Kolom

Mengatasi Darurat Sampah di Palembang

Dr. Eng Mochamad Syamsiro - detikNews
Jumat, 24 Nov 2023 15:30 WIB
PLTSa Palembang (Foto: Welly Jasrial Tanjung/detikcom)
Jakarta -

Belakangan ini terjadi beberapa kali kebakaran di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) Sukawinatan, Palembang yang mengakibatkan polusi asap dan sangat mengganggu aktivitas masyarakat kota ketika berada di luar ruangan. Fenomena ini juga terjadi di banyak kota lain di Indonesia; pada saat musim kemarau kondisi sampah menjadi kering dan ada potensi terbentuknya gas metana dari dalam gunungan sampah sehingga menyebabkannya mudah terbakar.

Beberapa TPA di kota besar yang juga sempat mengalami kebakaran di Pulau Jawa di antaranya TPA Sarimukti Bandung, TPA Jatibarang Semarang, TPA Bantargebang, dan TPA Putri Cempo Solo. Kondisi seperti ini akan terus terjadi ketika pengelolaan sampah masih belum tertata dengan baik dimana sampah masih ditumpuk dengan metode open dumping dan akan menjadi kejadian tahunan di musim kemarau.

Beberapa kota mencoba menerapkan metode sanitary landfill, namun seringkali akhirnya berubah menjadi open dumping karena berbagai alasan. Di sisi lain, kondisi TPA yang ada di kota-kota besar di negara kita hampir semuanya penuh atau mendekati penuh, sehingga sudah tidak bisa lagi menampung sampah baru lagi yang dihasilkan oleh masyarakat.

Sebagai gambaran, di Palembang dihasilkan hampir 1200 ton sampah per harinya dan semuanya dibuang ke TPA Sukawinatan, sehingga lama-kelamaan TPA tidak akan mampu menampung sampah sebanyak itu. Oleh karena itu perlu ada solusi yang komprehensif bagaimana memusnahkan sampah sebanyak itu tidak hanya ditumpuk di TPA saja. Ada beberapa alternatif teknologi yang bisa digunakan untuk memusnahkan sampah, di antaranya dengan metode termal (suhu tinggi), biologi, atau secara fisika.

Dari sekian banyak alternatif pilihan tersebut, harus diakui bahwa teknologi termal adalah yang paling bisa memusnahkan sampah hingga 90 persen dan hanya menyisakan residu sebanyak 10 persen. Teknologi termal ini sekaligus bisa memanfaatkan energi yang dihasilkannya untuk dijadikan listrik yang nantinya bisa kita manfaatkan bersama. Dan, bersyukurnya Pemkot Palembang melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) telah memilih opsi ini, yaitu menggunakan teknologi insinerator untuk melahap sampah warga sekaligus bisa menghasilkan listrik. Ini merupakan pilihan yang tepat dan bisa menjadi solusi untuk mengatasi darurat sampah di kota Palembang.

Instalasi Pemusnah Sampah

Di dalam benak masyarakat mungkin kemudian bertanya-tanya, apa bisa tumpukan sampah itu dimusnahkan dan menghasilkan listrik? Onggokan sampah yang tidak berguna dan tidak bernilai ekonomi kok bisa dijadikan listrik? Inilah yang kemudian menjadi sangat menarik untuk dijelaskan lebih lanjut agar masyarakat Palembang pun paham sehingga akan mendukung penuh pembangunan instalasi pemusnah sampah ini.

Sebagaimana kita ketahui, alat pemusnah sampah menjadi listrik ini dikenal dengan nama Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang di kemudian hari muncul istilah baru Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL). Berbicara tentang teknologi PLTSa/PSEL, sebenarnya ini bukan hal yang baru di dunia, hanya memang untuk di Indonesia teknologi ini relatif baru, karena belum banyak yang menerapkannya, hanya kota Surabaya yang sudah menjalankannya secara komersial dan segera menyusul kota Solo yang baru saja diresmikan beberapa waktu lalu.

Ada banyak teknologi yang bisa diaplikasikan untuk mengubah sampah menjadi energi listrik. Teknologi termal sendiri, ada beberapa skema proses yang bisa dipilih untuk mengubah sampah kota menjadi listrik. Salah satu teknologi yang sangat populer adalah pembakaran atau insinerasi yang biasa digunakan pada PLTSa; sampah dibakar untuk menghasilkan energi panas untuk memanaskan boiler dan menghasilkan uap sebagai penggerak turbin untuk memutar generator penghasil listrik. Dari pengamatan saya, ada ribuan PLTSa dibangun di seluruh dunia; sudah tidak sepatutnya lagi kita ragu dan takut akan penerapan teknologi ini karena sudah terbukti di negara lain.

Teknologi kedua adalah apa yang disebut dengan gasifikasi dan ini yang digunakan di kota Solo. Gasifikasi adalah proses termal; sampah dicampur dengan udara atau oksigen terbatas pada suhu tinggi untuk kemudian menghasilkan gas bahan bakar atau yang lebih dikenal dengan syntetic gas (syngas). Syngas yang dihasilkan kemudian digunakan untuk menghidupkan genset dan menghasilkan listrik. Teknologi ini relatif lebih maju dibandingkan dengan insinerator dan sedikit menghasilkan emisi udara. Emisi hanya dihasilkan dari penggunaan gas engine; gas buangnya akan seperti mesin diesel pada umumnya.

Teknologi yang ketiga adalah pirolisis; sampah dipanaskan pada suhu tinggi tanpa adanya oksigen atau udara di dalam prosesnya. Dari proses ini akan dihasilkan bahan bakar cair yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti kendaraan, kompor, dan burner di industri.

Dari beberapa pilihan teknologi termal tersebut, pengolahan sampah dalam jumlah besar (di atas 1000 ton per hari) sangat cocok menggunakan teknologi insinerator. Orang kemudian bertanya-tanya, bagaimana dengan emisi yang dihasilkan dari insinerator. Nah, teknologi ini sekarang sudah dilengkapi dengan peralatan untuk menangkap polutan yang ada seperti SNCR, injeksi karbon, bag filter, ESP, dan lain-lain sehingga sudah bisa memenuhi baku mutu emisi yang telah ditetapkan pemerintah.

Tempat Wisata Edukasi

Dengan akan segera dibangunnya instalasi PLTSa di kota Palembang untuk menggantikan TPA Sukawinatan, sudah selayaknya seluruh masyarakat Palembang mendukung proses pembangunan yang merupakan inisiasi pemkot melalui DLH, untuk mewujudkan pengelolaan sampah kota yang lebih baik dengan tujuan akhirnya adalah sampah tuntas dan kota Palembang bersih dari sampah. Ke depan, instalasi PLTSa ini bisa dijadikan sebagai tempat wisata edukasi bagi anak-anak sekolah untuk diberikan pemahaman akan pengolahan sampah yang ada, dan model ini telah diterapkan juga di beberapa negara.

Simak juga 'Mengenal 'BeBot' Robot Canggih Pembersih Sampah Pertama di Indonesia':






(mmu/mmu)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork