Gibran Rakabuming Raka saat ini tengah menjadi sorotan lantaran menjadi calon wakil presiden dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) untuk mendampingi Prabowo Subianto.
Banyak yang menuding jika Gibran maju sebagai upaya membangun dinasti politik ayahnya, Joko Widodo. Tapi, sebenarnya terjadi, Gibran merupakan jawaban semangat zaman dan sosok pemimpin masa depan.
Ada beberapa indikator yang dapat dilihat selama Gibran menjabat sebagai Wali Kota Solo. Gibran bekerja dalam sunyi dan mendengar keluhan masyarakat sesuai dengan zamannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika Jokowi blusukan dengan cara datang ke kampung-kampung ataupun pasar, Gibran ternyata memilih cara berbeda dalam menyerap aspirasi serta aduan dari masyarakat.
Gibran melakukan blusukan secara digital. Gibran berinteraksi dengan warga Solo hingga netizen di seluruh Indonesia melalui akun Instagram dan Twitter.
Dari sini kita bisa tahu, Gibran ingin tetap dekat dengan masyarakat walaupun dengan cara berbeda dari Jokowi. Keinginan masyarakat untuk tidak memiliki jarak dengan pemimpin diakomodir Gibran.
Penggunaan media sosial merupakan evolusi blusukan Jokowi. Bahkan, Gibran juga membuka layanan aduan bernama Lapor Mas Wali. Hasilnya bukan main, ada 2.582 aduan diterima Pemkot Solo periode Juli, Agustus dan September 2022.
Namun bukan berarti Gibran melupakan blusukan tatap muka dengan masyarakat. Terbukti dalam beberapa kesempatan, Gibran juga bertemu dengan pedagang pasar hingga UMKM. Ini salah satu bukti Gibran merupakan pemimpin muda yang tidak lupa dari mana suara dukungannya berasal.
Untuk urusan kerja, Gibran bukan anak ingusan yang baru kemarin bekerja. Ini terlihat dari cara Gibran memetakan masalah wilayahnya saat menjabat sebagai Wali Kota Solo. Dia sangat mengetahui jika Solo, sejatinya tidak memiliki sumber daya alam yang memadai.
Dengan landasan tersebut, Gibran memimpin Solo dengan cara berbeda. Gibran memutuskan menciptakan sesuatu agar ekonomi Solo terus tumbuh. Caranya dengan mempercantik destinasi-destinasi wisata di Kota Solo.
Hasilnya bukan kaleng-kaleng. Gibran ternyata mampu menunjukkan taringnya bahwa Solo, bukan sekadar kota di wilayah Jawa Tengah.
Untuk mengakomodir UMKM, Gibran membangun selter Manahan yang berkonsep food court yang berdampingan dengan jogging track Stadion Manahan. Ada sebanyak 132 tempat yang disiapkan untuk PKL kuliner di sepanjang Jalan KS Tubun Manahan. Selain itu dia juga menata kawasan Ngarsopuro guna memperpanjang lokasi Night Market Ngarsopuro.
Upaya mengundang wisatawan untuk datang ke Solo, Gibran melakukan sejumlah revitalisasi lainnya. Seperti merevitalisasi Taman Satwa Taru Jurug (Solo Safari). Belum lagi revitalisasi Pura Mangkunegaran yakni Taman Pracima yang memiliki keindahannya bak taman raja yang dipenuhi bunga-bunga cantik, bangunan estetik dan air mancur.
Ada juga pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo. Masjid Sheikh Zayed kini menjadi salah satu ikon Kota Solo dan menjadi tujuan para wisatawan. Selain untuk beribadah, masjid bernuansa putih dan emas itu juga bisa dimanfaatkan untuk pengajian dan wisata religi.
Jadi dalam lima tahun terakhir, sudah banyak upaya Gibran agar Solo mampu bersaing dengan daerah lain. Tentunya dengan adanya wisatawan, perekonomian masyarakat Solo akan terjaga. Tanpa analisis dan kinerja optimal, mustahil hal semacam itu dapat terealisasi.
Melihat fakta tersebut, apa cocok Gibran disebut sebagai bocah ingusan? Tidak. Gibran adalah calon pemimpin Indonesia masa depan, jawaban atas semangat zaman.
Endang Tirtana,
Peneliti Senior Maarif Institute Jakarta