Ada hal menarik dari gagasan salah satu calon presiden untuk Pemilu 2024, yang sempat mengemukakan istilah "ekonomi baru", mencakup ekonomi hijau, ekonomi biru, dan ekonomi digital. Apa dan bagaimana sebenarnya pengertian secara umum dari berbagai terminologi tersebut, serta apa saja infrastruktur penunjang yang diperlukan untuk implementasinya?
Ekonomi hijau, sebagaimana didefinisikan oleh Lembaga Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), adalah model ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dan keadilan sosial sekaligus mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan ekologi secara signifikan. Hal ini mencakup sektor-sektor seperti energi terbarukan, pertanian berkelanjutan, dan ekowisata, dengan tujuan utama untuk melakukan transisi menuju perekonomian rendah karbon, hemat sumber daya, dan inklusif secara sosial.
Sedangkan ekonomi biru, menurut World Bank, adalah pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi, peningkatan penghidupan, dan lapangan kerja sekaligus menjaga kesehatan ekosistem laut. Sebagaimana didefinisikan oleh Uni Eropa, ekonomi biru berfokus pada pemanfaatan samudra, lautan, dan sumber daya kelautan secara berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi, peningkatan penghidupan, dan kelestarian lingkungan. Ini mencakup industri seperti perikanan, akuakultur, transportasi laut, dan energi terbarukan. Ekonomi Biru berupaya mencapai keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan konservasi laut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara istilah ekonomi digital telah lebih populer di Indonesia sebagai perekonomian yang digerakkan oleh teknologi digital. Menurut World Bank, ekonomi digital mencakup seluruh kegiatan ekonomi dan sosial yang difasilitasi oleh internet dan teknologi terkait, mencakup e-commerce, pembayaran digital, analisis data, dan pengembangan start-up berbasis teknologi. Ekonomi digital dicirikan oleh kemampuannya untuk mendisrupsi industri tradisional dan mendorong inovasi.
Potensi Besar
Melihat substansinya, penerapan dan pengembangan ekonomi hijau, ekonomi biru, dan ekonomi digital memang berpotensi menjadi paradigma baru dalam pembangunan untuk meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia.
Komitmen Indonesia terhadap ekonomi hijau dapat memitigasi degradasi lingkungan dan meningkatkan ketahanan negara terhadap perubahan iklim. Investasi pada energi terbarukan, pertanian berkelanjutan, dan ekowisata dapat menciptakan peluang kerja baru dan mendorong keadilan sosial. Ekonomi hijau dapat membantu Indonesia memenuhi target transisi energi sejalan dengan praktik internasional, sehingga meningkatkan reputasi global dan peluang perdagangan internasional.
Demikian pula dengan ekonomi biru. Indonesia, dengan garis pantai dan sumber daya kelautannya yang luas, sangat relevan dengan upaya pengembangan ekonomi biru. Praktik perikanan dan budi daya perairan yang berkelanjutan (sustainable) dapat meningkatkan ketahanan pangan, mengurangi kemiskinan di wilayah pesisir, dan melindungi keanekaragaman hayati laut. Mengembangkan transportasi laut dan energi terbarukan dapat mendiversifikasi perekonomian nasional sekaligus mengkonservasi sumber daya lautan.
Sementara itu, pengembangan ekonomi digital dapat mendorong peningkatan inovasi dan produktivitas di berbagai sektor, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi. E-commerce dan pembayaran digital dapat meningkatkan inklusi keuangan, khususnya di daerah terpencil. Dunia start-up teknologi yang dinamis di Indonesia berpotensi menjadi pusat regional, menarik investasi, dan menciptakan lapangan kerja.
Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan ekonomi hijau, ekonomi biru, dan ekonomi digital. Dalam hal ekonomi hijau, sumber daya alam Indonesia yang melimpah dapat mendorong perluasan sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin. Ekosistem yang beragam di negara kepulauan ini juga menawarkan peluang ekowisata yang luar biasa, sehingga menarik pengunjung domestik dan internasional. Di samping itu, praktik pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) dapat meningkatkan hasil panen dan ketahanan pangan.
Dalam hal ekonomi biru, Indonesia merupakan salah satu negara dengan sumber daya perikanan terbesar di dunia. Pengelolaan yang berkelanjutan dapat meningkatkan industri makanan dari hasil laut. Lokasi Indonesia yang strategis menjadi pintu gerbang transportasi laut dan potensi produksi energi terbarukan. Inisiatif seperti restorasi dan konservasi karang dapat membantu melestarikan keanekaragaman hayati laut.
Dalam hal ekonomi digital, populasi generasi muda Indonesia yang terus bertumbuh tentu menyediakan potensi besar angkatan kerja yang terampil di sektor teknologi. Urbanisasi yang pesat dan penetrasi ponsel pintar menciptakan pasar yang besar bagi e-commerce dan layanan digital. Dukungan pemerintah untuk membangun infrastruktur digital yang lebih kuat sangat diperlukan untuk memastikan konektivitas yang lebih luas dan mendorong lebih banyak inovasi.
Infrastruktur Penunjang
Untuk merealisasikan potensi ekonomi hijau, ekonomi biru, dan ekonomi digital, Indonesia tentu harus menggiatkan investasi untuk membangun berbagai infrastruktur penunjang yang diperlukan.
Untuk mengembangkan ekonomi hijau, Indonesia harus meningkatkan investasi pada infrastruktur sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, tenaga angin, dan pembangkit listrik tenaga air. Pengembangan jaringan jaringan listrik dan fasilitas penyimpanan energi (energy storage) yang andal akan menjadi faktor penting.
Indonesia perlu mengembangkan inisiatif ekowisata dengan mempromosikan sistem akomodasi wisata yang mengadopsi konsep keberlanjutan (sustainability) serta meningkatkan infrastruktur transportasi untuk mengakses daya tarik wisata alam. Praktik ramah lingkungan dan upaya konservasi lingkungan juga harus diprioritaskan.
Selain itu, Indonesia perlu mengembangkan infrastruktur pertanian berkelanjutan, termasuk sistem irigasi, fasilitas penelitian, dan jaringan distribusi untuk memastikan produksi dan distribusi hasil tani yang ramah lingkungan dan efisien.
Dalam hal ekonomi biru, pengembangan yang efektif memerlukan peningkatan dan perluasan fasilitas pelabuhan untuk mengakomodasi peningkatan aktivitas transportasi laut. Pelabuhan perikanan khusus dapat membantu pengolahan dan distribusi hasil laut. Menciptakan zona akuakultur dengan infrastruktur yang tepat sangat penting untuk mendukung produksi ikan dan makanan laut yang berkelanjutan (sustainable). Untuk memanfaatkan energi laut, diperlukan investasi pada infrastruktur energi kelautan. Pengembangan teknologi energi gelombang laut, misalnya, tentu memerlukan fasilitas pengujian yang andal.
Dalam hal ekonomi digital, perluasan akses internet berkecepatan tinggi di seluruh Nusantara tentu sangat diperlukan. Pengembangan infrastruktur penunjang mencakup jaringan kabel serat optik, menara seluler, dan implementasi berbagai teknologi yang memungkinkan internet yang lebih cepat, seperti internet berbasis satelit, untuk menjamin konektivitas yang lebih merata di wilayah-wilayah terpencil.
Untuk mendukung ekosistem start-up, pemerintah harus terus mengembangkan pusat inkubasi teknologi, yang menawarkan akses terhadap mentor, pendanaan, dan sumber daya bagi para generasi baru calon wirausaha. Selain itu, memastikan infrastruktur keamanan siber (cyber security) yang tangguh sangat penting untuk melindungi aset dan data digital. Dalam hal ini, investasi dalam bentuk pengembangan SDM dan teknologi keamanan siber sangatlah penting.
Jika benar-benar diimplementasikan dan tak hanya berhenti di tataran visi, maka paradigma ekonomi baru yang mencakup ekonomi hijau, ekonomi biru, dan ekonomi digital menawarkan potensi yang menjanjikan untuk Indonesia. Model ekonomi ini selaras dengan praktik internasional dan berpotensi mentransformasi lanskap perekonomian nasional. Melalui praktik berkelanjutan (sustainable practices) dan berbagai investasi strategis untuk memperkuat infrastruktur penunjangnya, Indonesia dapat meningkatkan pembangunan ekonomi dan daya saing global, sekaligus melestarikan sumber daya alam dan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi.
Taufikurrahman President & Chairman of Infrastructure.id
Simak juga 'Bedah Kritik dan Janji Ekonomi 3 Capres':