen Riset Media dan Branding Universitas Dinamika (Stikom Surabaya)

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads