Sadar Lingkungan di Kampung Iklim Bodeyan
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Perjalanan

Sadar Lingkungan di Kampung Iklim Bodeyan

Sabtu, 11 Nov 2023 11:15 WIB
Ferdian Ahya Al Putra
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
RW 07 Kelurahan Kebayoran Lama Selatan, Kec Kebayoran Lama, Jakarta Selatan meraih Adipura Proklim.
Memilah sampah di kampung iklim (Foto ilustrasi: Dwi Andayani/detikcom)
Jakarta -

Akhir-akhir ini kita merasakan bahwa suhu bumi semakin panas. Berbagai sumber menyebutkan tingginya suhu mampu menyentuh angka 43 derajat Celcius. Bahkan, sering muncul pula berita tentang kebakaran yang terjadi di berbagai daerah seperti di Gunung Lawu hingga Gunung Merbabu atau di wilayah perkebunan hingga perumahan. Bisa jadi ini merupakan dampak dari perubahan iklim yang terjadi dunia, tak terkecuali Indonesia.

Think globally, act locally merupakan slogan yang kerap kita temui dalam berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam konteks lingkungan. Jika Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, slogan ini memiliki arti "berpikir secara global, bertindak secara lokal".

Dikutip dari berbagai sumber, slogan ini dimaknai sebagai upaya untuk mendorong masyarakat agar memperhatikan kesehatan seluruh planet dan mengambil tindakan di komunitas dan kota mereka sendiri yang bersifat lokal. Lokal di sini dapat berarti dimulai dengan memperhatikan kesehatan lingkungan yang ada di sekitar masyarakat, seperti lingkungan desa atau kampung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara berpikir global artinya kita perlu memperhatikan kesehatan lingkungan yang dampaknya dapat dirasakan secara global. Negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyepakati 17 agenda pembangunan global, di mana beberapa di antara berkaitan langsung dengan persoalan lingkungan.

Agenda tersebut misalnya tercantum dalam Sustainable Development Goals (SDGs) tujuan ke-13 tentang penanganan perubahan iklim dan tujuan ke-15 tentang ekosistem daratan. Dalam konteks upaya melindungi lingkungan, berbagai negara harus aktif terlibat tak terkecuali Indonesia. Selain itu, Indonesia juga telah tergabung dalam Paris Agreement sejak 2016 melalui Undang-undang (UU) No. 16 Tahun 2016. Langkah ini diwujudkan melalui National Determined Contribution (NDC).

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia telah menetapkan target terbarunya terkait penurunan emisinya pada 2030 sebanyak 31,89% dengan usaha sendiri dan 43,20% dengan dukungan internasional. Salah satu langkah yang diambil pemerintah Indonesia ialah dengan mendorong terwujudnya Program Kampung Iklim (ProKlim).

Dilansir dari laman resmi KLHK, Program Kampung Iklim merupakan program lingkup nasional yang dikelola untuk mendorong masyarakat supaya melakukan peningkatan kapasitas adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan penurunan emisi gas rumah kaca. ProKlim juga mencakup pemberian penghargaan terhadap upaya-upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang telah dilaksanakan di tingkat lokal sesuai dengan kondisi wilayah.

ADVERTISEMENT

Sejak dilaksanakan pada 2012, KLHK mencatat bahwa telah terdaftar sebanyak 3.270 lokasi Kampung Iklim di seluruh Indonesia pada 2021, dan ditargetkan akan ada 20.000 kampung iklim yang terdaftar pada 2024 mendatang. Program ini merupakan langkah yang diambil oleh pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait upaya menjaga lingkungan.

Salah satu ProKlim yang telah berkembang dengan baik adalah ProKlim Bodeyan, yang terletak di dukuh Bodeyan, desa Pondok, Nguter, Sukoharjo, Jawa Tengah. Menurut wawancara saya dengan ketua pengelola, Warsini, ProKlim Bodeyan telah diinisiasi sejak 2017. Situasi yang terjadi di wilayah kampung tersebut pada awalnya sering menghadapi banjir dan terdapat berbagai penyakit yang muncul akibat perubahan iklim seperti demam berdarah.

Sebelum dilaksanakannya ProKlim, masyarakat setempat masih mengelola sampah dengan membuangnya ke sungai dan membakarnya, yang tentunya ini berbahaya baik bagi lingkungan maupun kesehatan masyarakat. Namun, setelah adanya ProKlim di dukuh Bodeyan, masyarakat menjadi lebih menyadari pentingnya mengelola sampah, yaitu dengan memisahkan sampah organik dan anorganik yang kemudian diolah menjadi pupuk kompos.

Selain itu, menurut Warsini perubahan yang dirasakan meliputi banjir yang sudah tidak terjadi lagi dan nol angka stunting. Warsini juga menuturkan bahwa program ini dilakukan dengan swadaya oleh masyarakat, dengan dukungan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sukoharjo.

DLH Sukoharjo menghubungkan pengelola ProKlim dengan Astra Daihatsu Solo Baru untuk membuat instalasi bak sampah organik dan anorganik, Mini Farm dengan sistem smart garden yang mengintegrasikan antara kolam bioflok nila dan penyiraman fertigasi tetes.

Secara umum, terdapat empat kategori ProKlim yang meliputi pratama, madya, utama, dan lestari. ProKlim Bodeyan telah memperoleh predikat "utama" dan sedang mengupayakan untuk memperoleh predikat "lestari". Dengan ini, ProKlim Bodeyan dapat menjadi percontohan bagi kampung-kampung lain terkait upaya untuk menjadi kampung yang tanggap terhadap perubahan iklim.

Kehadiran ProKlim dapat menjadi langkah yang baik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Seperti ungkapan dari dari Robert Swan: ancaman terbesar bagi planet kita adalah keyakinan bahwa ada orang lain yang akan menyelamatkannya. Oleh karena itu, menjadi suatu kewajiban untuk menanggapi perubahan iklim yang terjadi dengan memulainya dari lingkungan sekitar kita, sesuai dengan prinsip think globally, act locally.

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads