Jebakan Inflasi Akhir Tahun

Kolom

Jebakan Inflasi Akhir Tahun

Deo Peter Surbakti - detikNews
Kamis, 21 Des 2023 13:30 WIB
Harga cabai rawit di Pasar Minulyo masih pedas dan suplainya sulit didapatkan.
Harga cabai naik (Foto: Purwo Sumodiharjo/detikJatim)
Jakarta -
Kenaikan harga barang atau inflasi yang signifikan pada akhir tahun menjadi salah satu fenomena yang dianggap organik dan tidak bisa dihindari dalam perekonomian masyarakat. Penyebabnya tidak lepas dari tradisi pemberian bonus akhir tahun dan maksimalisasi penggunaan anggaran pemerintah yang menumpuk di akhir tahun.

Selain itu, mekanisme pengolahan hasil produk pertanian di Indonesia juga perlu mendapat sorotan penting, mengingat harga komoditas tertentu selalu meningkat di akhir tahun seperti cabai, beras, dan bawang. BPS mencatat inflasi pada November adalah 2.19 persen dan masih tergolong rendah terkendali karena masih dalam rentang target yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI), yaitu sebesar 3 persen dengan margin error sebesar 1 persen.

Catatan pentingnya adalah tren dari inflasi sendiri terus memperlihatkan peningkatan sejak Agustus kemarin, sehingga diprediksi kenaikan harga masih akan terus berlangsung hingga awal tahun mendatang. Salah satu langkah antisipatif yang telah dilakukan oleh BI adalah dengan meningkatkan suku bunga sejak Oktober 2023 lalu dari 5.25 menjadi 6 persen. Kebijakan moneter ini dianggap solutif untuk mengurangi konsumsi masyarakat yang umumnya cenderung meningkat pada akhir tahun seiring tradisi pemberian bonus akhir tahun bagi pekerja.

Terkait dengan maksimalisasi anggaran, Kementerian Keuangan sebenarnya sudah mengimbau untuk meningkatkan realisasi sejak akhir semester I pada Juli. Pada akhir semester tersebut realisasi anggaran baru mencapai sekitar 40 persen. Dalam rentang beberapa bulan terakhir, realisasi anggaran terus mengalami peningkatan, pada November tercatat realisasi sudah mencapai di angka sekitar 80 persen. Peningkatan realisasi ini rupa-rupanya sejalan dengan tren inflasi yang juga meningkat, sehingga pemerintah perlu belajar untuk tidak mengulang kesalahan yang sama di tahun mendatang.

Pekerjaan Rumah Utama

Pekerjaan rumah utama pemerintah tampaknya datang dari sisi penyediaan komoditas pangan dengan harga terjangkau. Dimulai dari kenaikan harga beras yang mengalami perlonjakan signifikan sejak September 2023, mengalami kenaikan sebesar 5.61 persen dan masih terus mengalami kenaikan hingga November. Peningkatan harga komoditas cabai dan bawang bahkan lebih mengkhawatirkan dalam satu bulan terakhir. Harga cabai melonjak di atas 40 persen dari bulan sebelumnya, sedangkan bawang merangsek naik sebesar 11 persen. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena ketiga komoditas tersebut merupakan komoditas yang hampir dikonsumsi setiap hari.

Badai El Nino tahunan menjadi penyebab utama turunnya produksi ketiga komoditas tersebut dan memicu inflasi. Badai ini menimbulkan kekeringan di banyak daerah dan menyebabkan banyak gagal panen. Selain itu, BMKG memprediksi bahwa badai ini masih akan terus berlanjut hingga awal tahun mendatang. Selain produksi menurun, impor terhadap ketiga komoditas juga menurun karena negara pengekspor komoditas-komoditas tersebut juga mengalami badai yang sama.

Penghujung tahun seperti saat ini juga merupakan musim dingin di banyak belahan negara Eropa dan Amerika, di mana membuat negara-negara tersebut mengimpor rempah-rempah juga. Dilihat dari nilai beli, negara pengekspor umumnya memilih melakukan impor kepada negara dengan daya beli yang lebih besar. Kedua persoalan ini menjadi persoalan rutin yang setiap tahun dihadapi oleh Indonesia.

Penyelesaian (Tiada) Akhir

Meski setiap tahun menghadapi permasalahan ini, pemerintah sepertinya selalu menghadapi masalah ini dengan terburu-buru. Akhirnya solusi yang diambil terkesan menjadi solusi sementara seperti melakukan aksi pengawasan pasar dan Bulog agar tidak ada penimbunan atau memberi bantuan langsung kepada masyarakat yang dianggap terdampak. Hampir setiap tahun jebakan ini terpasang, dan selalu pemerintah terjerembab di dalamnya.

Jika pemerintah serius ingin menyelesaikan persoalan ini, pemerintah harus bergerak sejak awal tahun dengan meningkatkan produksi komoditas tersebut, sehingga setidaknya pemenuhan kebutuhan dalam negeri terpenuhi dan tidak bergantung pada impor. Hal ini sangat jarang dilakukan pemerintah, karena terlalu fokus pada pengembangan komoditas ekspor yang dianggap lebih seksi seperti kelapa sawit. Akibatnya, luas lahan dan panen dari komoditas pangan tersebut banyak beralih fungsi menjadi lahan komoditas perkebunan.

Langkah terpenting saat ini mungkin adalah pengembangan produk akhir komoditas tersebut. Pengembangan menjadi produk industri akan membuat produk tahan lebih lama, menambah nilai jual, dan meningkatkan minat masyarakat untuk menanamnya kembali. Program demikian memang membutuhkan kesabaran dan tidak langsung memberikan hasil, tetapi sekalinya pemerintah berhasil, program tersebut akan menyelamatkan Indonesia tidak hanya untuk setahun atau dua tahun ke depan, tetapi selamanya dari jebakan inflasi tersebut. Bukan tidak mungkin komoditas tersebut nantinya menjadi komoditas unggulan berkualitas ekspor, membawa kembali Indonesia menjadi salah satu macan di Asia Tenggara.
Deo Peter Surbakti Statistisi di Badan Pusat Statistik

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads